"Tou-sama.. bisakah tou-sama menceritakan tentang Kaa-sama? Sekali pun tidak masalah bagiku," ucap Tomokazu pelan setelah melihat ekspresi sedih ayahnya.

"Dia adalah ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Selalu tersenyum saat bersama anak-anaknya. Dia sangat senang bersenandung saat menidurkan anaknya."

"Tou-sama mengatakan bahwa Kaa-sama adalah seorang miko, kenapa Tou-sama melarang Ani-sama bersama seorang miko?"

"Apa yang terjadi pada ibumu akan terjadi pada istri kakakmu. Dan kakakmu akan merasakan apa yang aku rasakan."

"Apakah maksud Tou-sama adalah saat Kaa-sama menjadi gila karena mengandungku?" suara Tomokazu berubah menunjukkan diri aslinya yang sedih di dalam hatinya.

"Dari mana kau dapat mengatakan hal itu?"

Tomokazu menendang perlahan kerikil kecil di kakinya, "para pengasuh selalu mengatakan itu sejak aku kecil. Anak-anak lain juga selalu mengejekku mengatakan Kaa-sama gila karena aku. Dan aku tahu Kaa-sama berusaha membunuhku setelah aku lahir. Aku tidak percaya saat Tou-sama mengatakan bahwa Kaa-sama sangat menyayangi anaknya. Mungkin Kaa-sama menyayangi Akira dan Kenjiro Nii-sama. Tapi tidak padaku," jawab Tomokazu sedih. Dia memang terlihat sering tertawa dan selalu bercanda, tetapi dalam hatinya, ia sangat mempertanyakan keberadaan dirinya.

"Tidak. Bukan itu yang terjadi," jawab Kojiro mengingat ia meninggalkan Kanae saat mengandung Tomokazu, "aku yang membuat ibumu gila dan aku yang memerintahkan orang untuk membunuhmu."

Tomokazu melihat ayahnya dengan tidak percaya. Apa yang ia tahu selama ini tidak dapat ia percaya lagi. Ia mengepalkan tangannya dan berlari cepat menuju kediamannya. Ia merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi.

Kojiro hanya diam dan menutup matanya, 'maafkan ayahmu, Tomokazu.'

Tomokazu berlari dengan cepat dan memasuki kamar Kenjiro berharap melihat kakaknya, namun ia tidak menemukan siapapun. Air matanya mulai terbendung di pelupuk matanya.
Ingin ia bertanya, ingin ia menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, ia tidak menemukan siapapun. Kakinya membawanya ke kamar kakak tertuanya, pikirannya tahu bahwa kakaknya tidak mungkin ada di sana, tetapi hatinya sangat membutuhkan kakaknya saat ini.
"Ani-sama.." panggil Tomokazu dengan suara bergetar menahan tangisannya.
Namun, sekali lagi ia hanya melihat ruangan kosong. Hanya katana dan wakizashi milik kakak tertuanya terletak di meja.

Tomokazu berlari keluar mencoba mencari kedua kakaknya. Pandangan matanya buram oleh air mata yang ia coba tahan. Namun, ia terjatuh saat tubuhnya beradu dengan seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya.
Anak tersebut membawa onigiri yang sekarang terlapisi pasir.
"Kau!!! Dasar anak manja!" anak tersebut menarik lengan baju Tomokazu, "itu adalah makan siangku!"

Tomokazu melihat anak laki-laki di depannya dengan marah dan mendorongnya kuat hingga anak laki-laki itu terjatuh, "kau yang buta! Kau yang tidak bisa berjalan! Dasar pengemis!"

"Kau!!!" anak laki-laki itu menarik kerah Tomokazu dan meninjunya.

Tomokazu membalas pukulan dari anak tersebut hingga mereka berkelahi di jalanan.

"Yuuichi!" panggil seorang wanita kemudian berlari  menuju kedua anak laki-laki tersebut dan melerai mereka, "Tomokazu?" panggil wanita tersebut.

Tomokazu melihat wanita di depannya dengan benci dan menarik tangannya.
"Aku tidak butuh bantuanmu."

Naori melihat wajah Tomokazu yang penuh dengan pasir dan luka di ujung bibirnya, "kau terluka. Biarkan aku bersihkan luka kalian."
Naori mencoba mengusap pipi Tomokazu yang penuh pasir, namun ia menepis tangan Naori dengan kuat.

Naori melihat Tomokazu dengan wajah serius. Kemudian ia menarik tangan Tomokazu menuju rumahnya diikuti dengan Yuuichi di belakang mereka.

"Lepaskan aku!!!" Tomokazu menarik-narik tangannya.

Naori hanya diam dan tetap berjalan hingga mereka berhenti di sebuah rumah kecil kediaman Naori dan Akira.
Akira pun keluar mendengar suara keributan yang ia kenal.
"Tomokazu?"

Tomokazu melihat Akira, air matanya mulai memenuhi pelupuk matanya.

"Duduk." Perintah Naori tegas pada Tomokazu dan Yuuichi.

Kedua anak lelaki itu duduk di hadapan Akira sementara Naori mengambil air bersih.

Akira menghela nafas dan melihat Tomokazu.

"Bukan salahku!" ucap Tomokazu, "si bodoh kotor ini yang menabrakku!"

"Apa kau bilang? Kau yang menabrakku! Onigiriku sudah menjadi sunagiri! Naori nee-san memberikanku untuk makanku hari ini!"

Akira menatap keduanya.

Tomokazu dan Yuuichi terdiam seketika saat melihat Akira.

"Sudah. Kalian berdua salah. Kalian berdua harus minta maaf," Naori mengambil lap dan obat dari kotak. Ia pun membersihkan luka kedua anak lelaki itu.

Setelah beberapa saat..

"Kenapa kau berlari-lari, Tomokazu? Tidak biasanya kau seperti ini. " tanya Akira.

Tomokazu diam dan melihat Yuuichi di sampingnya.

Akira melihat Naori. Naori mengangguk dan memanggil Yuuichi ke dapur.

"Ani-sama.. mengenai Kaa-sama..."

Akira diam menunggu Tomokazu untuk berbicara.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Kaa-sama?"

"Kenapa kau menanyakan ini?"

"... apakah benar Tou-sama memerintahkan orang untuk membunuhku?"

"Darimana kau mendengar tentang itu?"

"Tou-sama.."

Akira diam dan menunduk.

Tomokazu menundukkan kepalanya dan air matanya mulai menetes, "ternyata benar..."

Naori dan Yuuichi yang mendengar percakapan mereka dari dapur menunduk sedih.

"Apakah karena aku Kaa-sama mati?"

Akira berusaha mencari kata yang ingin ia sampaikan, tapi ia tak mampu.

Naori menghela nafas dan membawa manisan persik.

"Maaf aku mendengar percakapan kalian," ucap Naori kemudian duduk di hadapan Tomokazu, "Tomokazu.. seorang ibu dan ayah tidak akan bisa melukai anaknya. Terlebih membunuhnya."

"Lalu? Bagaimana dengan apa yang dikatakan Tou-sama?"

"Para tetua klan meminta Tou-sama untuk meninggalkan Kaa-sama sebelum ia menjadi ketua klan," ucap Akira pelan.

Tomokazu melihat kakaknya dengan tidak percaya.

"Disaat itu, Kaa-sama sedang mengandungmu. Tou-sama harus memilih. Meninggalkan Kaa-sama atau Kaa-sama akan dibunuh."
"Kaa-sama menjadi tertekan. Karena ternyata walaupun sudah ditinggalkan oleh Tou-sama, ia masih mendapat ancaman. Ditambah ia tidak bisa menemui aku dan Kenjiro. Semua itu terjadi di malam kelahiranmu. Tetua klan dan klan yang dendam pada Tou-sama bekerja sama untuk membunuh Kaa-sama dan dirimu. Tou-sama mengetahui rencana itu saat kejadian itu terjadi. Tou-sama dan aku bergegas menuju kediaman Kaa-sama. Saat kami sampai di sana, Kaa-sama tidak dapat diselamatkan. Namun, ia terbaring di depan sebuah lemari. Dan, kami menemukan dirimu di dalam lemari tersebut. Kaa-sama berusaha melindungimu hingga ia meninggal. "

"Ta...tapi.. Tou-sama..."

"Tou-sama berkata seperti itu agar kau tidak membenci klan kita. Itu semua terjadi sebelum Tou-sama menjadi ketua klan."

Tomokazu meneteskan air matanya mengingat dirinya yang dulu sangat membenci ibunya. Kini setelah ia mengetahui kebenarannya, ingin ia meminta maaf pada ibunya.

"Kaa-sama kehilangan akal sehatnya, tapi, ia masih mengingat anak-anaknya. Dia terkadang berdiri di kediaman Ishida dan memanggil namaku dan Kenjiro. Sebelum ia diusir," tambah Akira sedih.

Musubi (A prequel to Ishida Monogatari)Where stories live. Discover now