♩✧♪●♩○♬☆

46 5 6
                                    

"Besok dunia akan berakhir" Kata Anak itu padaku.

"Kau tak bisa melihatnya lagi" Katanya Padaku sembari menggenggam kedua tanganku.

"Lambaikan tangan dan ucapkan sampai jumpa" Kata Anak itu dengan air mata mengalir sembari tersenyum kepadaku.

☆♬○♩●♪✧♩  

Dia dibangunkan oleh sebuah suara yang memanggilnya. Ia tidak ingat apapaun bahkan tempatnya berada saat ini.

"Peter"

Dia menoleh dan mendapati seorang Pria dewasa berambut hitam kecoklatan tengah berdiri di pintu masuk. Cahaya matahari menyinarinya dari belakang yang mmembuanya tak bisa melihat dengan jelas wajah maupun ekspresi yang dikeluarkan oleh Pria itu.

"Lakukanlah sesuka hatimu" Ucap Pria itu sembari melebarkan tangannya ke ruangan tempatnya berada.

Sebelum sempat menjawab, Pria itu pun pergi dan meninggalkan Dia sendirian di sini.

Walaupun Dia tidak mengerti maksud dari perkataan Pria itu, Ia pun berdiri dan memutuskan untuk melihat sekitarnya.

Di ruangan seperti semacam gudang? Ada Piano yang berada tepat di tengah-tengah ruangan. Ada dua kursi dan satu Gitar.

Hanya itu saja yang Dia lihat.

Tetapi anehnya, Dia merasa sebuah tarikan yang membawanya ke arah Piano. Piano tersebut berwarna hitam mengkilap seperti tidak pernah disentuh.

Karena tidak tahu harus melakukan apa, Ia pun menarik kursi dan duduk tepat di depan Piano.

'Rasanya aku pernah memainkan Piano ini. Apa bersama Orang tadi ya...?' Batinnya sembari tersenyum.

Sejenak Ia menarik nafas dan menutup matanya sebentar untuk mempersiapkan diri, walaupun dia tidak tau untuk apa dirinya mempersiapkan diri.

Dengan instingnya, Ia memainkan Piano tersebut dengan sebuah Melodi yang sangat familiar baginya.

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Dia mengelilingi kota menggunakan mobil sendirian. Kota dimana tidak ada satupun aktivitas, karena kota ini hanyalah ada sampai dunia ini berakhir. Entah kapan dunia ini akan berakhir, apakah itu besok? Lusa? Atau hari ini? Dia sendiri tidak tahu, karena dia hanya akan pergi bersamanya.

Di saat sendiri seperti inilah ingatan-ingatan yang tak ingin ia ingat memaksa keluar, tetapi ia tidak ingin dan tidak akan membiarkan mereka keluar.

Tanpa terasa, perjalanannya berakhir dan dirinya kembali ke tempat Anak itu berada. Dia memarkirkan mobilnya dan keluar dengan perasaan kosong yang menemaninya selama ini.

Langkahnya terhenti ketika Ia mendengar sebuah Melodi yang membuat hatinya berdegup kencang dan nafasnya terengah-engah seakan akan Ia baru saja berlari.

Dengan cepat, ia membawa tubuhnya berlari ke arah pintu masuk dan melihat dengan tegang ke arah Melodi itu berasal.

Anak itu tengah bermain Piano dengan gerakan, Melodi serta suasana yang sama dengan apa yang selama ini Dia ingat.

Rasanya menenangkan akhirnya bisa kembali melihat adegan ini kembali, bahkan ingatan yang selama ini ia pendam kembali keluar dan membuatnya bernostalgia kembali tentangnya.

Saat pertama kali aku melihatmu, bergelantungan ke sana kemari memakai Onishie melindungi Neighborhood mu di layar monitor ku.

Saat pertama kali kita bertemu. Saat aku ingin merekrutmu untuk menghentikan Pria Patriotisme itu.

Saat pertama kali aku memberikanmu sebuah perlindungan yang paling kamu butuhkan, dan sebagai tanda akan keegoisan ku karena membawamu kedalam masalahku.

Saat pertama kali aku memarahimu dan mengambil sesuatu yang sangat berharga bagimu.

Saat pertama kali aku melihat kalau kamu sama egoisnya denganku.

Saat pertama kali aku merasakan perasaan ditolak dan aku mendapatkan penolakan tersebut darimu.

Saat pertama kali aku tidak perlu memasang topengku dan merasakan senang, overprotective, khawatir dan perasaan yang seharusnya tidak aku punya. Cinta.

Dan.

Saat pertama kali aku menyesal karena aku tak akan bisa menyatakan perasaan ku yang sebenarnya kepadamu.

Melodi itu tiba-tiba berhenti yang membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia membuka matanya dengan perlahan dan mendapati pandangannya berkaca-kaca, ternyata tanpa sadar dirinya menangis.

Ketika pandangannya kembali normal, Anak itu menatapnya dan tersenyum padanya. Anak itupun kembali mengalihkan pandangannya ke Piano dan memainkannya dengan Melodi yang sama.

"Besok dunia akan berakhir"

Dia tersenyum, ia pun berjalan mendekati Anak itu dan mengambil Gitar yang bersandar di samping Piano. Ia pun duduk dan memainkannya bersama dengan Anak itu.

Keduanya pun bermain dengan perasaan damai tanpa menyadari kalau di luar gedung-gedung perlahan-lahan hancur dan langit yang biru cerah perlahan retak. Dari retakan tersebut keluar sebuah cahaya berwarna Oren yang menyatu dengan kabut dan debu dari hancurnya kota yang sedikit demi sedikit berubah menjadi puing dan debu.

"Besok dunia akan berakhir" Kata Anak itu padaku.

"Besok dunia akan berakhir" Kata Anak itu takut, ia menangis dan perlahan-lahan menjadi butiran debu di pelukanku.

Jika memang Besok dunia akan Berakhir. Maka, aku ingin kita terus bersama sampai hari itu tiba.

Ayo kita terus memainkan Melodi yang kita suka ini.

♩✧♪●♩○♬☆

Akhirnya Aku bisa buat Fanfict Starker! Banzai untuk diriku
♪ヽ(*'∀')ノ

Walaupun sebenarnya, Aku rada gak puas sama hasilnya. Jadi pengen buat lagi dengan Lagu yang sama, tetapi dengan cerita yang berbeda (Intinya sih sama)

Tetapi untuk pertama kali cukup lah segini. Setidaknya aku senang Karena bisa buat Fanfictnya ❀(*'▽'*)❀

Walaupun aku yakin gak bakalan ada yang baca, tetapi aku gak peduli dan Banzai untuk diriku!! o(〃^▽^〃)o

Jelas lah ya, ini terinspirasi dari lagu

YOASOBI - Encore

Karena ini ngena banget dan menurutku cocok buat Starker

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena ini ngena banget dan menurutku cocok buat Starker. Mangkanya aku pake Fanart (Art: redcokk. Yang Cover? Gak tau sih, soalnya nemunya di Pinterest) ini.

Jelas benget ya, ini bukan Gambar asli lagunya. Aku ganti buat kesangan pribadi aja. Biar lebih menghayati, anjayyy~ Hehe (*'ω'*)

"Encore"Where stories live. Discover now