Dan itu akan berguna dalam kondisi seperti ini.

Jeno seharusnya tak perlu khawatir, bukan?

Tapi mengapa pria itu masih gelisah? Tak melihat wajah si manis dalam keramaian seperti ini membuat dirinya sedikit linglung.

Satu tegukan minuman keras berhasil Jeno taklukan.

Satu dua gadis bar mendekat dan menghampiri Jeno di tablenya. Mereka duduk di kedua sisi badan Jeno dan menempel pada lengannya dengan manja. Dari situ, Jeno dapat dengan jelas merasakan saat mereka menggesekan dua gunung berisi mereka pada lengannya yang berotot.

"Maaf, bisakah kau sedikit menjauh" ucap Jeno dengan wajah risihnya.

Satu gadis di sisi kanan Jeno menoleh. Ia memiliki bibir yang sexy, rambut panjang di gerai juga bentuk badan yang amat sangat mengundang bagi sebagian pria mesum di luar sana.

"Kau nampak asing, sayang. Apakah ini pertama kalinya kau memesan table, hum?" Gadis berambut panjang berbicara dengan nada yang mendayu, "Siapa namamu tampan? Aku Erina" sambungnya, tangan dengan jemari lentik itu di ulurkan guna mengajak Jeno bersalaman.

"Norman" mau tak mau, Jeno membalas jabatan tangan itu. Karena di tempat ini, ia sama sekali tak punya jabatan.

Ia hanya harus mengalah.

"Wow, namamu tak kalah tampan dari wajahmu. Aku Annie, salam kenal" satu gadis lainnya ikut mengulurkan tangan. Yang namanya Annie memiliki postur badan lebih kecil dari pada Erina. Namun makeupnya sangat amat tebal.

Jeno bergidik.

Satu gelas minuman keras kembali tandas dalam sekali tegukan.

"Ku lihat kau sangat tahan dengan alkohol. Aku menyukainya. Apakah kau ingin menghabiskan malam ini denganku, Norman?" Erina mengusap dada bidang Jeno.

"Apa maksudmu? Tentu saja Norman ingin menghabiskan waktu denganku. Iya kan, sayang?" Annie tak mau kalah. Ia semakin mendempetkan badannya pada Jeno.

Dua gadis itu kemudian saling beradu pandang dengan sengit, dan perdebatan pun tak bisa dihindari.

Sial.

Jeno menarik napasnya dalam dalam. Dan menghembuskannya kasar.

Dimana sebenernya Jaemin? Dan kenapa ia malah bertemu dengan dua wanita haus belaian ini?

Jeno yang kesal pun segera bangkit dari duduknya, sontak membuat Erina dan Annie yang sedang berdebat mendadak diam dan menoleh ke arah Jeno.

Baru saja Jeno akan beranjak pergi dari situ, matanya terlebih dahulu menangkap sosok yang dari tadi membuatnya resah tengah berjalan ke arahnya.

Siapa lagi jika bukan Jaemin.

Tapi, siapa laki laki di belakangnya itu? Jeno mengerutkan alis. Ia memutuskan untuk kembali duduk dan langsung segera di sambut oleh sentuhan manja dari Erina dan Annie.

Jaemin dan laki laki di belakangnya- Hyunjin, sampai di table Jeno. Si manis melirik takut takut ke arah Jeno yang memasang wajah masam. Ia bingung harus apa.

"Ini kenalanmu?" Hyunjin bertanya pada Jaemin yang langsung dijawab dengan anggukan.

Pria itu tersenyum, ia berdiri di depan Jeno, "aku Hyunjin. Ku dengar kau kakak Juan?"

Hah?

Apa apaan? Kakak?

Jeno terkekeh kecil. Ia menatap Jaemin yang juga tengah menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Jadi ternyata ia dianggap kakak oleh Jaemin.

"Benar. Namaku Norman" Jeno menjabat tangan Hyunjin.

Keduanya tersenyum.

"Boleh aku bergabung. Kurasa kau tengah bersenang senang" ucap Hyunjin seraya menatap Jeno dan dua gadis di kedua sisinya seraya bergantian.

"Silahkan"

"Terimakasih" Laki laki yang baru saja menjadi kenalan baru Jeno itu pun duduk di seberang meja, "Juan? Duduklah. Kenapa hanya berdiri?"

"A-ah iya. Oke.." dengan kikuk, Jaemin duduk di sebelah Hyunjin.

"Apa kalian pendatang baru?" Tanya Hyunjin pada Jeno dan Jaemin.

"Ya. Ini pertama kalinya kami berkunjung" Jeno menjawab sebelum kembali meneguk satu gelas minuman yang tersaji.

Entah mengapa ada rasa mengganjal saat ia melihat Jaemin duduk di samping pria asing itu. Dan rasa mengganjal itu berubah menjadi perasaan ingin memukul wajah Hyunjin kala ia memeluk pinggang si manis dan merabanya pelan.

"Benarkah? Kalau begitu kalian harus menikmati malam ini dengan baik"

"Ya"

"Tentu saja. Norman akan menghabiskan malam yang super panas denganku" Erina menyahut dengan cepat.

"Tidak. Norman akan bersamaku malam ini, Rin!" Annie membalas.

Keributan itu membuat Jaemin bertanya tanya. Memang apa yang akan mereka lakukan dengan tuannya?

"Ku jamin kau akan jadi anggota popoler di bar ini, Norm" Hyunjin terkekeh melihat pertengkaran dua gadis itu, "lalu, bolehkan aku memiliki adikmu ini untuk satu malam?"

Jaemin sontak menoleh ke arah Hyunjin.

"Satu malam?"

Kemudian beralih menatap tuannya.

Gawat. Dari raut wajah Jeno, Jaemin tau jika tuannya itu tengah menahan amarah. Apakah itu karena ia menyebutnya sebagai kakak?

Astagaa, Jaemin sangat bingung ketika Hyunjin bertanya padanya datang dengan siapa. Dan spontan ia menjawab bahwa ia datang bersama kakak laki lakinya.

"Ya. Satu malam cukup menurutku. Ya kan, Juan?"

Jaemin tak tau harus berbuat apa. Ia mengangguk samar sembari terus melihat ke arah Jeno.

Pria itu tersenyum miring.

Alarm bahaya dalam diri Jaemin berbunyi.

Apakah Jeno akan marah dan mengamuk disini? Sekarang??

Apakah rencana mereka akan gagal??

Apa yang harus ia lakukan??

Haruskan ia menolak ajakan Hyunjin??

Atau apakah ia harus mengajak Jeno pulang?

Apakah-

"Tentu saja boleh. Habiskan waktu dengan Juan sesukamu, Hyunjin"






























halow. lumutnya udah segede apa?? awokawok

Yours | Nomin (on hold)Onde histórias criam vida. Descubra agora