Chapter 12 : Skenario Tanpa Kim Dokja (2)

Start from the beginning
                                        

Dengan moster di depan dan jalan yang terhalangi, apa yang bisa dilakukan untuk keluar dari situasi ini? Jika itu Kim Dokja apa yang akan dia lakukan?

Aku merasakan tarikan di lengan bajuku.

[Kamu telah menemukan salah satu karakter!]

[Jumlah karakter terkumpul saat ini (5/10)]

"Lee Gilyoung?"

Bocah laki-laki serangga yang tingginya mencapai pinggangku menatap ke depan dengan intens. Tidak ada emosi di ekpresinya saat dia membuka mulutnya.

Itulah saat Yoo Sangah bergumam dengan nada rendah.

"... Monsternya."

Aku menyipitkan mataku. "Bukannya itu... "

Aku segera mengetahui maksudnya. Badak yang seharusnya menuju kami tertahan oleh monster lainnya. Warna hijau dan tubuhnya yang ramping. Belalang sembah yang sebelumnya kulihat mengayunkan capitnya.

Aku segera berbalik pada satu-satunya anak kecil dalam kelompok kami. Menggerakkan belalang sembah bukan sesuatu yang kuduga bisa dia lakukan secepat ini.

Untuk saat ini, belalang sembah dan badak itu saling melawan.

"Ugh ... "

Lee Gilyoung menunduk melepaskan tanganku dan menutup mulutnya, darah menetes dari sela-sela jarinya. Wajahnya menjadi pucat.

Aku menepuk pundaknya, "terima kasih, kau tidak perlu memaksakan diri lagi."

Sudah kuduga, itu masih terlalu awal baginya. Tapi itu bagus, bantuannya telah memberi kami waktu.

[Beberapa konstelasi bersemangat dengan situasi yang ada.]

[Konstelasi 'Righteous Chaos' tertawa dengan kemalanganmu.]

[Anda menerima sponsor 500 koin.]

Secara mengejutkan ada banyak pesan muncul dihadapan ku. Seperti yang Bihyung katakan, semakin seru situasi maka konstelasi juga akan menyukai menontonnya. Kesampingkan kesulitan yang kau alami, seseorang juga mendapatkan koin. Itu hal yang bagus, hanya saat kau dapat bertahan.

Jika begitu, haruskah aku menunjukkan kepada mereka tontonan yang menarik?

Aku menepuk ringan kepala kecil yang menunduk kesakitan melindungi kami. Bahkan sampai sekarang, aku tidak melakukan sesuatu yang membantu mereka. Bahkan seorang anak telah memberi kami waktu untuk melarikan diri.

"Huff... Baiklah." Aku meregangkan lenganku.

"aku ingin bertanya, kalau tidak salah ada jalan lain menuju stasiun Geumho, Itu jalannya kan?" aku menunjuk arah kiri jalan masuk stasiun Geumho.

"Ya, tapi jalan itu sedikit lebih jauh."

Ada banyak monster menuju ke sini. Bahkan dengan Lee Hyunsung, tidak mungkin mengatasi mereka semua. Jalan di depan tertutup dan kami perlu mengambil jalan lain, dimana jalan itu lebih panjang.

Kami hanya perlu waktu yang cukup.

"Bisakah aku meminjam ponselmu? Aku akan mengembalikan nanti."

[Karakter Yoo Sangah menaruh kepercayaan samar padamu.]

Hanya karena ini aku berani mengatakannya. Pesan yang muncul membuatku bingung, tapi waktu kami tidak memberikanku kesempatan memperhatikan hal itu.

Sejujurnya, aku gugup saat ini. Pemandangan monster, yang mendekat dari segala arah sangat menakutkan.

Waktu yang tersisa hingga skenario berakhir adalah 6 menit. Lee Hyunsung kembali pada kami dan wajahnya pucat saat melihat bongkahan yang menutupi jalan masuk.

"Jalannya ... "

"Pak Tentara, dengan skill anda, apa bisa memindahkan bongkahan ini?"

Lee Hyunsung berpikir dengan dalam, dia berbicara dengan sedikit keraguan. "Kurasa aku bisa melakukannya, tapi aku butuh waktu. Aku khawatir monster itu akan menuju ke sini."

