Melati Yang Tak Wangi 1

1 0 0
                                    

Harum kue kering yang sudah matang itu sangat wangi, melati menghirumnya dalam, lalu meniupnya dan memakannya "enak banget ma" matanya terpejam terlihat sangat menikmati.

Astrid hanya menggeleng melihat tingkah anaknya yang tak berubah, selalu memakan kue pesanan orang yang ia buat, dengan dalih mencicipi.

Suara mesin terdengar menderu dari luar, sudah pasti itu ayah melati baru pulang bekerja diinstansi keuangan.
"loh, ayah pulang kok ngga disambut"

Bondan mencuci tangan di wastfel, lalu mengambil kopi yang sudah disiapkan Astrid satu menit yang lalu, ia mendudukkan diri dikursi meja makan, sambil menatap hamparan tepung kue yang berserakan, serta loyang loyang yang letaknya tak beraturan."seperti nya untuk saat ini kita harus rajin mengumpulkan biaya, untuk kuliah melati"

Yang dibicarakan lantas menoleh, menatap ayahnya lekat. seolah mencari keberadaan atas pembicaraan sang ayah."kenapa yah? melati bisa kok kuliah Deket sini aja"

Bondan menggeleng, sembari menyesap kopinya." kamu harus mengejar impianmu, perguruan tinggi yang bagus pasti akan menunjang pendidikan, tidak hanya dalam pendidikan, tetapi pendistribusian diri juga"

"jangan, seperti mama mel" ujar Astrid dengan tangan yang cekatan membersihkan meja."Mama dulu SMA aja ngga, untung ayahmu mau sama mama"

Bondan tertawa mendengarkan nasib istrinya, matanya menatap lekat sang putri seakan enggan untuk melepaskan, kepergian untuk menempuh ilmu yang tanpa batas.

"mel, seandainya kamu beneran kejogja apa kamu bisa menjaga diri?"

"bisa yah, melati kan udh biasa ditinggal ayah kerja, dan mama yang sibuk ketoko kuenya"

Astrid berdecak sebal, mendengar penuturan sang anak,"maksud ayahmu bukan begitu, ayah mau melati dapat menjaga diri dan pandai memilih pergaulan"

melati mengangguk sambil tersenyum mengunyah cookies buatan sang mama.

"ihh... mel abis itu cookies pesanan orang"

Bondan tertawa melihat tingkah anak dan istrinya, ada banyak jutaan harapan yang ia doakan, selalu seperti itu yang ia pinta.

Bolehkah badan yang gagah ini menangis, ketakutan akan putri kecilnya yang sekarang sudah dewasa, muncul rasa tak rela mengusik ketentraman hatinya.

sungguh, ia tak ingin ada perpisahan semacam ini, bukan melebih-lebihkan tetapi ini Rasa yang bondan punya terhadap keluarga yang ia bangun dengan suka cita.

















ayah bondan ini tipikal yang romantis😆
🌟 and Comment

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Melati Yang Tak Wangi Where stories live. Discover now