01 | Unforgettable Incident

64 2 0
                                    

Black & Gray

📖

Give me your vote please
Sorry for typo(s)

.
.
.
.

Malam ketika langit tampak begitu polos, kala jarum jam bahkan belum menunjukkan angka pertengahan malam, di sebuah rumah bergaya scandinavian yang cukup jauh dari pemukiman penduduk dan hingar bingar perkotaan, pembunuhan sadis itu terjadi. Bunyi pukulan dari stick golf menggema ke setiap sudut ruang keluarga yang tak lagi terlihat indah, tak lagi terasa hangat. Seorang pria muda terkapar di lantai yang digenangi darah. Tubuh atasnya yang tidak mengenakan pakaian penuh dengan memar dan ada satu luka tusuk, pun beberapa bagian wajahnya membengkak akibat pukulan. Di sebelahnya, seorang wanita tergeletak tanpa nyawa sebab banyaknya luka robek yang menganga di kulitnya; terlihat dalam dan mengerikan.

Jemari itu bergerak teramat pelan, mencoba menyentuh ujung sepatu dari sosok yang menyiksanya habis-habisan. Bibirnya yang terluka parah terbuka, berusaha menyampaikan sesuatu namun tak ada suara yang mampu tertangkap rungu.

"Ah, kau belum mati?" satu kaki menendang-nendang kecil lengan yang tidak lagi memiliki tenaga, berharap mendapat respon tetapi hanya tatapan lemah yang ia terima. "Ada yang ingin kau katakan? Memangnya masih mampu bicara setelah mulutmu itu kuhancurkan?"

"Sudahlah jangan membuang-buang waktu, bos menyuruh kita melenyapkannya dengan cepat." pria lain yang tubuhnya bersandar di sisi sofa angkat bicara, terdapat sebilah pisau yang masih meneteskan darah di genggamannya.

Pria dengan bekas luka menyilang di pipinya terkekeh dan menoleh, "5 menit? Aku masih ingin bermain-main dengannya."

"Tidak. Segera selesaikan tugasmu agar aku pun bisa lekas pulang dan beristirahat."

"Baiklah, baiklah." hela napasnya terhembus berat dan ia kembali mengalihkan pandang pada figur yang tengah sekarat di dekat kakinya. "Biar kuhantam lagi kepalamu dengan ini sampai kau mati. Aku bantu hitung, ya." ucapnya serentak dengan mengangkat stick golf itu ke udara, hingga....

Bugh!

"Satu."

Darah segar terciprat mengenai celananya yang sewarna mahoni, namun ia tidak peduli.

Bugh!

"Dua."

Bugh!

"Tiga."

Dan seterusnya, suara pukulan yang keras itu baru berhenti di hitungan ke sepuluh.

Langkah kaki mereka lantas menjauh, selepas memastikan bahwa korbannya sudah benar-benar kehilangan nyawa.

Menit-menit berlalu bersama udara yang rasanya tidak nyaman menerpa kulit, kegelisahan yang seketika menyeruak, pada keheningan yang kemudian melanda seiring situasi masih terasa sama menakutkannya, ada sepasang kaki yang berpijak di ambang pintu dengan tubuh kaku dan napas yang tercekat. Sekembar netranya bergetar, satu plastik berisi beberapa minuman kalengan terlepas dari genggaman sehingga menghadirkan suara ditengah sunyi. Perlahan-lahan tubuh itu kehilangan kekuatan untuk menopang diri sebelum akhirnya ambruk begitu saja, karena pada retinanya kini ia melihat kedua kakaknya terbaring mengenaskan di lantai yang dingin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Black & GrayWhere stories live. Discover now