II. Broken Glass, Full of Champagne

122 30 2
                                    

"Lu nggak kira-kira ya anjing. Udahan napa makan ciloknya buset. Itu tukang cilok bisa langsung naik haji besok ciloknya lu beliin mulu gara-gara galau. Mana pedesnya nggak ngotak," komentar Hadrian berusaha menghentikan kawannya yang terus mengunyah cilok super pedas sedaritadi.

"Gua galau banget, Yan," ujar Raigasta seraya mengusap air matanya yang mengucur akibat menyantap cilok yang terlalu pedas. 

"Yaelah, lu timbang diputusin aja galau. Noh cewe mah lu tunjuk aja, bego. Muka lu udah terpampang di Unais ganteng ada aja yang ngomongin lu setiap hari."

Raigasta memukul kepala Hadrian, membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Lu nggak pernah pacaran makanya nggak tau rasanya diputusin, kampret! Diem aja dah lu," Raigasta masih berusaha mengunyah butiran cilok lain yang berada dalam plastik.

"Emang susah ngemeng sama orang bucin abis diputusin," pisuh Hadrian merasa jengkel. "Ntar malem cabutlah biar nggak suntuk lu kerjaannya ngeliatin roomchat lu sama mantan lu doang sambil nangis bombay."

"Kurang ajar, mana ada gua nangis bombay," balas Raigasta tak terima dikatakan nangis bombay oleh sang kawan. Walaupun tidak sepenuhnya ucapan Hadrian salah, namun bagaimanapun Raigasta masih punya gengsi dan rasa malu.

"Ayolah cabut. Nongkrong sekalian gua sepik-sepik sama calon laki gua." Hadrian masih saja membujuk Raigasta untuk ikut nongkrong bersamanya malam ini. Raigasta memicingkan matanya sinis, "Gua dijadiin tumbal lu pdktan doang? Teganya temen lu baru putus dijadiin tumbal."

"Drama bet etdah anjrit, maksud gua itu tongkrongan juga isinya nyampur bukan gua sama calon laki gua doang. Tapi, didominasi sama temen dia makanya gua ajak lu soalnya gua takut canggung. Itu tongkrongan isinya keren-keren bener dah, gua bisa minder," Hadrian cengengesan.

"Terus bedanya kalo sama gua apa?" tanya Raigasta.

"Bedanya kalo sama lu gua bisa minder bareng," jawab Hadrian tanpa dosa. Membuat Raigasta kembali memukul kepala laki-laki itu. "Anjrit! Sakit, pea. Nggak mau tau gua pokoknya lu harus ikut. Bakal gua seret kalo lu nolak."

"Emang siapa sih gebetan lu?"

"Biandra,"

"Becandaan lu bisa aja, monyet. Mana mau modelan Biandra sama lu yang mirip puntung rokok begini," Pasalnya Biandra itu salah satu dari incaran banyak orang. Raigasta selama ini tau bahwa laki-laki itu sangat selektif dalam memilih pasangan bahkan jarang terdengar tengah dekat dengan seseorang. Maka dari itu, Raigasta tak percaya temannya yang tengil itu mengatakan bahwa ia dekat dengan Biandra.

"Kurang ajar, bangsat. Nih gua tunjukkin kalo lu nggak percaya!" Hadrian mengulurkan ponsel berisi fotonya dengan Biandra tengah melakukan video call. Sontak membuat Raigasta mendelik ke arah sang kawan.

"Bangsat, beneran?"

"Iya, hehehehehehe."

Atas ajakkan Hadrian, maka di sinilah Raigasta sekarang dengan hoodie putih dan celana training berwarna hitam yang melekat pada tubuhnya. Menunggu sang kawan di depan pagar rumahnya. Sebenarnya ia tidak sama sekali memiliki niat untuk ikut namun tak mau membantah sang kawan karena Hadrian adalah manusia nekat. Bisa-bisa Raigasta benar-benar diseret olehnya.

Tak lama, terdengar suara klakson mobil milik Hadrian. Raigasta lalu menoleh saat Hadrian menurunkan kaca mobilnya. Sedikit terkejut ketika menemukan Biandra tengah duduk manis pada passenger seat mobil sang kawan. Hadrian tidak bergurau ternyata.

"Masuk, Rai. Ngapain lu bengong di situ kayak orang dongo?"

Biandra terkekeh mendengar ucapan Hadrian, sedang sosok yang diejek memisuh dalam hati. Urung mengumpati Hadrian secara langsung karena merasa tak enak dengan Biandra. Jadi, Raigasta memilih untuk tetap diam seraya membuka pintu mobil lalu duduk pada bangku belakang mobil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmaraloka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang