。⁠☆ - DUA

51 13 2
                                    

"Kau mengenalnya?"

Seokjin menjeda suapan mi instan ke dalam mulutnya, lalu menjawabnya sebentar. "Ya."

Dia melanjutkan suapan, lalu membiarkan pekerja paruh waktu minimarket itu melanjutkan kalimatnya. "Rupanya begitu. Dia tidak bersembunyi dengan baik."

"Biarkan saja, aku akan segera pergi begitu makananku habis." Seokjin melanjutkan santapan malamnya, bersikap seolah-olah tidak peduli dengan topik pembahasan agar Sojung tidak tahu kalau Seokjin sadar bahwa dia sedang diikuti.

Seokjin terus pada kepura-puraannya. Dia bahkan sudah dengan jelas melihat sosok Sojung mengikutinya dari kaca spion mobil yang berjalan melewatinya. Namun, sampai saat itu, Seokjin membiarkannya. Dia tidak berhenti dan memergoki Sojung.

Bahkan saat dia tiba di tower unitnya, Seokjin masih berpura-pura tidak tahu. Dia masuk ke lift dan menekan lantai nomor tiga.

Kali ini, dia mungkin tidak akan membiarkannya lagi. Dia kembali turun ke lantai dasar menggunakan tangga darurat. Dengan cepat, agar dia bisa mengejar waktu untuk bertemu dengan orang yang mengikutinya.

"Nomor 1012." Seokjin mengatakannya sembari berjalan mendekat. "Kalau kau mencari tempat tinggalku, apartemen nomor 1012."

Wanita di balik tudung kepala yang baru saja tertangkap basah di tempat kotak surat itu, lantas berdiri. Lalu dia melepas tudung kepalanya dan bersiap menghadapi Seokjin yang sudah menangkapnya basah-basah. Dengan berani.

"Kenapa mengikutiku sampai sini?"

"Sejak kapan kau tahu aku mengikutimu?" Sojung justru bertanya kembali, alih-alih menjawab pertanyaan Seokjin lebih dulu.

"Sebelum aku masuk toserba," balas Seokjin. "Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Baiklah, akan kujawab," kata Sojung. "Seorang wanita mengikuti pria sampai ke tempat tinggalnya. Menurutmu apa alasannya? ... aku tertarik padamu. Sangat tertarik."

"Yah, ini mungkin semacam pengakuan romantis ...." Sojung sambil mengalihkan pandangan saat mengatakannya.

"Aku tidak menganggapnya seperti itu," sangkal Seokjin. "Raut matamu ... tidak ada suasana romansa yang tampak. Lagipula, aku sudah memiliki istri. Kau pasti sudah tahu dari Kepala Tim Song."

Sojung sempat diam, matanya tak berhenti bergerak ke kanan dan kiri, mencari-cari alasan lain agar alasan sebenarnya tidak Seokjin ketahui juga.

"Jika kau ingin berbicara denganku, maka kita akan bicara besok, sekarang sudah begitu malam." Seokjin langsung berbalik setelah mengatakan itu. Namun, sadar bahwa Sojung belum bergerak dari posisinya, Seokjin kembali lagi.

"Kau tidak akan pergi?" tanyanya.

"Aku akan pergi," jawab Sojung. "Tapi aku suka menyelesaikan semuanya di tempat. Aku minta maaf karena sudah mengikutimu sampai sini."

"Kumaafkan," kata Seokjin. Pria itu setelahnya berbalik lagi, hendak berjalan meninggalkan Sojung.

"Tapi apa kau selalu sepicik ini? Kau sudah tahu sejak tadi, tapi ingin melihat sejauh apa tindakanku. Berpura-pura tidak tahu dan membiarkanku. Lalu menyerangku saat aku terjebak. Itu begitu picik."

"Kenapa kau berpura-pura, sementara pada akhirnya kau tidak membiarkannya begitu saja?" tanya Sojung.

Sojung mungkin tidak tahu, tapi berkat pertanyaannya, Seokjin kembali pada ingatannya beberapa bulan lalu. Kecelakaan yang membuatnya kehilangan sebagian ingatan, membuatnya tidak yakin pada dirinya sendiri.

Seokjin merasa bahwa istrinya saat ini bukanlah orang yang bersamanya sebelum dia sakit. Dia ingin memastikannya, tapi ingatan di otaknya begitu terbatas, jadi dia membiarkan istrinya berperilaku sebagai orang yang bersamanya sejak sebelum kecelakaan ... setidaknya sampai dia punya cukup keyakinan untuk membuktikan benar atau tidaknya itu.

Autumn Memories; SowjinUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum