19. Dibutakan Asumsi

322 35 29
                                    

Cobra meringis pelan kala permukaan kulitnya merasakan sensasi perih karena penyembuhan luka yang dilakukan seorang perempuan di hadapannya. Sadar akan pengobatannya kurang telaten, sang puan—Hana—dengan gesit mengucapkan maaf berulang kali meskipun Cobra tidak merasa keberatan. Lantas mereka kembali membungkam labium masing-masing sampai pengobatan selesai dilakukan. Hana membereskan kotak P3K yang sudah ia gunakan sebelum berpamitan untuk pulang.

Hanya saja, Cobra menahan kepergian Hana; meminta sang adiratna sejenak tetap berada di sini menemaninya. Pada awalnya menolak sempat akan dijadikan jawaban. Namun, seusai dipikirkan sedikit lebih lama, sosok mungil ini menyetujui permintaan sang pemuda. Kini mereka bertengger di kediaman Cobra setelah peperangan antara Doubt dan White Rascals berakhir. Entah mengapa Hana merasa bahwa Cobra pasti mendapatkan banyak luka sehingga ia berinisiatif datang ke rumah sang pemimpin Sannoh ini untuk mengobati lukanya.

Mereka saling diam dalam situasi canggung yang sebelumnya tak pernah dirasakan oleh siapapun, terutama Hana. Akan tetapi, Cobra cukup yakin bahwa penyebab kecanggungan ini adalah karena kejadian pagi tadi kala ia mengambil ciuman pertama perempuan di sampingnya. Andaikata Hana menyebutnya bajingan sebab ia melakukan suatu hal tanpa persetujuan pihak berlawanan, Cobra takkan mempermasalahkan itu. Di sini memang hanya ialah yang bersalah.

"Gomen," ucap Cobra.

Hana menoleh tepat di mana pemuda itu duduk seraya memasang raut keheranan seusai mendengar ucapan maaf dari Cobra. Apa yang terjadi? Sekarang ia benar-benar kebingungan dengan tingkah pemimpin Sannoh yang masih bergeming belum mengutarakan apapun lagi. Namun, setia ia menunggu sampai Cobra balik menatapnya dengan tatapan hangat dipenuhi rasa penyesalan. Hana ingin mengernyitkan dahi, tetapi diurungkan ketika pemuda itu secara mendadak menarik raganya pada dekapan yang lumayan membuat nyaman.

Kini, haruskah ia melepaskannya atau justru membalas pelukan spontan ini? Hana pun memilih opsi kedua seraya mengelus punggung sang pemuda dengan perlahan. Mengapa juga dekapan mereka harus dilepaskan? Tidak ada salahnya, 'kan, memeluk pacar sendiri sebagai bentuk perhatian dari masing-masing pihak yang dilibatkan? Ingin tertawa rasanya Hana ketika ia menganggap bahwa Cobra adalah pacarnya. Padahal hubungan mereka belum dikatakan resmi karena ia merasa kurang percaya diri untuk membalas pernyataan cinta Cobra pagi tadi.

Hana secara perlahan tersenyum. "Setelah Kuryu dikalahkan, bagaimana jika kita pergi berkencan ke Toarushi? Di sana banyak sekali tempat bagus yang sering dikunjungi oleh pasangan muda maupun tua. Kau mau, 'kan, pergi bersamaku, Cobra-san?" ucapnya dengan nada yang terdengar penuh antusias.

Sontak Cobra melepaskan pelukannya dan menatap Hana kaget, sangat kaget bahkan. Sedangkan Hana terkekeh pelan melihat respons yang diberikan sang pemuda. Lalu, di detik berikutnya senyuman lebar langsung terpatri elok di wajah rupawan Cobra. Pemuda itu terlihat begitu senang seperti anak SD yang baru saja mendengar kabar bahwa akan diadakan tamasya ke tempat wisata. Saking senangnya, Cobra sampai-sampai hendak memukul wajahnya sendiri seakan berkata ini hanyalah mimpi.

Namun, ini sungguhan. Ia merasakan sakit kala Hana dengan sengaja menekan lukanya seraya tertawa puas. Setelah dipastikan ini nyata, Cobra langsung memeluk Hana seerat mungkin. Dan kini Hana tahu bahwa sosok pemimpin Sannoh rupanya mempunyai sisi lain di balik perangai penuh wibawanya itu. Tak apa, ia pun pasti akan melakukan ini jika seseorang yang disukai menyukainya kembali bahkan sampai berpacaran.

"Kau serius, 'kan?! Ini bukan April Mop, 'kan?! Hana-chan, aku harus menanggapi semua ini dengan cara bagaimana?! Aku yakin malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkanmu sepanjang malam!" seru Cobra dengan senyuman lebar yang tak kunjung hilang.

Entah mengapa, melihat Cobra yang seperti ini justru membuat Hana malu sekaligus keheranan. Tampaknya Cobra bukan lagi bagian dari daftar orang pendiam di catatan hidupnya. Hanya tersisa Amamiya Hiroto dan beberapa orang lain. Namun, ia merasa senang dan ikut mengulaskan senyuman ketika Cobra lagi dan lagi menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Mungkin ini akan menjadi malam terbaik seumur hidupnya.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔. TodorokiWhere stories live. Discover now