ELLA

129 7 0
                                    

Kenapa hati suka sekali dengan teka-teki?
Dengan sesuatu yang tak pasti?

Ponsel Ella berdering ketika ia baru saja memasukkan sup kaleng ke microwave. Diraihnya benda itu, dan tanpa melihat siapa yang menelepon, Ella menjawab.

"Halo," ujar Ella sembari memencet tombol-tombol di mesin penghangat makanan itu.

"Halo, Hai! Ella, apa semua baik-baik saja?" tanya suara di seberang.

Ternyata Al. Ella menarik napas cepat. "Hai. Ya, semua baik-baik saja."

"Baguslah," sahut Al. "Pukul berapa jadwalmu USG?"

"Pukul satu."

"Baiklah. Nanti aku menyusul," kata Al.

Percakapan selesai. Ella meletakkan telepon genggamnya, menatap benda itu sesaat, lalu menekan tombol start di microwave dan pergi ke bak cuci untuk membersihkan piring-piring.

Ponselnya berdering lagi.

Ella segera menutup keran yang baru dibukanya dan meraih kembali benda mungil itu. "Ya, Al?"

"Al? Ini aku Liv." Seseorang di seberang menyergahnya.

Ella melihat ke layar ponselnya dan menyadari nama Liv yang ada di sana. "Hai, Livy. Baru saja Al menelepon, jadi kukira dia menelepon lagi."

"Suaramu terdengar senang. Apa yang Al bicarakan di telepon?" Liv terdengar penasaran.

"Bukan sesuatu yang penting."

"Iya, apa?" Liv berkeras.

"Dia hanya menanyakan keadaanku dan semuanya di sini."

"Kau senang?"

"Biasa saja." Ella sendiri bingung, kenapa harus merasa senang. Semua percakapannya dengan Al memang biasa-biasa saja.

"So, tell me."

"Tell you what?"

"Apa saja yang terjadi di sana."

"Sepertinya tidak terjadi apa-apa. I mean, nothing special," jawab Ella setelah diam beberapa saat, mengingat apa saja yang terjadi.

"Well, baiklah..." Liv mengembuskan asap rokoknya. "What are you going up to?"

"Nothing. Aku akan menjalani semua seperti seharusnya." Ella melihat Zoey yang sedang bermain boneka di depan perapian. "What I'm worried is about Zoey."

"Kenapa Zoey?"

"Saat bersama Al, Zoey terlihat..." Ella tercekat. Ia menelan ludah susah payah. "Bahagia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Zoey saat berpisah dengan Al."

"Ella, I also see the happiness on your face," kata Liv.

"So, bagaimana kau saat berpisah dengan Al nanti?"

Perkataan Liv membuat lidah Ella kelu. Ia sama sekali belum tahu.

Tapi tujuannya berada di sini hanya demi bayi dalam kandungannya, bukan untuk bersama Al. Laki-laki itu tidak akan pernah menjadi bagian dari rencana dan tujuannya.

Ella menarik napas panjang. Beruntung Zoey menghampirinya sehingga pembicaraan teralihkan.

***

Ella bergerak-gerak gelisah di klinik karena kandung kemihnya penuh untuk pemeriksaan USG. Ia tidak bisa lagi berkonsentrasi membaca novel yang dibawanya. Namun, namanya belum juga dipanggil.

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang