🪷2🪷

425 37 1
                                    

Keesokan harinya.

Renjun masih berdiri di depan pintu kelasnya yang tertutup, ia terus berulangkali menarik nafasnya mencoba mengusir rasa gugupnya. Sebab ia tidak tahu selepas kejadian kemarin yang begitu membuat seluruh murid di sekolah ini heboh, akan diperlakukan seperti apa dia mulai sekarang.

"Ya.. ayo lakukan saja." gumamnya sebelum membuka pintu kelas itu.

Slide.

Semua orang di dalam sana yang tadinya dari luar terdengar cukup berisik, tiba-tiba semuanya terdiam begitu melihat siapa yang baru saja masuk, dan pandangan semua orang itu juga mengarah pada Renjun.

Merasakan hawa atmosfir yang tidak biasanya ia rasakan, membuat Renjun merasa canggung, ia pun dengan segera menuju ke kursinya. Semenjak Jaemin mengumumkannya sebagai si nomor dua, Renjun tidak lagi memiliki masalah dengan para perundung sekolah. Tidak ada satupun yang berani membuat masalah dengannya.

Bahkan setelah pria mungil itu duduk di kursinya pun ia tetap bisa merasakan setiap pandangan-pandangan yang terasa seperti menusuk tertuju padanya. Ia cukup bersyukur bisa lepas dari lingkaran perundungan itu, namun ia juga merasa sedikit tidak nyaman dengan kecanggungan yang orang-orang sekitarnya berikan termasuk semua tatapan itu.

"Apa ini karena aku disukai Jaemin? Inikah pengaruhnya? Ini benar-benar situasi yang tidak terduga.. Apa misiku benar-benar sudah tercapai dengan memiliki Jaemin di sisi ku? ..."

Sebelah tangan Renjun menopang dagunya di atas meja, dengan kedua matanya yang melihat ke langit-langit, mencoba berpikir dan menghubungkannya dengan semua yang terjadi kemarin. Tiba-tiba saja dalam pikirannya itu terbentuk image dimana Jaemin sedang menyeringai ke arahnya dengan kuku-kukunya yang tajam dan dua tanduk besar seperti iblis di atas kepalanya.

"... TIDAK! DIA BUKAN BERADA DI SISI KU. JUSTRU DIA LAH MUSUH YANG SEBENARNYA!!! SEPERTI LAST BOSS DALAM GAME!! DIA SEPENUHNYA HANYA BERMAIN-MAIN DENGANKU!!"
batinnya dengan kedua matanya yang membulat dan kedua tangannya yang sedikit menarik rambut di kepalanya.

"Ada apa?"

Renjun tersadar dari lamunannya dan melihat ke depan ke arah seseorang yang baru saja berbicara padanya. Lalu seketika itu juga Renjun terkejut lagi.

"Kamu lagi ga enak badan? Kamu baru-baru ini pindah kesini, jadi pasti ga mudah untukmu beradaptasi." ujarnya kembali dengan senyuman lembutnya. Yang berdiri di depannya ini adalah pria bersurai hitam panjang yang tempo hari Renjun melihatnya keluar dari ruangan yang sama dengan Jaemin ketika ia sedang dirundung Kakuda.

"Ah.. T-tidak.. Aku baik-baik saja." jawab pria mungil itu sambil melambaikan ringan tangan kanannya.

"Aku dari kelas B, namaku Honjou Rei. Maaf telah menunjukkan hal aneh padamu tempo hari lalu." ujarnya dengan tersenyum ramah dan mulai duduk di kursi depan meja Renjun.

"Aku ingin berbicara denganmu. Apa benar kamu berhasil memukul wajah Jaemin?"

"Itu sedikit benar.. Tetapi faktanya sedikit berbeda dengan yang kamu bayangkan."

"Ah begitu. Omong-omong kau berani sekali maju melawan Jaemin hahah" katanya sambil tertawa kecil.

Renjun merasa sedikit aneh berbicara dengannya, pasalnya sebelum ini Rei tidak pernah sekalipun mengajaknya bicara ataupun terlihat ingin bicara dengannya, semua orang menjauhi korban perundung karena tidak ingin ikut terlibat tentunya. Dan ia merasa lebih aneh lagi dengan keramahan Rei yang tiba-tiba ini.

"Kenapa orang-orang.. sangat menghormati Jaemin?" tanya Renjun.

"Haha, aku rasa Jaemin tidak terlalu menyadari bahwa dialah bosnya. Itu hanya terjadi begitu saja waktu dulu dia memukul habis semua orang yang memancing perkelahian dengannya."

Small Utopia | Renjun HaremWhere stories live. Discover now