Hazel getting sick

Start from the beginning
                                    

"Delapan,"

"Salah," Ayu mengeluarkan jari Hazel yang sejak tadi ia emut, "ini aku inget banget berat terakhir dia check up ya, dua belas kilo," ucapnya dengan nada yang mendramatisir.

"Liat pantatnya. Seharian nih ibu gendong bayi dua belas kilo apa gak berotot tangan ibu?" ucapnya langsung kepada sasarannya yaitu Hazel.

Pram dibuat terkekeh oleh ucapan dramatis Ayu tentang berat Hazel. "Gembrot, anak ibu mau tumbuh gigi makin gembrot nih," godanya yang mengundang tangisan Hazel.

"Nggak ya, anak bapak sehat kok bukan gembrot," Pram mengambil Hazel dari pangkuan Ayu, menenangkannya setelah mendengar Ayu menyebutnya dengan sebutan gembrot.

Tangisnya makin keras saat ia sudah tidak digendong oleh Ayu. Namun Ayu sudah cukup lelah menggendongnya seharian ini, jadi Pram mencari inisiatif lain untuk menenangkan tangisannya. Ia membawa Hazel keluar dengan tawaran untuk melihat bintang, padahal langit malam itu berawan tidak ada satu pun bintang yang terlihat. Untungnya ada satu ekor kucing yang sedang berteduh di teras dari hujan yang mengguyur sore itu.

Entah harus berterima kasih kepada hujan karena membuat kucing itu bertamu ke teras rumahnya atau berterima kasih langsung kepada kucing tersebut karena memilih untuk berteduh ke teras rumahnya. Intinya, kini Hazel sudah tidak menangis lagi, ia sedang asyik bermain dengan seekor kucing montok seperti dirinya.

"Eh ada meng. Elus kepalanya aja ya sayang," Ayu menghampiri Pram dan Hazel di teras untuk memberi makan Hazel. Sebelumnya Hazel selalu menolak suapan yang ditawarkan oleh Ayu, namun atas kehadiran kucing montok itu Hazel lupa jika ia sedang sakit dan terus menikmati suapan dari Ayu. Sekali lagi terima kasih kucing.

...

Ayu sudah tidak bisa lagi menggendong badan Hazel yang semakin berat. Sudah beberapa jam ia belum juga mau tertidur, segala cara sudah Ayu lakukan namun hasilnya nihil. Pram masih berada di ruang kerjanya menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan agar bisa di presentasikan besok hari. Tangisan Hazel terdengar di seluruh sudut ruangan, membuat Pram tidak bisa fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia tutup paksa laptopnya dan menaiki tangga untuk menghampiri Ayu dan Hazel di kamar.

Dapat Pram lihat sorotan mata lelah dari Ayu yang masih menggendong Hazel yang terus menangis, terlihat juga jika Hazel kelelahan karena terus menangis. Tidak bisa bohong jika Pram pun merasa pusing saat ia harus mendengarkan tangisan putrinya sampai selama ini.

Pram ambil Hazel dari Ayu, mencoba menenangkannya. "Kamu tidur aja," ucap Pram kepada Ayu.

Ayu memang sudah sangat ingin tertidur namun ia tidak tega jika harus terlelap sedangkan Pram harus berjuang semalaman menidurkan Hazel yang terus menangis. "Oh aku tadi dinginin pacifier dia, tunggu ya mas," Ayu lantas pergi menuju dapur membuka lemari es dan menggambil pacifier yang sudah dingin.

Kembalinya ia ke kamar, ia berikan benda dingin itu kepada Hazel untuk di hisapnya. Tidak membutuhkan waktu lama benda itu langsung meredakan tangisan Hazel, kepalanya langsung beristirahat di pundak Pram. Terdengar hembusan nafas lega dari ibu dan bapak baru tersebut. "Maaf aku lupa, ternyata berguna banget," ucap Ayu penuh penyesalan.

"Apaan itu?"

"Pacifier yang aku bekuin. Katanya ini hacks buat ngurangin rasa sakit sama gatel kalo bayi mau tumbuh gigi, biar gak rewel juga jadinya."

Pram mengangguk paham. Ia melanjutkan mengayunkan Hazel sampai tertidur di gendongannya. Dengan hati-hati Pram menidurkan putri kecilnya di ranjang bayi.

"Tidur gih, kamu capek banget seharian ini kan?" Pram mengelus pipi Ayu lembut tidak lupa memberikannya kecupan di pipi dan keningnya. "Mas mau kemana?"

"Mau beresin kerjaan buat besok. Kamu tidur duluan aja, aku tinggal dulu ya."

Saat Pram hendak melangkah keluar, Ayu menahan tangannya, "ikut," ucapnya. Ia berdiri menggandeng tangan Pram. "Nanti Hazel bangun gimana?"

"Tinggal samperin lagi. Aku gak mau tidur sendiri," Pram tersenyum lalu menganggukan kepalanya, menarik tangan Ayu menciumnya lalu membawanya berjalan bergandengan ke ruang kerja.

Tidak hanya sekedar menunggu, Ayu memilih untuk duduk bersama Pram. Ia dudukan dirinya dipangkuan Pram. Cukup menganggu gerak suaminya, namun tidak menjadi masalah bagi Pram. "Ngapain sih?" tanya Ayu

"Bikin ppt buat besok presentasi,"

"Mas," ia membalikkan kepalanya yang semula menghadap layar kini menghadap Pram yang hanya sejauh beberapa centimeter saja. "Hmm?" namun fokus Pram masih pada kerjaannya di layar laptop.

Ayu memandang Pram lekat-lekat sampai yang Pram memandangnya balik, ia istirahatkan kepalanya di pundak Pram sambil memeluknya seperti koala, "mau tidur," ucap Ayu, mata lelahnya sudah memejam.

Pram dapat rasakan nafas teratur Ayu, ia elus surai halus istrinya. Tidak hanya rambut saja, Pram mengelus pipinya yang lembut dan mencium pucuk kepalanya yang tersandar di pundaknya. Pram mengecek Ayu yang sudah terlelap di pangkuannya.

Tidak lama pekerjaannya sudah selesai. Dan posisi Ayu masih tertidur di pangkuannya, semakin lama semakin pulas. "Sayang?" tidak ada jawaban apapun, hanya terasa embusan nafas Ayu yang menghangati pundaknya

"Sayang, bangun dulu," Pram mengelus pipi Ayu untuk membangunkannya, "eunghh..."

"Pindah yuk? aku udah beres, jangan tidur disini nanti sakit badannya," tidak ada jawaban apapun dari Ayu.

"Pules banget, capek yak?" ia kecup kening Ayu, lalu menggendongnya kedalam kamar, menidurkannya secara perlahan agar ia tidak terbangun dari tidurnya. Setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi terlebih dahulu, lalu menidurkan dirinya di samping Ayu yang masih tertidur pulas.

My Heart Calls Out For YouWhere stories live. Discover now