Buru-buru (Name) memakan roti sebagai sarapan lalu mengambil tas sekolahnya di ruang tamu sebelum berbalik pada Nagi yang masih duduk di sofa.

"Cepetan atau ku tinggal."

Masih memasang ekspresi yang sama, Nagi berdiri dari sofa dan ikut mengambil tas sekolah miliknya dan berjalan menghampiri (Name) dengan malas.

Setelah memakai sepatu, keduanya keluar dari rumah kediaman (Name) dan berjalan santai menuju sekolah. Iya, mereka berdua tinggal di rumah yang sama. Bersekolah di tempat yang sama pula. Untung (Name) tidak eneg setiap hari harus berurusan dengan vampir pemalas.

(Name) yang berjalan sambil mengadah menikmati cuaca pagi, sedangkan Nagi yang pandangannya tertuju pada ponsel miliknya di tangan dan berjalan dengan tertunduk karena fokusnya berada di ponsel.

Untungnya seragam sekolah mereka berlengan panjang, jadi itu bisa menutupi banyaknya bekas gigitan di lengan (Name).

"(Name), pulang sekolah nanti Reo ngajak latihan." Ujar Nagi yang masih berjalan di sebelah (Name).

"Ya sana tinggal latihan? Udah gede ini."

"(Name) ikut?" Tanyanya sambil melirik kearah sang gadis.

"Ngapain? Kau kan tau aku gabisa main bola, nanti cuman jadi nyamuk."

Nagi sedikit memajukan wajahnya pada (Name). Dan merasa Nagi mendekat, (Name) langsung bergeser menjauh.

"Latihannya sampai sore, (Name)."

"Ya terus kenapa anjir? Manja betul minta di temenin."

Hening untuk sesaat sebelum akhirnya Nagi kembali berbicara.

"Nanti haus."

Memutar mata malas, (Name) menoleh pada Nagi.

"Ga, jangan harap kau bisa meminum darah ku di tempat umum. Apalagi jika ada si tuan muda."

"Kenapa? Reo baik."

"Ga gitu anj-"

(Name) menghela nafas kasar. Sungguh, dia selalu menguras emosi ketika harus menjelaskan hal simple pada Nagi.

Karena tak ada yang tau tentang rahasia Nagi yang satu ini, meskipun Reo sekalipun.

"Intinya aku ga ikut, kalau haus bisa langsung pulang." Ucap (Name) telak.

"Ikut."

"Gama-"

Perkataan (Name) mendadak terhenti, keningnya mengerut ketika suara seseorang tiba-tiba ikut menginterupsi. Dengan cepat dia menoleh ke belakang dan mendapati pemuda bersurai ungu sudah berdiri di belakangnya.

"Aaakk!" Keterkejutannya yang telat itu dibalas kekehan kecil oleh Reo.

"Masih pagi, jangan marah-marah." Ucapnya lalu menusuk pipi (Name) menggunakan jari telunjuk.

"Kau juga ngapain tiba-tiba berdiri di belakang ku!? Emang sengaja mau ngagetin kan!?" Seru (Name) lalu menjauhkan tangan Reo dari wajahnya.

"Ga tuh." Balas Reo enteng lalu berjalan di sebelah kiri (Name) sedangkan Nagi di sebelah kanan. Jadilah sekarang dia terjebak dengan duo sejoli.

"Reo, (Name) boleh ikut latihan?" Tanya Nagi yang dihadiahi tatapan menusuk dari (Name).

"Kenapa tidak? Hanya menonton juga tidak apa-apa loh, (Name)." Ucap Reo.

"Aku yang gamau, lagipula kalian biasanya selalu latihan berdua? Ngapain sekarang mengajak ku?"

"Ayolah, tidak ada salahnya kok." Ucap Reo lagi. Kenapa sekarang malah dia yang keras kepala mengajak (Name)?

(Name) terdiam sebentar memikirkan sesuatu sampai akhirnya dia mengangguk setuju.

"Yah... Tapi sebagai gantinya kau harus membelikan ku eskrim."

Mengambil kesempatan dalam kesempitan, kerja bagus (Name). Kita harus memanfaatkan kekayaan tuan muda Mikage Reo.

Menunjukkan cengiran kecil, Reo mengacungkan jempolnya pada (Name). Soal eskrim mah hal yang mudah, ya kan Reo?

Sedangkan orang yang daritadi membungkam mulut, diam-diam melirik leher (Name) yang sedikit tertutupi helaian rambut sang gadis. Entah apa yang ada di pikirannya.

Sesampainya di area sekolah, beberapa gadis langsung menghampiri dan menyapa Reo dengan senyuman di wajah mereka. Hal sehari-hari yang (Name) sudah muak melihatnya.

"Ayo." (Name) menggenggam pergelangan tangan Nagi dan menyeretnya agar berjalan lebih cepat. (Name) tidak mau pagi-pagi harus melihat keributan. Nagi sih nurut-nurut saja.

Reo yang melihat (Name) menjauh mencoba menyusul dan sambil memanggilnya. Yang tentu saja tak di gubris oleh (Name). Mana mau dia terlibat dengan gadis-gadis penggemar Reo.

(Name) menjulurkan ujung lidahnya ketika mendengar suara Reo di belakang yang perlahan menghilang. Siapa suruh mempunyai banyak penggemar.

"Makan tuh cewek-cewek caper." Gumamnya masih terus berjalan menjauh.

Nagi yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulut dan berbicara, meskipun perkataan yang keluar dari mulutnya diluar dugaan.

"(Name), aku mau mencoba leher mu."

Si pemilik nama reflek menoleh kearah Nagi sambil memasang senyum lebar dan mengangguk.

"Boleh."

"Sungguh?"

"Boleh ku tendang pala kau."

"Pelit."










"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐀𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐀𝐭𝐦𝐚 || ɴᴀɢɪ ꜱʜᴇɪꜱʜɪʀᴏ - ƒαρWhere stories live. Discover now