1
Sepuluh bulan sudah waktu berlalu dari hujan terakhir, menjadikan
udara demikian kering dan sengsara. Itu berlangsung sejak Kasanga,1
terus merayap ke bulan Kasapuluh, Hapit Lemah, Hapit Kayu, Kasa, Karwa,
melewati bulan Katelu. Namun, ketika bulan Kapat dan Kalima langit
masih saja bersih tanpa selembar pun mendung, keadaan yang demikian
sungguh sangat mencemaskan. Manusia, binatang, dan pepohonan
menangis dan semua berharap segala penderitaan itu akan segera
berakhir, seperti jalan panjang ke depan selalu menjanjikan ujung meski
sebenarnya tanpa ujung.
Daun kering menangis, daun beluntas meranggas. Di antara sesama
pepohonan tak lagi saling menyapa. Sepuluh bulan yang lalu, hujan
memang turun menggila di mana-mana pada bulan Kanem, Kapitu, dan
Kawwalu, menyebabkan banjir terjadi di banyak tempat. Ada saatnya
hujan demikian dirindukan, tetapi ada waktunya pula hujan yang turun
dengan jumlah air kebablasan berbuah bencana mengerikan. Hujan ada
saatnya menjadi anugerah, tetapi hujan berkesanggupan pula menjadi
bencana. Seperti api, kecil sahabat baik, jika terlalu besar namanya
bencana.
Hujan menyebabkan longsor yang mengubur rumah-rumah di
lereng bukit. Hujan pula yang menenggelamkan rumah-rumah penduduk
1 Kasanga, Jawa Kuno, nama penanggalan sebagaimana dianut kaum petani untuk bulan Maret, berturutturut
selanjutnya Kasapuluh=April, Hapit Lemah=Mei, Hapit Kayu=Juni, Kasa=Juli, Karwa=Agustus,
Katelu atau Katiga=September, Kapat=Oktober, Kalima=November, Kanem=Desember, Kapitu=Januari,
Kawwalu=Februari
2 Gajah Mada
dan memberangus nasib mereka beberapa bulan ke depan karena gagal
panen. Apalagi, jika hujan itu masih dibarengi badai dan puting beliung,
rumah sekukuh apa pun ambruk dilibas kekuatannya yang sungguh
mengerikan dan dahsyat. Puting beliung yang mampu memilin udara
dan melibas benda apa pun, rumah diterjang rumah pun berantakan,
gajah diterjang gajah pun terlempar. Apalagi, yang hanya kecil-kecil,
seperti semut, lalat, dan debu.
Namun, yang terjadi kini justru sebaliknya. Sungai-sungai tak
berair. Sumur dikeduk makin dalam dan makin dalam. Ketika air sangat
dibutuhkan dan masih terlihat mengalir di Kali Brantas, banyak orang
menggagas bagaimana cara mengangkat sisa air itu naik ke permukaan.
Gagasan yang tetap sebatas gagasan karena mustahil diwujudkan.
Membendung Kali Brantas dan mengangkat airnya sungguh gagasan
gila kecuali jika pemilik gagasan itu adalah raja yang punya kewenangan
menjatuhkan perintah kepada para kawula tanpa terkecuali untuk bekerja