"itu sudah cukup. Silahkan dimulai. Aku akan mengurus mereka."

"Apa yang ... "

"Pak Hyunsung, silahkan fokus. Serahkan mereka padauk!"

Lee Hyunsung mengangguk dengan enggan dan memberikan pisau swiss kepadaku.

"Terimakasih."

Lee Hyunsung tidak mengambil waktu dan segera bergerak untuk memindahkan bongkahan itu.

Monster bergerak mendekati kami, ada banyak dari mereka. Aku tidak punya skill dan lukaku masih berlum sembuh. Tapi, setidaknya, aku punya rencana.

Aku menguatkan hatiku.

[1200 koin diinvestasikan ke dalam 'agility'.]

[Agility Lv.3 → Agility Lv.7.]

Kecepatanmu meningkat dengan cepat!]

[Anda bisa berlari dengan cepat sekarang!]

Ini seharusnya cukup. Aku menghirup nafas yang besar.

"Kemari kalian semua!"

Aku berteriak dengan sekeras mungkin.

Suaraku terisi dengan percaya diri berkat kecepatanku yang kini meningkat. Dalam hal ini, pengaruh koin sangat jelas dampaknya. Perasaan seperti seorang atlet dan angin yang melewati wajahku dapat dirasakan berkat penggunaan koin.

Sebagian besar monster tertarik dengan teriakanku. Pemandangan sekumpulan monster yang mengerjar membuatku merinding, seolah-olah orang yang fobia ketinggian melihat kebawah pada tempat yang sangat tinggi.

Hanya memfokuskan diriku dengan berlari dan menghindari monster disekitar sangat membuatku lelah dengan cepat. Saat itu aku menyadari bahwa selain agility, stamina juga penting. Hal itu membuatku mendapatkan luka baru di lenganku. Aku menggunakan koin lagi pada staminaku.

Pisauku menebas monster yang berusaha mendekat. Aku bersyukur bahwa serigala yang cepat sudah dibereskan oleh Lee Hyunsung.

Aku hanya berlari selama satu menit dan kecepatanku mulai melambat. Aku tidak boleh berhenti sampai Lee Hyunsung berhasil membuka jalan kembali.

Berapa lama itu?

"Trinity! Jalannya sudah terbuka!"

Nice.

Aku melambaikan tangan pada mereka. Ini seperti salam perpisahan.

"Kemana kamu ingin pergi?!" Yoo Sangah berteriak.

"Kalian duluanlah! Aku akan kembali!"

Aku bisa melihat wajah khawatir mereka semakin mengecil, aku menjauh dari mereka. Itu tidak bisa, aku sudah mencapai batasku. Luka kaki dan kepalaku menjadi lebih buruk saat melawan monster tadi. Oleh karena itu, dengan mengerahkan apa yang tersisa dalam diriku, aku mendekat kearah gerombolan monster itu.

Terkadang, dalam kesulitan ada kemudahan. Dibalik resiko yang diambil ada kesempatan untuk keluar dari masalah.

Suatu saat, aku melihat sebuah lobang agak besar di permukaan lantai, akan mudah untuk mengabaikannya. Aku hanya berspekulasi, namun saat makhluk tikus keluar dari lubang tersebut, aku telah yakin.

Aku berbelok ke kanan, dan gerombolan monster terbagi dua, dimana salah satunya mengerjarku. Meski Sebagian besar masih mengejar yang lainnya, setidaknya dengan ini dapat membantu mereka melarikan diri. Hanya ini yang bisa kupikirkan.

Seharusnya disekitar sini.

"Ketemu!"

Ada lubang yang di rel kereta yang cukup besar dimasuki manusia. Dalamnya begitu gelap dan isinya tidak bisa dilihat tapi, aku melompat ke sana tanpa ragu.

Gempa mini sekali lagi terjadi menutup lubang masuknya. Batu kecil dan debu berhamburan. Detik berikutnya, pandanganku seutuhnya menjadi gelap. Cahaya telah menghilang dan hanya kegelapan yang tersisa.

[Kamu telah memasuki wilayah monster lain!]

[Sub Skenario telah diperbarui!]

Untuk kedepannya, hanya ada diriku yang bisa kuandallkan.



Another Reader's Viewpoint |FF ORVWhere stories live. Discover now