01. Malam Tak Terduga

265 46 41
                                    

Di sebuah ruangan dengan banyak tumpukkan kertas-kertas kuno yang disusun vertikal dengan rapi, ruangan dengan belasan cahaya lampunya itu membuat seorang lelaki berkulit tan nan manis menemukan bagian dirinya yang tersembunyi disana. Ia terduduk pada pangkuan jendela kosong yang membiaskan rembulan. Kedua kakinya tertekuk memangku sebuah buku dengan halaman kuno yang sudah menguning. Matanya teralih pada rembulan penuh yang begitu cantik di ruang cakrawala. Wajahnya terbias oleh cahaya, manik coklat terang nan indah dengan bulu mata lentiknya membuat langit merasa iri.

"Jongin, kau masih disini?" Ujar seorang lelaki paruh baya yang datang menghampiri dan memilih duduk di pinggir jendela bersama lelaki tan itu.

"Ayah."

"Ada apa, nak? Ada sesuatu yang mengganggu mu?"

"Tidak, ayah." Cicit si tan.

Jongin menutup bukunya dan menunduk. Ia tak berani menatap mata ayahnya karena rasa bersalah yang tengah menggerogoti nya, membuat perasaannya kacau seharian ini.

Flashback •••

Hap!
Seorang lelaki mungil dengan wajah cerianya melompat ringan dan merangkul bahu Jongin cukup keras, membuat si tan mengaduh sakit. Sedangkan pelakunya hanya terkekeh, tak merasa bersalah.

"Woo~ seperti biasa, Jongin si kutu buku, hm?" Ledek Baekhyun -sahabatnya- ketika melihat si tan dengan tangan penuh buku.

Jongin hanya membalas dengan gedikkan bahu dan rotasi mata. Ia sudah biasa dengan panggilan 'si kutu buku' karena memang dirinya yang menyukai buku, baik buku pengetahuan ataupun novel.

"Kau free malam ini?" Tanya Baekhyun.

"Hm."

"Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi ke club milik Lucas?"

Jongin menghentikan langkah kakinya dan menatap sahabat pendeknya.

"Maksudmu, si kelinci periang yang selalu berisik itu?" Ia menaikkan alisnya.

"Hm. Siapa lagi jika bukan dia."

"Tidak. Kau tau dia seperti apa jika melihatku."

"Hei! Itu karena dia menyukaimu."

Baekhyun tidak terima, ia membela Lucas. Memang tingkah si kelinci berisik itu selalu berlebihan jika bertemu sahabatnya tapi itu karena Lucas menaruh hati pada sabahat tan nya yang tidak peka sama sekali -atau bisa dikatakan bodoh?- entahlah. Si mungil terus saja membujuk Jongin bahkan saat si tan telah sampai di rumahnya, Baekhyun tidak menyerah.

"Baiklah! Aku menyerah. Jam 7." Mutlak Jongin sebelum tertelan pintu gerbang rumahnya sendiri.

Baekhyun tentu bersorak penuh kemenangan. Ia melajukan kembali mobilnya beberapa blok dari rumah si tan menuju rumahnya sendiri.

Seperti yang telah dijanjikan, tepat jam 7 -sesuai perkataan Jongin- Baekhyun menjemput si tan dan membawanya ke club yang penuh dengan sorot cahaya warna-warni dari lampu disco magic ball di atas mereka.

Ramai dan suara musik yang menggelegar membuat Jongin merasa tidak nyaman. Ditambah beberapa lelaki yang menatap aneh padanya, ugh itu menyebalkan.

"Baek, kita pulang saja bagaimana?" Takut Jongin, ia menarik lengan baju sahabatnya dengan manik memohon layaknya bayi beruang yang menggemaskan.

"Tidak, kita baru saja tiba. Ayo ke meja bar. Aku ingin menyicipi beberapa minuman. Sedikit mabuk kurasa tidak masalah."

Jongin tidak bisa menolak lagi ketika tangannya ditarik paksa oleh si kurcaci menyebalkan yang sayangnya adalah sahabatnya sendiri. Ia melihat bagaimana kecepatan tangan si bartender yang menyiapkan minuman para tamu. Jujur, Jongin sedikit kagum.

You're My Choice ✨Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu