"You like my face so much?"gumam Yeonjun dengan matanya yang masih tertutup. Aku terkejut, ternyata dia belum tidur, atau terbangun? Dan dia menyadari aku menatapnya?

"Sini Yeji,"Yeonjun menarik leherku agar aku mendekat dengannya. Kini kami berhadapan. Dadaku berdebar cepat saat menatap wajahnya yang tersenyum lembut padaku. Kami saat ini sama-sama tidak berbalut sehelai benang pun selain selimut tebal berwarna putih yang menyelimuti tubuh kami berdua. Aku tidak menyesal melakukannya dengan Yeonjun. Kami sudah berpacaran, ah bukan, kami sudah bertunangan malah. Yeonjun langsung mengajakku bertunangan selepas aku putus dari Hyunjin dan walau aku agak keberatan tapi aku tidak ingin menolak Yeonjun karena aku takut kehilangan dia.

"Aku bermimpi tentang masa lalu,"jawabku dipelukan Yeonjun. Aku selalu terbuka dengannya, dia bisa mengerti bahwa berat bagiku melupakan cinta pertamaku yang sudah 6 tahun bersamaku itu dan aku menjalani hubungan kami dengan serius. Yeonjun tidak mengeluh, dia tau bahwa dia sudah memenangkanku dengan komitmen yang dia berikan.

"Apa kau menyesal?"tanya Yeonjun sedikt berbisik. Aku menggeleng dalam dekapannya.

"Aku sudah memutuskan bersama oppa,"jawabku.

Ya, aku telah memutuskan menerima komitmen dari pria ini daripada menunggu dari Hyunjin. Mungkin aku tidak sabar, mungkin aku terlalu ambisius, tapi Hyunjin sendiri tidak menunjukkan kenaikan selama bertahun-tahun ini. Berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, tidur bersama, makan bersama, hanya itu. Hanya itu yang kami lakukan, tidak ada peningkatan selama 6 tahun ini. Hubungan kami datar, normal dan harmonis.

Aku tidak harus berpikir dua kali dengan keputusanku ini. Aku tidak akan meninggalkan Yeonjun oppa.



*Hyunjin POV*

Aku menghembuskan nafas dengan kasar menatap tubuh polos yang tidur disampingku ini. Aku tidak sanggup menyentuhnya. Bukan, hatiku yang tidak sanggup. Entah kenapa. Padahal dia begitu memikat. Dia menyukaiku dan dia mau melakukan apa pun untukku. Kami berciuman dan bercumbu di kasur yang selama ini hanya kutiduri dengan Yeji. Namun saat aku akan memasuki permainan utamanya, ada sebuah perasaan bergejolak dalam diriku. Aku tidak bisa menyentuh gadis ini.

"Hyunjin-ah, kau mau kemana?"tanyanya yang terbangun saat menyadari aku menuruni kasur ini. Aku memakai celana panjangku lagi dan duduk dipinggir tempat tidur. Kuraskaan tangannya melingkari pinggangku.

"Maafkan aku noona,aku...,"

"Kau masih membayangkan bahwa ranjang ini adalah istanamu dengan Yeji?"tanya Sana noona sambil menyapu beberapa helai rambutku. Aku tidak menjawabnya.

"Kau hebat Hwang Hyunjin. Seorang gadis secantikku tanpa sehelai benang pun, sejak tadi mencium tubuhmu dan menyentuh bagian-bagian vitalmu namun kau tidak tertakhlukkan. Kau benar-benar berpendirian kuat dan kau memang sangat setia,"Sana sekarang beranjak dan memakai one piece berwarna cokelat miliknya yang kulemparkan ke lantai tadi saat membukanya.

"Mungkin aku belum terbiasa. Maafkan aku noona melibatkanmu dalam hal ini,"aku menundukkan wajahku. Aku yakin alasannya bukan Yeji. Bukan Yeji yang membuatku tidak bisa meniduri gadis lain selain dia. Ini hanya soal belum terbiasa. Seumur hidupku aku hanya pernah menyentuh dan memeluk tubuh Yeji selama 6 tahun lamanya, wajar jika tidak semudah itu aku mengganti sosok Yeji dengan wanita lain.

"Kau yakin Hyunjin-ah, tidak mencintai Yeji lagi?"tanya Sana penasaran.

"Aku mencintainya. Tapi itu bukan satu-satunya alasan noona,"jawabku sambil menyandar di tempat tidurku.

"Aku tidak mengerti,"ucap Sana.

"Tidak cukup hanya mencintainya jika memang dia bukan takdirku. Aku tidak mungkin menahannya,"ucapku pelan. Aku lelah memikirkannya. Aku hanya ingin cepat menerima semua ini. Mungkin saat ini Yeji bisa tertidur di pelukan orang lain, tapi aku tidak. Apa yang salah padaku? Aku adalah seorang laki-laki tapi malah aku yang begitu setia.

"Yah Hwang Hyunjin! Sejak kapan kau sok tau soal takdir? Hanya karena Yeji meninggalkanmu dengan laki-laki lain bukan berarti takdirmu selesai sampai disini. Yeji belum menikah kan dengan pria itu? Kalian sudah 6 tahun bersama. Tidak mungkin Yeji semudah itu menggantikan posisimu,"

"Pada kenyataannya Yeonjun telah menggantikan posisiku,"ucapku pahit membayangkan jika saat ini Yeji terlelap dipelukan pria lain.

"Perempuan itu akan takhluk dengan pria yang berjuang deminya. Aish, aku menyukaimu Hyunjin, kenapa aku malah mendukungmu?"ujar Sana frustasi.

"Sudahlah noona. Kupikir ini yang terbaik. Yeji bersama Yeonjun, profesi mereka sama-sama dokter dan kurasa mereka berada dalam satu kecocokan yang sangat penting,"ucapku.

"Ya ya ya...ini soal partner dalam kehidupan Hwang Hyunjin, bukan soal partner dalam bekerja. Hhhh...aku tidak percaya, aku kesini berpikir ingin merebutmu dari gadis bernama Hwang Yeji itu, ingin menguasaimu namun kau sendiri tidak bisa melupakannya,"rutuk Sana.

About Us 1 (2Hwang)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu