23. Alasan untuk Bahagia

305 31 15
                                    

"Ini akan menjadi rencana terbaik untuk menyingkirkan Hana dan menjauhkan jalang sialan itu dari Cobra."

Maeda Erika mengulaskan senyuman licik andalannya tatkala mengobrol dengan beberapa teman sekolahnya di Seiho. Semua orang di ruangan tersebut kemudian ikut melengkungkan labium masing-masing; merasa senang karena seorang pecundang dari hidup mereka akan lenyap. Merasa rencana mereka benar-benar usai, Erika pergi meninggalkan ruangan yang dijadikan tempat berunding dan memutuskan untuk menemui Ryu Tatsuhito.

Lagi-lagi gadis Maeda itu tersenyum kala menangkap sosok sang tuan sedang memandang hampa kolam ikan di depannya. Erika dengan perlahan mengelus bahu Ryu guna melepaskan cemas yang sang pemuda pendam karena belum siap menerima fakta bahwa Kuryu Group dikalahkan oleh SWORD. Pun kabar Kuze Ryushin meninggal tampaknya lumayan memengaruhi Ryu.

Namun, Ryu merasa baik saja andaikata Erika selalu bersamanya dalam jangka waktu yang lama. Apakah perlahan perasaan yang semula hanya mengatasnamakan teman akan berubah menjadi lebih dari ungkapan itu? Ryu kurang mengetahuinya karena belakangan ini semua terlampau elusif untuk dideskripsikan dengan kosakata. Bahkan pada semula pun, tanpa sengaja ia hampir menjatuhkan perasaannya kepada Hana.

"Kau butuh sesuatu yang namanya hiburan, bukan? Kalau begitu, ikutlah bersamaku menghabisi seseorang esok malam. Aku cukup yakin kau akan bahagia karenanya, Tatsuhito-kun." Erika kembali dengan sikap manipulatifnya dan memenuhi relung kosong pada kepala Ryu. Sekarang pun senyuman culas nan mengerikannya tergambar begitu intens. Kata gila bahkan kejam memang tampak merepresentasikan bagaimana sosok Erika di mata semua orang.

Sementara di pemakaman distrik Oya, alunan suara dersik yang sudah menemani Kamizono Hana terdengar menenangkan. Kini pun, dirinya hampir akan dibuai oleh nyanyian angin andaikata tempat berpijaknya merupakan sebuah rumah. Swastamita yang memukau mulai lenyap; menunggu sang chandra datang dan menggantikan peran baskara. Namun, sosok pendek dengan gakuran Housen-nya ini belum berminat untuk pulang.

Mata jelaganya tanpa sebuah aba-aba meluruhkan tetesan air kala kenangan bersama seseorang yang dirindukan secara mendadak mendekam di kepala. Pusat kehidupannya seakan diserbu ribuan buntala selama beberapa menit. Entah karena penyakitnya atau karena memutar kenangan yang sudah lama hilang. Semuanya memusingkan meskipun dirinya berusaha untuk melupakan.

Sekarang pun ada pekerjaan yang tampaknya harus ia pikirkan dengan matang. Hana mengembuskan napas lelah sebelum mengalihkan pandangan kepada nisan ayahnya. Tak mampu dirinya bayangkan jikalau hari-hari selanjutnya akan dipenuhi oleh ketakutan untuk menghadapi kematian. Hana merasa belum sepenuhnya siap menjauh meninggalkan dunia penuh omong kosong ini. Membayangkannya pun, butuh keberanian banyak.

"Dunia menakutkan, Ayah. Terlebih ketika aku menghadapinya sendirian. Aku seakan kehilangan banyak kekuatan hanya untuk menjalaninya dalam satu hari saja. Ada ratusan bahkan jutaan cerita yang ingin sekali kuceritakan padamu. Namun, aku hanya akan mengatakan fakta yang kudengar beberapa hari lalu karena mungkin itu meringankan sedikit perasaanku," ungkap Hana.

Hana mengulaskan senyum. "Dokter bilang ada kemungkinan besar bahwa aku masih mempunyai harapan untuk hidup. Dan mendengarnya cukup membuatku senang. Jadi, menurutmu bagaimana? Apakah aku harus melakukan transplantasi jantung agar kankernya menghilang? Aku takut menghadapi kematianku, tetapi di sisi lain aku juga takut untuk menjalani hidup."

"Ah, aku berbicara dengan diriku sendiri, lagi."

Hana menghela napas sebelum memutuskan untuk pulang. Hanya saja, ketika berbalik dirinya mendapati seseorang yang selalu ia harapkan datang benar-benar muncul di hadapannya dengan labium melukiskan senyuman. Hana merasa kesulitan untuk mengatakan sesuatu entah mengapa. Mungkin sebab kedatangan mendadak sang pemuda—Cobra—mengejutkannya bukan main. Bahkan sekarang Hana masih belum mengucapkan sesuatu.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔. TodorokiWhere stories live. Discover now