Chapter 28 : The Only Hope

Start from the beginning
                                    

"tidak perlu" tahan Ratu Park sembari menahan tangan Sooji yang hendak memasukkan jarum perak itu ke obat yang diraciknya sendiri.

"Jungjeon mama, bagaimanapun baiknya Yang Mulia menilai seseorang, Yang Mulia tidak boleh mempercayai seseorang begitu saja.." ujar Sooji menatap Ratu Park.

"Bae Sooji, ingatlah . . rasa percaya membawa kedamaian. Tanpa rasa percaya, tak ada satu ketulusan pun yang dapat dirasakan oleh orang lain, tak perduli seberapa baiknya perlakuan kita kepada orang tersebut" ungkap Ratu Park lembut.

Mendengar penuturan dari Ratu Park membuat bibir Sooji keluh seketika. Ia tak berani menyangkal karna tak ada yang salah dari ucapan penuh kebajikan dari wanita itu. Tanpa disadari, rasa kagum yang telah tumbuh mulai berakar dan berubah menjadi sebuah tali kasih yang sulit diungkapkan.

"Ye, mama" jawab Sooji lembut.

Ratu Park meneguk habis obat yang Sooji racik untuknya, Moon Sanggung langsung membantu Ratu Park membersihkan bibirnya. Ratu Park kembali berbaring diatas tempat tidurnya kemudian menatap Sooji dengan tatapan lembutnya.

"istirahatlah disini malam ini. Besok malam, aku akan meminta seseorang membawamu keluar dari Istana" bisik Ratu Park.

"Jungjeon mama . . . izinkan hamba menemani mama, setidaknya sampai Yang Mulia sembuh" ujar Sooji sembari menggenggam tangan Ratu Park lembut.

"aku akan segera membaik, bukankah kau yang berkata? Asalkan aku rutin meminum resep yang kau berikan selama 3 bulan, semua racun dalam tubuhku akan hilang" ungkap Ratu Park pelan.

"tapi, hamba merasa tidak tenang . . . hamba ingin memastikan bahwa Yang Mulia telah sepenuhnya sembuh, setelah itu . . hamba berjanji untuk hidup dengan baik" ungkap Sooji menatap Ratu Park penuh harap.

"Sooji-ya, Kau terlahir sebagai seekor kupu-kupu yang indah, tempatmu adalah ditaman luas, bukan di istana yang penuh dengan kekejaman politik. Menjauhkanmu dari Istana adalah satu-satunya perlindungan yang mampu ku berikan padamu. . . " jelas Ratu Park.

"apa itu artinya, Jungjeon mama baru akan hidup damai jika hamba pergi dari Istana?" tanya Sooji dengan air mata yang siap untuk mengalir dari pelupuk mata indahnya.

"benar" jawab Ratu Park.

"kalau begitu, hamba menerima perintah Yang Mulia . . . " Sooji bangkit berdiri dan memberi penghormatan penuh hingga kepalanya menyentuh lantai kepada Ratu Park.

"bangunlah, kau harus segera beristirahat . . " gumam Ratu Park pelan.

"terima kasih Jungjeon mama" ujar Sooji. Moon Sanggung segera menggiring Sooji menuju ke kamar kecil dibelakang tempat istirhat Ratu Park.

0.0

Sooji bangun dari tidurnya tepat sebelum ayam berkokok. Ia segera merapikan tempat tidurnya kemudian menuju dapur untuk merebus obat bagi Ratu Park. Sooji juga harus mengenakan Chima dikepalanya agar tidak dikenali dan tidak mencolok karna rambut tipisnya.

Sooji merebus obat-obatan untuk Ratu Park, tanpa disadari ucapan Ratu Park dan Lee Geum kembali terngiang dalam benak Sooji. Jika, seandainya ayahnya memang tidak mati karena perang, lalu siapa pembunuh dari ayahnya?

Sooji mengipas-ngipas tungku dapur dengan cekatan, setelah berhasil merebus obat untuk Ratu Park, Sooji segera membawa obat itu kembali ke Gyotaejeon. Sooji melangkah dengan perlahan dan hati-hati. Ia tak ingin keberadaannya disadari oleh para prajurit istana.

Sooji meletakkan obat yang telah ia racik ke atas meja didepan kamar Ratu Park yang masih berada didalam bangunan kediaman Ratu Park. Sooji berjalan keluar dari kediaman Ratu Park dan menatap langit yang mulai terang meski cahaya hitam kebiru-biruan masih menghiasi langit diatas kepalanya.

Frost Flower in the PalaceWhere stories live. Discover now