"Nggak," jawab Jenggala cepat.

"Lo lapar?" tanyanya balik kemudian. Takut Magma memang lapar dan menjadikannya makanan saat itu juga.

"Hm, temani saya makan," ajak Magma.

Magma bangkit dari duduknya. Sedangkan, Jenggala memperhatikan dengan penuh kebingungan. Mulutnya bahkan tak bisa melayangkan protes atau tolakan terhadap ajakan Guru barunya itu.

Melihat Magma yang berjalan lebih dulu, meninggalkan Jenggala yang masih termenung. Seharusnya, Jenggala bisa mengambil kesempatan itu untuk lari dari sana, namun nyatanya dia takut melakukan itu.

"Uh!"

"Gue pijet juga tuh biji keladinya, biar mampus sekalian!" umpat Jenggala. Meski begitu, dia tetap mengekor dibelakang Magma.

Melirik melalui ekor matanya. Bibirnya kembali mengukir senyum tipis. Magma pikir, sudah lama sekali dia tak tersenyum setelah tunangannya meninggal dunia. Tetapi, setiap kali melihat dan berbicara dengan Jenggala, bibirnya tak henti-hentinya mengukir senyuman.

"Jangan cemberut, takut harga diri kamu jatuh nanti," goda Magma.

Mereka berdua berjalan beriringan sekarang. Melewati koridor yang dipenuhi murid-murid yang berlalu lalang, ada juga diantara mereka membuat tongkrongan dipinggir. Semuanya menunduk, tak berani mengangkat kepalanya saat melihat Magma dan Jenggala.

Sekarang, selain takut pada Jenggala, mereka juga takut terhadap Magma Sangkakala, guru baru dengan tatapan menakutkan dan omongan tegas miliknya.

"Jenggala?!"

Bersamaan dengan suara yang memanggil. Langkah Magma dan Jenggala terhenti, mereka berdua refleks berbalik dan mencari sumber suara.

Magma memiringkan kepalanya, melihat anak laki-laki berlari ke arah mereka dengan senyum riang, tak ada ketakutan sama sekali di matanya.

"Jenggala, Jenggala!"

"Tadaaaa... Gue udah dapat nyamuknya, hidup-hidup!" katanya riang. Menunjukkan nyamuk dalam botol kecil, nyamuk itu mulai mabuk, sebab kehabisan oksigen.

Siapa anak ini? pikir Magma.

Sepertinya, anak itu baru menyadari kehadiran orang lain di sana. Dia berbalik mengalihkan pandangannya, menunduk hormat dengan senyuman kikuk.

"Selamat siang, Pak," sapanya.

"Dia temen gue, namanya Jamaluddin," kata Jenggala. Menghentikan segala kebingungan diantara mereka.

"Bukan, Pak. Namanya saya, Jean. Jamaluddin itu nama bapak saya," kata Jean memperbaiki kesalahpahaman.

Jenggala memang suka memanggil Jean dengan nama almarhum ayahnya, jahat sekali memang. Tapi, Jean tidak bisa melakukan apa-apa selain menyetujui nama panggilan itu.

Magma melirik Jenggala, kelakuan tak sopan lainnya kembali terungkap. Anak itu benar-benar nakal.

"Apa?!" tantang Jenggala.

"Kenapa lihat-lihat gue?"

"Mau gue panggil juga dengan nama bapak lo?!" katanya mengancam. Jenggala kesal saja, tatapan Magma membuatnya kikuk. Jadi, omongannya tak bisa dikendalikan lagi.

Menggeleng pelan, menarik pinggang Jenggala agar lebih dekat padanya. Magma berbisik tepat di telinga anak itu. "Ah, saya lupa Jenggala. Bukannya kamu sudah berjanji untuk menuruti setiap perkataan saya?" bisiknya.

"Hah?!"

"Kapan?" Jenggala berpura-pura tidak tau. Padahal, sangat jelas, dia menurutinya asal Magma mau menolongnya dari gangguan siluman Kodok Zuma.

"Apa perlu saya memanggil, gadis gemuk yang sangat kamu takuti itu—"

"Oke, oke! Jangan ngancam gue!" kesal Jenggala. Menarik diri menjauh dari Magma, membuat tangan kokoh yang melingkar di pinggang terlepas secara paksa.

Jenggala menghampiri Jean yang masih berdiri di dekat mereka berdua. Merangkul pundak temannya itu. "Jamaluddin, ayo pergi makan bareng kita," ajaknya.

Lebih baik jika mereka bertiga, daripada harus berduaan dengan guru yang sangat menyebalkan itu. Jenggala tak menyukainya, dia terlalu kikuk dan canggung saat berdekatan dengannya.

"Gue mau ngajak temen gue. Dia kalau makan sendiri, kadang kek anak babi," kata Jenggala beralasan.

Jean melirik kesal. "Ujung-ujungnya, gue juga yang kena. Anak baik kaya gue, emang sering dijadiin tumbal," katanya.

Jenggala terlalu asik dengan Jean, mereka berdua berjalan lebih dulu meninggalkan Magma.

"Padahal, saya yang mengajak," kata Magma.

Dua anak itu terlihat lucu. Siapa sangka, yang satu anak iblis dan yang satunya teman anak iblis.




Note ;
Sering-sering komen, ya.
bbyouxx nggak yakin mau keluarin PDF-nya, kalau cerita ini nggak ramai :(





MaJe (Magma and Jenggala) ENDWhere stories live. Discover now