0.2

36.6K 690 10
                                    

.
.
"So, Lauren,"

"Yes, sir?"

"Apa yang kalian bicarakan kemarin?"

Aku menggigit bibirku, gugup. Apa aku harus bilang pada Mr. Hart bahwa anaknya membuatku merasa tidak nyaman? Bahwa ia mencoba untuk menciumku- oke, aku belum pernah berciuman dengan siapapun. Dan untung saja, bibirku masih murni dan suci hingga detik ini.

"Dia.. Um. Jauh berbeda denganmu, sir."

"Ya, aku tahu. Orang-orang bahkan tidak percaya dia anakku," wajahnya yang keriput itu nampak sedih, dan aku tahu benar bahwa dia sedang tertekan sekarang. Bisnisnya yang sangat sukses ini hanya bisa diturunkan ke Michael, sebab anaknya yang kedua adalah seorang perempuan dan masih berumur 14 tahun.

"Sir, aku akan berjuang untuk merubah Michael. Aku janji. Berikan aku waktu.. 2 bulan."

Mata Mr. Hart langsung membesar, menatapku penuh harap. "Kau serius, Lauren? Dia sangat sulit dan keras kepala. Aku tahu kau merasa tidak nyaman ketika bersama Michael. Kau tidak perlu memaksakan diri."

Aku menggeleng, merasa iba pada orang tua di hadapanku ini. "Aku tidak memaksakan diri. Aku akan melakukannya untukmu. Jadi lebih baik, sekarang anda beristirahat dan tidak perlu memikirkan soal anak anda lagi. Aku yang akan mengurusnya."

Mr. Hart tersenyum lega, lalu ia mengangguk dan beranjak berdiri. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak. Aku akan pulang sekarang, kurasa aku tidak begitu sehat hari ini. Terima kasih banyak, Lauren."

Aku mengangguk, menatap punggungnya yang menjauh dari hadapanku.

Begitu pintu itu ditutup, aku jatuh terduduk lemas.

Aku bahkan tidak tahu apa yang baru saja kukatakan pada Mr. Hart. Bagaimana caranya agar aku bisa merubahnya? Aku bahkan takut padanya. Astaga.

.
.
Aku tengah sibuk mengerjakan beberapa dokumen ketika seseorang masuk ke ruangan kantorku.

"Laur?"

"Ya?" Kepala Kylie menyembul diantara pintu, wajahnya tersenyum lebar. Ada apa dengan wanita satu ini?

"Kau dipanggil ke ruangan Mr. Hart." Kini Kylie masuk ke ruanganku, menutup pintu dengan rapat dan menutup jendela.

"Siapa yang memanggilku?" Tanyaku bingung. Mr. Hart baru saja pulang beberapa jam yang lalu, untuk apa dia kembali datang kesini?

Aku berdiri dari kursi ku, berniat untuk keluar. Namun Kylie justru menahanku.

"Tunggu dulu. Kenapa bibirmu terlihat begitu pucat?" Kylie mengeluarkan sebuah lip balm rasa cokelat, lalu mengoleskannya di bibirku. "Nah, terlihat lebih baik. Dan menggoda." Kylie mengedipkan satu matanya padaku, lalu sedikit menarik keatas rok span ku, menjadi terlihat lebih pendek. Yaampun, apa yang sebenarnya ingin dia lakukan?!

"No, Ky," aku menurunkan kembali rok ku, merasa tidak nyaman. Namun Kylie bersikeras menaikkan rok ku, membuatku kesal campur bingung sendiri. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Sekarang, pergilah ke ruangan Mr. Hart. Jangan menurunkan rok mu lagi, kau terlihat culun dengan rok selutut seperti tadi. Tenanglah, aku yakin kau akan berterima kasih padaku."

Kylie mendorongku dengan semangat menuju pintu ruangan Mr. Hart, lalu tersenyum senang dan pergi melenggang menuju tempatnya.

Aku yang masih kebingungan menghela nafas panjang, membuka pintu itu perlahan. Dia pikir aku mau menggoda bapak-bapak ap- oh tidak.

Tubuhku menegang, begitu melihat sosok itu duduk di kursi kerja Mr. Hart. Michael.

Rasa kesalku mulai muncul ketika melihatnya. Aku harus memaksanya untuk menuruti apa kata Mr. Hart. Bahkan dari wajahnya saat ini, aku sudah tahu dia adalah orang yang sangat keras kepala.

The Bad Boy's Good GirlWhere stories live. Discover now