“Kolega dari Amerika, itu seharusnya milik kami bukan milik kalian. Kalian mengambilnya dengan begitu mudah dan hampir membuat Ayahku gila, karena proposal yang dia kerjakan hampir sebulan sia sia dan kalian sekarang bertingkah seolah tidak tahu apa-apa?”

Hembusan napas lelah keluar dari mulut Tuan Patthiyakorn. Dia benar benar merutuki rivalnya yang tidak mau mengatakan masalahnya sejak awal. Ini semua tidak lebih dari salah paham, memang benar apa yang dikatan rivalnya. Namun ada satu fakta yang hanya diketahui oleh Patthiyakorn. Kolega yang berasal dari Amerika itu adalah seorang penipu dan Ayah Patthiyakorn tidak bisa tinggal diam dalam hal itu.

“Kolega dari Amerika itu adalah penipu. Ayahmu dan Ayahku itu bersahabat sejak kecil, untuk apa Ayahku mengkhianati Ayahmu. Dia menyelamatkan Ayahmu dari kerugian besar dan membuat kami menanggung kerugian hampir 4 Triliun, jika tidak dibantu oleh Ayahnya Chansook Keluargaku sudah pasti bangkrut,” jelas Tuan Patthiyakorn, “kalian membunuh Ayahku karena kesalah pahaman, kalian melakukannya disaat kami juga sedang berusaha dengan susah payah mengembalikan Perusahan kami yang hancur untuk melundungi Perusahan kalian,” lanjutnya yang membuat suasana semakin hening.

“Satu satunya yang aku sesali sekarang adalah, kau dan aku sama sana tahu kebenarannya setelah puluhan Orang menjadi korban akibat salah paham ini.” Setelah kalimat itu semuanya menjadi hening, tidak ada suara ringisan kesakitan yang sebelumnya terus Adulkittiporn keluarkan.

Tuan Adulkittiporn bingung, apakah dia harus percaya atau tidak dengan semua yg dikatakan oleh Orang yang ada dihadapannya saat ini. Dia mau percaya, tapi Ayahnya nyaris gila dengan apa yang sudah dilakukan oleh Ayah Orang yang berdiri dihadapannya, ingin tidak percaya tapi dia memang menemukan beberapa kejanggalan dalam proposal yang dulu Ayahnya terima. Terlebih lagi kini ada kasus antara Putranya dan Gun yang diambil oleh Orang itu. Dia merasakan sendiri bagaimana hancurnya dia saat melihat Istrinya selingkuh dan mengakibatkan Perceraian keduanya, dia tida bisa membayangkan bagaimana sakitnya Putranya yang setiap hari harus melihat Kekasihnya bermesraan bersama Orang yang menjadi Tunagan Kekasihnya itu, itu semua Putranya lakukan sekedar untuk melihat dan berada disamping Kekasihnya walau semua tidak lagi sama.

“Bagiamana kau menjelaskan tentang Gun? Putraku semakin hari semakin gila karena melihat Kekasihnya bermesraan bersana Perempuan itu, padahal dulu Gun yang mengaku bahwa dirinya adalah Gay.” Pertanyaan itu rupanya kembali menyulut api dalam diri Patthiyakorn yang tadi sudah padam kini menyala lagi.

Patthiyakorn membidik sesuatu yang berada tepat dibelakang Adulkittiporn dan hal itu membuat Adulkittiporn memejamkan matanya, karena dia mengira jika bidikkan itu untuk dia. Saat Patthiyakorn melepaskan peluru itu, Adulkittiporn tidak merasakan sakit lagi ditubuhnya dan hal itu membuatnya membuka mata yang semula dia pejamkan erat erat. Pistol itu masih mengarah ke satu titik dan membuat Adulkittiporn akhirnya melihat kebelakang yang ternyata merupakan Foto Keluarganya dengan bagian Off yang sudah ditembaki oleh Patthiyakorn.

“Kali ini tidak ada kesalah pahaman apapun, tapi Putramu sudah membunuh Istriku dan membuat Putraku menjadi Depresi karena menyaksikan sendiri kematian Ibunya,” ungkap Patthiyakorn yang membuat Adulkittiporn langsung berbalik kembalu dan menatap Patthiykorn. Kenyataan apa lagi yang kini harus dia hadapi dan kenapa semuanya bersangkutan tentang Patthiyakorn.

“Apa maksudmu?” tanya Tuan Patthiyakorn yang memang tidak memgerti tentang persoaln Off yang satu ini.

“4 Oktober 5 tahun lalu, Putramu menabrak Istriku yang hendak menyebrang dan bukannya bertanggung jawab dia justru kabur sebelum Orang-orang menggerubuni Tubuh Istriku yang disebelahnya ada Chimon. Lalu setahun kemudian Keaksihnya kecelakaan dan beruntungnya karena aku yang menabrak, tapi aku tidak seperti Putramu yang pengecut dan tidak bertanggung jawab. Aku membawa Gun pergi berobat dan awalnya aku berniat untuk membalas dendam melaluinya, tapi setelah mengetahui betapa parahnya kondisi Gun membuat insting sebagai seorang Ayah untuk melindungi seorang ini muncul begitu saja. Tentang Gun yang bertunangan dengan Claire itu bukan campur tanganku sama sekali, dia bertemu dengan Claire di kampus dan hanya Claire yang menerima keadaan Gun hingga akhirnya mereka akan segera menikah,” jelas Tuan Patthiyakorn yang membuat Tuan Adukkittiporn berteriak tidak terima.

“PUTRAKU TIDAK MUNGKIN MELAKUKAN HAL SEKEJI ITU! LAGI PULA SAAT ITU DIA PERGI KE ULANG TAHUN GUN DAN MENGHABISKAN WAKTU HANYA UNTUK BERSAMA GUN!” teriak Tuan Patthiyakorn yang tidak terima dengan tuduhan yang disampaikan oleh Tuan Adulkittiporn.

“KENAPA TIDAK BISA? AYAHMU BISA MEMBUNUHKU TANPA TAHU HAL YANG SEBENARNYA, PUTRAMU JUGA PASTI BISA MELAKUKANNYA!”

Napas keduanya jelas tidak beraturan, amarah mereka menggebu gebu dan itu tentu membuat keduanya kelelahan. Namun emosi keduanya tidak kunjung reda dan hal itu semakin membuat keadaan menjadi keruh.

“AYAH!”

Secara tiba-tiba Off datang ditengah tengah perseteruan itu dan langsung memeluk Tubuh sang Ayah. Ayah Off panik setengah mati karena saat ini musuhnya sedang meluap luap karena sedang menbicarakan Off, tapi Off seperti tidak peduli dan tidak mengetahui apa apa dia justru merobek kemeja dan mengikatkannya ke lengan Ayahnya yang terus mengeluarkan darah.

“Sayangnya sudah tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk membalaskan dendam itu, karena semunya akan segera berakhir,” ucap Patthiyakorn yang sedikit ambigu dan hal itu membuat Off maupun Ayahnya melihat ke Patthiyakorn.

“Jangan lupa dateng ya, Off Jumpol Patthiyakon. Aku mengundangmu secara khusus untuk datang di pernikahan Putraku White dan Claire dua minggu lagi.” Setelah mengatakan itu Patthiyakorn pergi bersama anak buahnya meninggalkan keduanya dengan keadaan Off yang terdiam membeku.

“Gun.....”

Off hendak pergi meninggalkan kediaman Patthiyakorn setelah dia menyelesaikan urusannya dengan White dan Chimon, akan tetapi tiba-tiba Gun datang menghampirinya dan mengatakan sesuatu yang membuat Hati Off menghangat.

“Jumpol, tunggu,” panggil Gun yang sedang lari menggejar Off yang sudah hendak pergi.

“Ada apa Tuan Muda? Kenapa anda lari seperti itu bagaimana jika anda drop lagi,” cemas Off saat Gun sudah berhadapan dengannya.

“Itu tidak penting, kamu tidak boleh pulang ke Rumahmu malam ini.” Perkataan Gun yang begitu tiba-tiba itu membuat Off mengerinyit heran, merasa aneh dengan sikap Gun.

“Memangnya kenapa? Apa ada hal lain yang harus saya lakukan lagi? Biar saya kerjakan soalnya nanti malam saya punya janji untuk makam malam dengan Ayah saja,” sahut Off yang membuat Gun menggeleng hebat gitu.

“Justru itu kamu tidak boleh kesana, kamu boleh pergi kemanapun asal jangan ke Rumahmu malam ini.” Gun yang terus keras kepala menahan Off tentu membuat Off bingung, dia tahu ada yang salah dengan Gun tapi Gun tidak bisa mengatakannya langsung.

“Apa ada sesuatu?”

Gun memegang kedua pundak Off, hal yang membuat Off terkejut setengah mati karena Gun tidak pernah membiarkan Off menyentuh dirinya. “Jumpol, saya tahu ada yang aneh dengan diri saya bahkan semua yang terjadi, saya bingung saat ini, saya tidak mengerti apapun, tapi saya mohon untuk tidak pulang ke Rumah kamu setidaknya sampai jam 11 malam. Saya tidak tahu ada apa diantara kita, tapi yang pasti saya melakukan ini semua untukmu.”

Off terdiam seribu bahasa. Apakah ini artinya Gun mulai mengingat sesuatu? Namun Off merasa takut sekarang, dia sudah tahu apa resikonya jika sampai Gun mendapatkan ingatannya kembali. Bohong jika dia tidak ingin Gun mengingatnya kembali, tapi jika dengan mengingat segalanya membuat Gun sakit atau lebih buruk lagi, maka Off akan memilih membuat Gun jatuh cinta untuk kedua kalinya dari pada harus mengingat segalanya.

“Aku akan memenuhinya Tuan Muda.”

Napas Off memburu, tangannya terkepal erat dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Terlalu sulit untuk Off menerima semua fakta ini, terlebih dia tahu bahwa waktu yang dia miliki tidak lebih dari 2 minggu.

“Jadi ini maksud kebingunganmu,” gumam Off yang dapat didengar oleh Tuan Adulkittiporn.

Tuan Adulkittiporn memeluk Tubuh ringkih sang Putra, semua kekekaran yang dulu ada di Tubuh Putranya hilang bersanaan dengan kacaunya sang Putra akibat kehilangan Kekasihnya. “Buktikan cintamu Off, Ayah yakin kalau kekuatan cinta kalian mampu mengalahkan segalanya,” ucap Tuan Patthiyakorn sambil mengelus punggung Putranya.

Off kini tahu dua hal. Pertama, Gun menyuruhnya untuk tidak pulang ke Rumahnya karena dia tahu apa yang di rencanakan Patthiyakorn dan sedikitnya dia ingin Off tetap aman. Terakhir adalah Gun akan segera menikah dengan keadaan Hati yang masih diambang kebingungan.

Sudah tidak ada lagi yang bisa Off lakukan. Namun Ayahnya benar, satu satunya yang bisa membantu Off hanyalah Kekuatan cinta mereka yang Off tahu masih ada di dalam diri Gun.

Pliss! Remember Me (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin