Bab 6 Ada Hantu Di Rumahku?

Mulai dari awal
                                    

Bergegas Syakila singkap selimut dan turun dari tempat tidurnya. Beruntung di kamarnya ada kamar mandi. Berwudhu saja untuk menyingkat waktu.

"Kak Nala pasti sudah nungguin aku dari tadi." Tanpa mengenakan rukuh, rukuh bermotif Strawberry ditentengnya asala dan Syakila  berlari menuruni tangga untuk mencapai kamar tamu.

"Mau kemana, Dek?" tanya Miza yang sudah bersarung dan pakaian koko hitam. "Jangan lari," cegahnya.

"Jamaah Subuh, Kak," jawab Syakila tanpa menoleh. Tangan kecilnya membuka pintu dapur, melewatinya dan kembali membuka pintu selanjutnya. Sampailah di kamar Nala.

"Maaf, Kak, aku baru bangun," kata Syakila terengah-engah.

Nala meminta Syakila mengatur napas dulu. Bibirnya tersenyum melihat perjuangan gadis kecil di depannya. Ia tahu Syakila pasti masih mengantuk.

Setelah mengenakan mukenanya, Syakila berkata, "yuk, Kak. Kita jamaah Subuh. Aku udah siap."

"Maaf, Syakila. Kakak sudah Salat Subuh," sahut Nala dengan hati-hati. khawatir membuat gadis berambut keriting itu kecewa. "Kak Nala pikir kamu enggak akan datang karena masih tidur. Syakila salat sendiri dulu, ya, hari ini. Besok kita mulai jamaahnya," kata Nala sambil membetulkan mukena yang dikenakan Syakila. Beberapa helai rambut tipis menyembul dari mukena. Nala hanya merapikannya. Agar tak terlihat lagi ketika salat.

"Oke." Akhirnya Syakila mulai Salat Subuh, sedang Nala duduk di sajadahnya sambil membaca selawat kepada Nabi Muhammad selagi menunggu Syakila.

Selesai salat, Syakila membiasakan diri membaca doa, walaupun do'a-nya hanya Doa Sapu Jagat yang singkat dan padat, tapi itu sudah bagus menurut ibunya.

"Biar enggak kesiangan sekolah, kita coba hapal per ayat, ya. Satu-satu." Nala membuka kegiatan menghapal Subuh ini.

"Gimana caranya, Kak?" tanya Syakila. Ia biasanya bangun jam enam pagi, lalu mandi dan membuka buku pelajaran sedikit. Setelah itu sarapan dan berangakat sekolah. Menghapal Al-Qur'an dilakukan pulang sekolah, karena di sekolah tidak bisa menghapal Al-Qur'an.

Nala membuka Surat Al-Lail di Juz 30, karena Syakila sudah berhasil menghapal dengan lengkap Al-Qur'an Surat Adh-Dhua kemarin.

"Caranya adalah mengulang-ulang sampai tiga atau tujuh kali bacaan ayat yang sama, setelah itu tutup mata dan coba baca tanpa melihat," Jawab Nala. Ia meminta gadis kecil itu mengikuti ayat yang dibacanya dan mengulang sampai tujuh kali. Kemudian mencoba membaca lagi tanpa melihat.

"Masih tersendat, Kak," ungkap Syakila.

"Dicoba lagi pelan-pelan, ya," kata Nala dengan hati-hati. mendatangkan fokus bagi Nala butuh proses. Tidak terburu-buru adalah kunci.

"Alhamdulillah ayat satu sudah hapal,"kata Nala. Syakila senang bukan main karena akhirnya berhasil. "Kita lanjut ayat kedua dengan metode yang sama. Bismillah."

***

"Papa," seru Syakila menghampiri ayahnya yang sudah siap berangkat kerja. "Aku seneng banget hari ini. sepagi ini sudah berhasil menghapal lima Ayat Surat Al-Lail." Mata bulat Syakila berbinar pagi ini dan membuat seisi rumah terpana. Biasanya cemberut karena bangun kesiangan dan terburu-buru berangkat sekolah.

"Seger banget hari ini adiknya Kakak." Miza mencuil pipi gembul Syakila dengan gemas. Hatinya lega melihat Syakila sudah ceria sepagi ini.

"Iya, dong. Aku janji setiap hari pasti happy."

Pak Ridwan tersenyum melihat si bungsu bahagia.

"Iya, dong. Ini semua Mama yang punya ide." Bu Murni muncul dari dapur dengan hand bag di tangannya dan pakaian kantor hitam telah rapi di tubuhnya.

"Aku denger Nala baca Al-Qur'an di belakang sana," ujar Miza mengungkapkan rasa penasarannya. "Kenapa harus di sana, sih, subuh-subuh begitu. Di kamar aja, kan, aman."

"Kakak belum tahu, sih, aku punya rahasia sekarang. Kakak cari sendiri, ya. Kalau berhasil tahu, aku kasih hadiah," tantang Syakila dengan lucu dan membuat Kakak, Ibu dan ayahnya tertawa.

"Oke," sahut Miza. "Apa Hadiahnya?"

"Jodoh." Syakila tertawa sambil berlalu keluar rumah meninggalkan mereka yang terkejut. "Ayo, Kak, berangkat."

Miza geleng-geleng kepala. Terkadang adiknya memang di luar nalarnya. Selalu bisa membuatnya terheran-heran dan geleng kepala. Tanda ajakan Syakila langsung disambutnya. Setelah menyalami kedua orang tuanya, Miza keluar rumah.

Mengantar adiknya sekolah adalah mood-nya di pagi hari. Salah satu aktifitas yang menyenangkan. Karena sudah pasti Syakila tak berhenti mengoceh sampai tiba di sekolahnya. Ajaib memang, di usia sedewasa ini, ia dikaruniai adik kecil yang usianya terpaut jauh. Dan ini sangat menyenangkan.

Ketika hendak membuka pintu mobil, Miza tak sengaja menoleh ke samping kanan halaman rumahnya. Kedua matanya menatap kain putih yang terbentang di jemuran pakaian tengah berkibar ditiup angin pagi.

"Putih lagi." Miza menatap kain itu sesaat. "Kenapa dari semalam putih terus yang muncul. kepikiran pula lagi sampai sekarang. Padahal itu enggak penting. Masa iya hantu pagi-pagi sudah ada. Mau olahraga?"

Jaud di balik tembok, sepasang bola mata cokelat Nala mengintip keceriaan keluarga Syakila di teras rumah. Semua berpakaian rapi untuk memulai hari. Tiba-tiba hatinya merasakan desiran rindu. Rindu yang belum terbayarkan. Abi dan Umi yang ia khususkan do'a untuk menyampaikan rindunya.

Tanpa sadar, setetesair mata turun ke pipinya yang dingin.

Tanpa sadar, setetesair mata turun ke pipinya yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Takdir, Jangan MenolakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang