My name (Kishi)

52 6 11
                                    

Kishi.

Apa itu namaku dari lahir?
Bukan.

Lalu nama apa itu?
Nama dari tuanku saat ini.

Aku tidak ingat nama asliku. Selama ribuan tahun aku hidup dengan nama yang berbeda-beda.

Kenapa?
Ini adalah kesalahan. Kesalahan pemimpin di kampung halamanku. Kesalahan yang dilampiaskan kepada semua anak-anak disana termasuk Aku.

'Hidup sebagai budak' itulah yang orang itu katakan sebelum memberi kami simbol aneh dengan syarat kontrak yang mudah, 'nama'. Dengan itu aku berganti-ganti nama. Hidup dilingkungan yang keras, pekerjaan kotor pun tetap ku laksanakan karena aku tidak boleh menolak. Jika menolak maka simbol ditanganku akan mengeluarkan listrik dan itu cukup menyakitkan.

Namun tuanku saat ini bisa ku katakan dia sangat naif karena memberiku perintah pertamanya yang aneh.

"Bebaslah."

Dia memerintahkanku untuk bebas, meski masih ada aturan lainnya tapi dia tetap memerintahkanku untuk bebas.
Dia, seorang ultra yang merupakan lawan tuanku sebelumnya.
Dia yang mau menerima ajakanku untuk mengalahkan tuanku.
Dia yang tidak sengaja menjadi tuanku saat ini.

Entah kenapa aku merasa senang setelah sekian lama.

Dan saat ini aku kembali. Di planet, tempat dimana pertama kalinya aku dan tuanku bertemu. Aku berpisah dengannya sehari setelah dia memerintahkanku bebas. Bukan untuk apa tapi aku ingin tahu kabar dari kaumku. Tapi selama pencarianku aku tidak menemukan satupun petunjuk jadi aku memustuskan mencari sedikit lagi. Jika tidak ketemu maka aku akan kembali ke tuanku.

Tapi jika boleh jujur. Untuk pertama kalinya aku merasa emosional dengan namaku.

Pov End



Di sebuah pasar yang ramai. Seseorang mampir di sebuah kedai dipinggir jalan serta memesan makanan. Dia tidak menyadari bahwa disebelah kirinya ada seseorang yang terlihat misterius karena memakai jubah hitam yang sedang menikmati makanannya.

Saat dia mulai menyadari itu. Terlihat ditangan kiri orang tersebut ada sebuah simbol yang familiar dengannya. Dia mengambil tangan orang itu untuk memastikannya dan membuat orang itu terkejut.

"Apa-apaan kau?!"

"Kau juga mempunyai tanda itu."

"Apa maksudmu?"

Dia menunjukkan tangan kirinya yang membuat orang itu terkejut. Dia juga memiliki tanda yang sama.

"Tunggu, aku tidak percaya. Buktikan jika itu benar," ucap orang itu yang segera menarik tangannya. Terlihat dia menghela nafas sejenak lalu berbicara. "Saat itu tidak tahu kenapa tapi karena pemimpin kita yang 'Luar biasa bin ajaib' membuat kita terkutuk menjadi budak selama hidup kita."

"Jadi asli ya ...." gumamnya sambil memakan makanannya sampai habis. Jujur saja dia tidak tahu harus mengatakan apa karena terlalu mendadak.

"Hei, kau nampak tidak senang bertemu dengan satu bangsamu."

"Karena aku sudah menyerah mencari satu bangsaku tapi ternyata aku bertemu salah satunya sekarang."

"Yah aku tidak bisa menyalahkan hal itu. Banyak dari anak-anak bangsa kita tidak bisa melanjutkan hidup dan mati sia-sia. Sepertinya kita berdua cukup beruntung masih bisa hidup."

Orang itu hanya bisa mendengarkan perkataannya. Sekilas dia mengingat masa-masa hidupnya yang selalu gelap bahkan pandangannya seakan film hitam-putih lama.

"Omong-omong kau mau ke tempatku? Tuanku bisa dibilang ramah."

"Itu kalau diperbolehkan."

"Tentu saja. Dan namaku sekarang Almar. Kau?"

"Kishi."

#####

Setelah menyelesaikan makanan mereka Almar mengajak Kishi ke tempat tinggalnya atau tepatnya tuannya. Tempatnya bisa dibilang seperti rumah orang kaya, mewah. Hal itu membuat Kishi bertanya-tanya apakah Almar dipungut ditengah jalan atau dibeli.

Namun bukannya masuk lewat pintu depan dia malah diajak ke halaman belakang lewat samping rumah. Kishi tidak bertanya atau mengeluarkan sedikit suara sedikit pun. Dia sibuk memperhatikan setiap inci pemandangan luar rumah itu.

"Tuan. Aku membawa pesananmu!" seru Almar mendekati seseorang yang tengah bermain dengan burungnya.

Orang itu menoleh ke Almar tapi dia terkejut saat melihat Kishi yang berada dibelakangnya.

"Almar, siapa itu?"

"Oh! Dia sebangsaku tuan!"

"Sendirian?" Dia mulai menatap Kishi dengan penasaran. "Bukankah kutukan kalian tidak bisa hidup tanpa memiliki tuan?"

"Benar, dan aku memilikinya."

"Lalu dimana dia?"

"Sangat jauh. Dia berada diplanet lain."

"Dan dia membiarkanmu keluar?!" kali ini Almar yang bertanya. Terlihat ekspresi tidak percaya bahkan Kishi sendiri saja masih tidak percaya dia bisa pergi kemanapun sebebasnya.

"Ya. Kutukannya tidak memberikan jarak antara kita dan tuan kita. Jadi tuan baruku memperbolehkanku kemana pun malah aku disuruh 'bebas'."

"APA?!" Almar tidak bisa menahan suaranya. Dipikirannya hanya mengatakan 'tidak mungkin' tapi faktanya sudah ada didepan mata. Kishi hanya bisa memaklumi keterkejutannya Almar bahkan sekali lagi Kishi masih tidak percaya.

Tuan dari Almar juga sama terkejutnya tapi dia malah menarik ujung bibirnya.

"Tuan ... Karena saya sudah mengerjakan semua tugas ... Anu ... Bolehkah?" tanya Almar. Orang itu sudah membaca keinginannya untuk bisa lebih menghabiskan waktu dengan Kishi. Dia pun mengangguk dan mengatakan, "Baiklah. Tapi sebelum itu ...." Dia melihat kearah Kishi. "Kau, siapa namamu?"

"Kishi."

"Begini, Almar tidak pernah bertemu sebangsanya. Dan kau adalah yang pertama, bisakah aku menjadi tuanmu agar Almar punya teman?"

Sejenak Kishi terdiam. Apa maksudnya. Dia telah memiliki tuannya sendiri. Kenapa dia ingin- oh tunggu sebentar perasaan apa itu. Kishi memegang pedang dipinggangnya, dia merasa harus lari dari tempat ini.

"Maaf, tapi aku akan memikirkannya. Aku harus menanyai tuanku terlebih dahulu."

Orang itu melihat kelakuan Kishi yang terbilang cukup aneh. Tapi dia sadar dan tahu itu karena apa.

"Begitu ya. Kalau begitu ... Almar."

Kishi tidak tahu apa selanjutnya tapi dia merasa ada yang memukul kepalanya dari belakang dan semuanya menghitam.

One Shot for my OCWhere stories live. Discover now