seven

428 65 3
                                    

"kamu ingin aku ... menjadi milikmu?"

tidak ada kata lain yang bisa Jimin katakan selain itu dan Jimin menatap Jeongguk dengan tidak percaya.

apa dia serius? Jimin menjadi miliknya?

beberapa detik yang lalu Jeongguk berkata akan memberikan sebuah tatto cantik di paha sekal nya, namun betulis kan 'Gguk property'.

tentu saja Jimin memahami niat terselubung pria tersebut, memberi sebuah tanda seakan Jimin adalah harta milik nya seorang.

enak saja!

"ah, kenapa melonak?" Jeongguk segera membuka suara, setelah mendengar perkataan Jimin. pria itu tampak mengernyit namun pasrah.

Jimin dapat melihat Jeongguk mengarapkan ia akan meringkuk di kursi seperti hamster kecil yang gemetaran dan menyetujui apa pun yang dia katakan karena dia adalah anak nakal yang tinggi, gagah dan tampan.

"jangan menjadi gila untuk saat ini," kata Jimin perlahan, tidak yakin, "-aku ingin sebuah gambar bebas namun bukan berarti sesuka mu menulis nama mu di tubuhku, gguk. "

Jeongguk mungkin sedikit gila, tetapi Jimin tidak berpikir dia akan bertindak sejauh itu.

kemudian lagi...

Jeongguk menghela napas, menyisir rambut hitamnya yang sehitam malam dengan jemarinya dan meremasnya. "lupakan," gumamnya, mata rusa betina menyipit. "aku akan membuat tatto. namun apa kamu memiliki sesuatu di dalam pikiran mu?"

"tujuh," Jimin menggerutu dengan cepat. mengambil sebuah kertas lalu menggambar angka tujuh besar namun lebih seperti ukiran.

Jimin memperhatikan ketika pria itu dengan sabar mengulurkan tangan maskulin yang besar untuk mengambil sketsa dari tangan nya, Jimin dengan ragu menyerahkannya. Jeongguk  hanya duduk sejenak, memandangi guratan pensil halus sambil mengusap sisi kanannya.

menggigit bibirnya, dia menunjukkan bintik kecil di lipatan kecil di atas dagunya saat dia melirik Jimin.

"potongan ini enggak membutuhkan lahan yang luas," katanya pada Jimin. "aku menyarankan kita membuat nya di antara jemari kecil mu."

Jeongguk memutar kursi nya agar menghadap Jimin lalu menarik lengan Jimin agar bertumpu di meja, memberi gosokan halus di permukaan jemari nya.

Jimin menggigit bibir nya, ingin menarik diri agar lepas dari sentuhan sentuhan sensual pria tersebut.

Jeongguk terlalu santai.

"jemari mu cantik, sangat mengagumkan." Jeongguk berbalik dan mengambil sesuatu dari konter. "aku akan mengukir sedikit, di bagian sini."

Jimin menggigit lidah nya sendiri agar tidak mengeluarkan suara aneh saat Jeongguk lagi lagi memberi elusan seringan kapas pada lengan nya.

saat stensil terpasang dan dijiplak, garis-garis hitam mulai terlihat nyata, mau tidak mau Jimin akan mengaguminya.

ini tatto yang indah, keseimbangan sempurna antara detail dan sederhana. terlihat sangat nyata, nafas Jimin tercekat.

"wow," bisik Jimin.

"itu bahkan belum apa-apa." menyeringai dalam kepuasan artistik atas reaksi Jimin, Jeongguk memasang sepasang sarung tangan lateks dan mengambil pistol tato. "baiklah, mungkin akan sedikit sakit. beritahu aku jika aku perlu berhenti."

menekan pistol untuk beraksi, mata cantik Jeongguk menghilang dari pandangan Jimin di bawah rambut hitamnya yang kusut saat dia membungkuk di atas, membiarkan jarum berputar menyentuh kulit Jimin.

seketika, rasa sakit berkembang di bawah ujung jarum.

"bangsat!"



Tbc.

Sexy Model Where stories live. Discover now