14. Perkara mau ke Artos

Mulai dari awal
                                    

"Yess! Nanti ke Artos bertiga!"

"Ngapain ke Artos??" Tanya Jeno dan Jamal bersamaan.

"Ih ini dua pejantan kenapa sih kepo banget. Rahasia! Urusan perempuan!" Ucap Thania. Lalu atensinya kembali ke Renata sambil genggam kedua tangan cewek itu.

"Ya mau ya sayang? Sama Canes juga kok. Ya?"

Rena menatap Jeno meminta ijin. Jeno cemberut. Tapi kemudian ngangguk. "Jangan malem-malem pulangnya."

"Apasih posesip banget kaya Jamal." Ini Thania ya gais yang ngomong, bukan Renata.

"Yaudah nggak usah ada yang pergi kalo gitu." Jamal bersuara, semua langsung terdiam. Kecuali Thania.

"Ih Papah!" Protes sang istri.

"Kalo mau pergi, Papah yang nyetirin."

"Nggak mau lah!"

"Yaudah biar Jeno aja." Jeno ikut-ikutan merajuk kaya Papahnya.

"Jeno kamu kok gitu sih!" Rena juga ikut-ikutan kaya Thania.

Hingga nggak lama kemudian Malik muncul, "Biar aku yang nyetirin."

"Kalian bertiga pada kenapa sih!!?" Seru Thania nggak terima atas perlakuan tiga pria kesayangannya itu yang agaknya terlalu berlebihan.

"Ke Atros tuh jaraknya nggak kaya jarak Ambarawa-Bandungan, Mah. Kalian juga nggak mungkin disana cuma sepuluh menit doang. Minimal Magrib kalian baru selesai. Belum lagi nanti kalian cari makan. Terus kalian, malem-malem, perempuan semua, mau pergi bertiga gitu? Kalo cuma ke Salatiga, Ungaran, atau mentok Banyumanik sih aku nggak masalah." Kata Malik panjang kali lebar.

Dia masih kebawa trauma perkara kejadian yang pernah menimpa Renata waktu itu, saat pergi hanya bertiga bersama dengan Canes dan Nana.

Malik nggak mau hal semacam itu terulang kembali.

"Kak Malik serem juga ya kalo lagi marah." Bisik Rena pada Jeno.

"Aku waktu itu pas marah nggak serem?"

Rena gelengin kepalanya. "Malah pengen aku cium."

Jeno terkekeh seraya merangkul ceweknya itu. Padahal didepannya suasana lagi menegangkan gitu. Masih sempet-sempetnya bercandaan.










...










"Ca?"

"Apa?"

Duo bocil SMA itu lagi di toilet berdua. Sebenernya cuma Renata sih yang ada kepentingan sama toilet. Kebelet pipis tadi anaknya. Dianterin sama Cenes. Takutnya tuh bocil satu nanti diculik sama Om Om.

"Terus nanti kalo lo nikah sama sama Kak Malik, gue manggil lo gimana?" Udah nggak heran lagi kalo Si Rena serandom itu.

"Ya Mbak lah!"

"Tapi kan tuaan gue, Ca."

"Beda tiga bulan doang."

"Ah elo sih segala pake mau nikah sama Kak Malik."

"Ya lo maunya gue nikah sama Jeno gitu?"

Rena langsung lompat ngedeket ke Canes sambil nyengir. "Emang boleh tukeran?"

"Lambemu cuk cuk! Malik punya gue ya!" Protes Canes nggak terima. Padahal sebelumnya dia jual mahal banget sama Malik.

Emang dasar cewek-cewek labil.

Oh iya, mereka ke Artos beneran disupirin sama Malik. Obaja auto ikut. Tuh sekarang bocahnya lagi dipangku sama Thania sambil disuapin Dimsum.

"Abis ini mau beli apa lagi?" Tanya Malik disaat dia tau betul kalo beberapa saat yang lalu dia nyuruh orang masukin beberapa boks isi kaktus, dan belanjaan lainnya ke bagasi mobilnya.

Darah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang