Pemakaman Yuna

8 1 0
                                    

Pemakaman Yuna diiringi tangis dari keluarga. Mereka masih tidak menyangka salah satu anggota keluarga mereka meninggal dalam keadaan yang menyedihkan. Begitu liang lahat tertutup, isak tangis itu semakin menjadi. Kaki Rukiyem rasanya lemas, hatinya sangat hancur kehilangan anak pertamanya, yang sifatnya pelembut dan penurut. Setahu Rukiyem, Yuna tidak punya masalah apapun, dengan siapapun. Hal ini masih menjadi tanda tanya besar dalam hati Rukiyem. Ya, jujur sikap Yuna saat pulang ke rumah, yang tiba-tiba mengunci pintu sangat aneh. Tak biasanya Yuna mengurung diri di kamar.

      “Bu, tabur bunga buat Mbak Yuna, Bu.” Seno selaku anak kedua dari Rukiyem memberikan sekresek bunga mawar yang langsung oleh Rukiyem. Wanita paruh baya itu langsung menaburkan bunga mawar di pusaran makam anaknya, diikuti lainnya.

            “Sen, aku mau bilang sesuatu sama kamu.” Santo yang tepat berada di belakang Seno langsung menepuk bahu anak itu. Seno mengangguk, lalu sedikit manjauh dari kerumunan.

      “Ada apa, Pak Santo?” Seno bertanya sekaligus penasaran, dengan apa yang akan dikatakan Pak Santo.

      “Begini, Sen …” Santo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Laki-laki itu bingung menceritakan apa yang dilihatnya kemarin dari mana.

            “Pak?” Seno kembali berbicara lagi, menunggu jawaban Santo.

Santo akhirnya menceritakan apa yang dilihatnya. Saat tahu dengan apa yang diceritakan Santo, Seno menjadi naik pitam. Detik itu juga dia berpikir kalau Yuna gantung diri ada masalah besar dengan Fahmi, entah itu apa.

 "Makasih, Pak Santo informasinya." Seno menepuk bahu Pak Santo. 

 Pak Santo mengangguk. 

 Seusai dari makam Mbaknya, Fahmi akan segera ke rumah Fahmi. Di makam laki-laki itu juga tidak menampakkan diri sama sekali. 

 ***

"Fahmi, keluar kamu!" Seno berteriak-teriak di depan rumah Fahmi. Amarahnya begitu memuncak, tidak bisa dibendung lagi. Seno yakin kematian Yuna ada andil Fahmi di dalamnya.

Fahmi yang mendengar teriakan langsung keluar dari rumah. Laki-laki itu bingung kenapa Seno berteriak-teriak tidak jelas. 

 "Kamu kenapa teriak-teriak nggak jelas?" Fahmi menaikkan sebelah alis. 

Dirundung emosi, Seno langsung menghantam wajah Fahmi lumayan keras, membuat sudut bibirnya berdarah. 

"Kamu apa-apaan?" Fahmi mengelap darah yang ada di sudut bibir. 

"Kamu, kan, yang buat Mbak Yuna gantung diri?" Seno tidak bisa lagi menahan amarah, dia langsung menarik lengan baju Fahmi. 

Fahmi terdiam. Tak bicara sepatah kata.

"Jawab!" Mata Seno melotot tajam ke mata Fahmi. Emosi sudah menguasai dirinya. 

"Bukan salahku, aku mutusin mbakmu karena udah ada perempuan lain. Kalau mbakmu gantung diri, ya, salahnya sendiri. Kenapa kamu jadi nyalahin aku?" Napas Fahmi naik turun. Laki-laki itu kesal karena dituduh jadi penyebab kematian Yuna. 

Seno menatap Fahmi dengan tatapan yang lebih tajam. "Ya, itu juga salahmu, kamu tahu kan Mbak Yuna cinta mati sama kamu!"

Fahmi tersenyum miring. "Ya terus kenapa? Apa iya harus mempertahankan perasaanku kalau aku udah nggak cinta sama Mbakmu?"

Sebuah pukulan kembali menghantam wajah Fahmi. "Brengsek!"

Fahmi tertawa-tawa tidak jelas, lalu dia berdiri, berbalik memandang Seno tajam. "Awas kamu nyalahin aku terus akan kematian Mbakmu!"

Seno semakin kesal dengan tingkah Fahmi yang tak merasa salah sedikit pun. Seno berbalik arah, lalu menengok ke arah Fahmi. "Lihat aja kamu bakal dapat pembalasan yang setimpal."

Fahmi tersenyum kecut. Dia tak takut sedikit pun. Apalagi berurusan dengan bocah kemarin sore. 

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mbak YunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang