(💌) · - 𝟐𝟐,

Mulai dari awal
                                    

Aki menepuk pundak laki-laki itu, lalu mencengkeramnya. Dengan wajah kelam beserta aura gelap di sekitarnya, membuat atmosfer jadi lebih mencekam.

"Yo. Aku Aki. Jauhkan tanganmu dari Name, anjing rabies!"

Laki-laki itu merinding. Dia berjalan mundur, kemudian berlari terbirit-birit. Diikuti dengan dua temannya.

"Aku tak paham. Ternyata preman culun seperti mereka masih ada." ujar Himeno, berkacak pinggang.

Yah, pemuda itu sudah tak heran lagi karena terlalu sering menemui Name dalam keadaan seperti tadi. Aki duduk di sebelah Name. "Kau baik-baik saja?"

Name mengangguk.

Aki mengulum senyum, lalu memberikan camilan dan minuman botol yang barusan dia beli pada Name.

"Aku jadi ragu untuk meninggalkanmu sendiri lagi, Name."

Name menoleh beberapa detik, lalu kembali memalingkan wajah tanpa menjawab. Dia membuka bungkus camilan berisi stick Pocky kemudian memakannya.

"Haah.." Aki menghela napas.

Sadar bahwa dirinya sedang diacuhkan, Himeno duduk di sebelah Aki. Dia membuka topik pembicaraan, mengobrol ringan pasal misi mereka belakangan ini, membuat Aki juga ikut terjerumus ke dalam obrolan itu.

Tinggal lah Name yang diam sendiri sambil mengunyah camilannya. Sesekali dia menoleh melihat Aki yang mulai dirangkul oleh Himeno.

"Tck."

Tanpa sadar Name sudah berdecak beberapa kali. Sebuah fase pertama untuk menunjukkan rasa tidak sukanya. Dan itu.. ditujukan pada Himeno.

Name tak masalah jika Aki mempunyai banyak teman ataupun rekan. Apalagi dengan Himeno. Karena sejak Aki bergabung dengan Devil Hunter, mereka sudah jadi rekan bekerja. Tapi entah mengapa, hari ini rasanya dia jadi agak berbeda.

Aku ingin bunuh dia..

Name memandang dua orang disebelahnya, cukup lama sampai ia melihat Aki menghisap rokok bekas dari wanita berambut pendek itu.

Sontak, hatinya berdesir perih.

Name menggertakkan giginya kesal. Meremas kuat minuman botol yang ada di tangannya, kemudian membiarkan cipratan air yang keluar itu membasahi pakaian dan wajahnya.

Tersadar ada yang aneh, Aki menolehkan kepalanya.

"NAME!"

Aki panik, ia langsung membuka jas hitamnya, hendak mengelap wajah dan baju Name yang basah, namun tangannya sudah dulu ditepis oleh gadis itu.

"Jangan sentuh aku." Name menjauhkan dirinya. Ia mendadak jadi sinis dengan sorot mata yang tajam menatap Aki.

"Kamu kenapa, Name?" tanya Aki khawatir. Bulir keringat keluar menuruni wajahnya.

"...Pulang."

"Huh?"

"Aku mau pulang."

Aki menghela napas pasrah. "Baiklah, ayo."

Pemuda itu turun dari kursi, kemudian berjongkok di hadapan Name dengan membelakanginya, mengisyaratkan gadis untuk naik ke punggungnya.

"Kau sedang apa?"

"Apa maksudmu sedang apa? Kamu mau pulang kan?"

"Aku mau jalan." ucap Name sambil berdiri. Kemudian melangkah mendahului Aki yang masih berjongkok di depannya.

Aki sedikit melongo. Kamu kenapa, Name..

"Himeno, aku duluan." kata Aki setelah mengambil Boneka Kelinci milik Name yang ketinggalan di kursi. Kemudian berlari kecil menyusul gadis itu.

Himeno tersenyum lebar, berseru. "Jangan lupa besok siang untuk pergi ke kedai yang biasa ya! Ajak Denji dan Fiend-chan!" kemudian melambaikan tangannya sebelum Aki menghilang dari pandangannya.






|
.





Disisi lain, Aki berusaha menyesuaikan langkahnya dengan Name. Gadis itu berjalan terhuyung, hitung-hitung tenaga yang ia miliki tak cukup untuk dibawa berjalan. Terlebih, kelelahan karena menghadapi dua orang yang menyukainya di sekolah, dan jalan-jalan di Mall.

Bahkan baru beberapa meter, dia hampir jatuh tersungkur. Aki sudah berkali-kali menawarkan untuk digendong, tapi Name tetap tak mau.

Meski ujung-ujungnya, Aki berhasil menggendong sahabatnya itu sebelum Name pingsan di tengah jalan.

"Kamu sedang tidak marah padaku kan, Name?"




|
.




Fyi, chap ini chii bikin satu tahun yg lalu :)
Chii ga nulis hari ini karna banyak bgt yg mau di hafal buat ujian besok, tapi tenang ges chap nya masih nyambung buat next chap kok :3

Dah poipoi sayang sayang ku
Jan lupa vote muwahhh 😘😘

none ; hayakawa akiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang