Setelah sampai di dekat Harrison, laki laki itu langsung saja mengarahkan ujung pedang nya dengan cepat. Tinggal sedikit lagi Rafael berhasil menancapkan pedangnya pada dada Harrison jika tidak ada benda yang menghalangi secara tiba tiba.

Sringg

Sebilah pedang lain menghalau ujung pedang milik Rafael yang berjarak 5cm dari dada Harrison.

"Kau pikir hanya kau saja yang mempunyai pedang? Lihatlah! Bukankah sekarang seimbang?!" Seru Harrison mengangkat sebuah pedang berwarna hitam mengkilap. Ia tersenyum ponggah.

Entah darimana Harrison mendapatkan pedang tersebut, tiba tiba saja sudah berada di genggamannya. Tidak ada yang menyadari pergerakan kilat Harrison termasuk Rafael.

Harrison berbalik menyerang menggunakan pedang hitam nya. Lagi lagi sangat kilat, Rafael sendiri tidak bisa memprediksi arah sasaran pedang. Matanya bergerak ke kiri kanan lincah mengamati pergerakan Harrison, sembari tanganya yang sibuk mengayunkan pedang miliknya.

Kiri! Yah dia sekarang tau arahnya dari kiri. Dia hanya harus bergerak ke kanan untuk menghindar. Rafael bergerak ke samping ketika melihat arah pedang yang tetap mengarah ke kiri. Laki laki itu tersenyum penuh percaya diri. Rasa percaya dirinya hinggap pada jiwanya untuk beberapa detik.

Senyumnya seketika lenyap saat merasakan benda tajam yang menggores pipinya dengan cepat.

Ternyata tipuan. Harrison sengaja mengarahkan ke arah kiri, setelah Rafael fokus pada arah tersebut maka secara tiba tiba laki laki itu akan mengubah arah sasaran nya menjadi ke kanan.

"Anjing!" Umpat Rafael. Tangannya mengusap darah yang mengalir dari sayatan di pipi nya.

Wajah tampan yang ia banggakan dan ia jaga untuk Elizabeth seorang sekarang tergores. Harga diri sebagai laki laki tampan menjadi ternodai. Bagaimana jika Elizabeth setelah ini tidak mau memandang dirinya. Yah walaupun sebelumnya sih juga enggan. Tapi kan....

"Wajahku," keluh Rafael lesu. Saat matanya menatap Harrison yang mengejeknya seketika amarah dalam dirinya membara bak api yang disiram minyak. Tidak mau menunda nunda lagi ia berbalik membalas Harrison. Darah harus dibalas darah walau setetes saja yang keluar.

Suara denting gesekan antar pedang terdengar nyaring. Baik Rafael ataupun Harrison saling mengadu ketangkasan berpedang yang dimiliki.. Keringat yang membasahi tubuh tidak mempengaruhi semangat mereka. Justru itu menambah semangat mereka yang membara untuk saling mengalahkan.

Elizabeth berdiri tak jauh dari mereka. Memperhatikan bak penonton tak berguna yang menonton pertunjukan. Gadis itu heran. Kenapa kedua laki laki semangat sekali? Harusnya kan dirinya yang sekarang berhadapan dengan Harrison, bukan malah menjadi penonton seperti ini.

Gadis itu berdecak kesal. Ia tidak bisa diam seperti ini terus. Tujuan dia kemari untuk membunuh Harrison.

Berjalan pelan mendekati keduanya tanpa menimbulkan suara tapak kaki. Memperhatikan sebentar, jika keadaan Rafael terpojok dia akan bergabung. Selain itu dia harus mengamati pergerakan Harrison sekaligus mencari kelemahan lainnya.

Dalam genggaman tangannya sudah ada pedang es yang sangat tajam. Rafael terlihat kelelahan dan semakin terpojok. Laki laki itu mendapatkan luka goresan yang cukup banyak, Elizabeth merinding. "Apa tidak sakit?" Pikirnya.

Matanya melotot ketika melihat pedang Harrison yang mengarah pada leher Rafael. Dengan segera dia berlari dengan cepat. Lalu sebelum pedang tersebut mengenai Rafael, Elizabeth segera menghalau dengan pedang es nya.

Elizabeth menyentak pedang milik Harrison. Dia mendorong Harrison ke belakang dengan sihir angin nya, lalu mengikat Harrison pada batang pohon dengan sulur tanaman. Setidaknya untuk beberapa saat Harrison tidak bisa menyerang mereka.

Untouchable Lady [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя