Bab. 1

12 0 0
                                    

“Akhirnya kau angkat juga teleponmu. Ke mana saja kau sejak tadi?”

Kedua alis Behzad Ryota terangkat saat mendengar suara keras menerjang gendang telinga. Belum sempat ia membalas kata-kata itu, sederet kata-kata selanjutnya terdengar semakin lantang, hingga ia sedikit menjauhkan ponsel itu dari telinga.

Mengenal suara dari ujung sana, ia tersenyum sambil menyalakan loudspeaker dan meletakkan ponsel itu ke atas nakas.

“Hei Kazuto-kun, aku tahu kau sekarang sedang merasa kesal. Tapi bisakah kau kecilkan suaramu? Telingaku hampir meledak mendengar suaramu,” protes Ryota sambil memakai kemeja putih.

“Baiklah. Dengarkan aku baik-baik. Tidak bisakah kau membantuku untuk mengatakan pada papa agar dia tidak menjodohkanku dengan gadis pilihannya? Kau tahu bukan, aku tidak suka dijodohkan,” ucap tegas Kazuto yang kini semakin terdengar jelas meski ponsel Ryota berada agak jauh dari empunya.

 “Jika kau tidak suka, kenapa tidak katakan langsung padanya?” jawab Ryota dengan datar.

“Kau tahu sendiri bagaimana papa, bukan? Dia pria yang paling egois sedunia. Jika hanya aku saja, pasti dia tidak akan menghentikan perjodohan itu. Ah, pokoknya aku tidak akan pulang hari ini jika kau tidak membantuku untuk menentangnya,” ancam Kazuto paniang lebar.

“Ouwo ... Ingatkah kau jika hari ini ada meeting tentang program penjualan online di perusahaan kita? Kau adalah penanggung jawabnya. Apa jadinya jika kau tidak datang. Hatori-soma pasti murka,” sergah Ryota.

“Tak peduli bagaimana papa nanti. Kau harus bilang padanya lebih dulu, jika aku tidak mau dijodohkan,” tukas Kazuto.

Sepintas terdengar hening di sana, lalu Kazuto berkata dengan semangat, “Mengapa tak kau saja yang minta dijodohkan. Bukankah kau sudah putus dengan Arisa? Ya. Kurasa kau yang harus menikah dengan gadis lain agar kau bisa move on darinya.”

Ryota mengerutkan kening lalu menarik napas. “Tapi Hatori-soma memintamu yang menikah.”

“Ayolah Ryota. Bagaimana pun, aku minta kau bantu aku untuk menentang perjodohan itu. Oke.”

Baru saja akan membuka mulutnya, tapi terkatup saat mendengar bip panjang tanda ponsel dimatikan dari sana. Ia tertegun menatap layar ponselnya yang gelap dan berubah terang saat terdengar suara notifikasi sebuah pesan.

Aku tidak akan datang jika kau belum membantuku.

Ryota mendesah. Jelas ia paham bagaimana karakter Kazuto jika sudah berkehendak. Apapun yang pria itu mau, pasti harus dituruti. Jika tidak, segala cara akan Kazuto lakukan agar kemauannya dikabulkan. Tapi tidak mudah kali ini. Keputusan Hatori-Soma lebih besar dari kemauan putranya dan tidak bisa ditentang membuat Kazuto maupun Ryota yang hanya sebagai anak angkat Hatori.

Ryota menarik napas panjang lalu menghembusnya. Sekilas pikirannya terganggu dan membuat mood-nya tidak baik. Bukan karena desakan saudaranya, melainkan nama seorang gadis yang disebut Kazuto.

Arisa. Gadis yang sempat membuat hati Ryota hancur. Setelah pertunangan mereka dilakukan, Arisa memilih tinggal di New York demi pendidikan yang harus dituntaskan di sana.

Namun, yang membuat Ryota kecewa, gadis itu diam-diam memiliki hubungan dengan pria lain dan tepergok sedang berciuman di dalam apartemennya. Sejak itu, pikiran Ryota merasa tidak fokus hingga ia memilih memutuskan kerjasama antara perusahaannya dengan perusahaan milik Ayah Arisa.

Ryota tersentak saat bunyi alarm ponselnya berdering. Dengan segera, ia menyisir rambut dan merapikan pakaian.

Kedudukannya sebagai CEO di Orison Departemen Store membuat Ryota harus berpenampilan baik. Benar saja, sesampai di depan gedung pencakar langit, ia disambut sederet karyawan berpakaian rapi.

Saat seorang pria bersetelan serba hitam menghampiri dan membukakan pintu mobil, Ryota turun dan menyerahkan kontak mobil ke arah pria itu. Tak peduli ke mana arah mobil itu dibawa, dengan langkah kaki jenjangnya Ryota sampai di depan pintu kaca dan disambut seorang pria berkacamata bulat yang bernama Utari Jirou. Pria itu terlihat sedikit lebih tua dibandingkan Ryota yang berusia 28 tahun.

“Bagaimana persiapan rapat kita?” tanya Ryota sembari terus melangkahkan kaki.

“Semua sudah siap, Ryota-soma," sahut Jirou.

"Lalu, ada berita baru apa saja sejak aku tidak ada?"

Jirou menghentikan langkah dan bergegas menekan angka 20 pada tombol lift, lalu melirik bayangan Ryota yang terpantul pada dinding elevator berlapis kaca.

Jirou bergumam. "Tidak ada berita penting selama ini. Hanya saja, Hatori-soma memerintah saya untuk mendapatkan seorang desainer pengganti untuk program penjualan kita."

Tanpa menunggu tanggapan Ryota, Jirou mengatakan, "Saya sudah menemukannya. Hanya saja ... "

Jirou menelan saliva dan bersikap gugup saat kedua manik hazel milik Ryota menatapnya. "Kazuto-soma yang merekomendasikan."

Kedua alis Ryota terangkat. "Oh iya?" sahutnya lalu tertawa tipis.

"Syukurlah. Setidaknya dia masih memikirkan perusahaan daripada kehidupan yang tak jelas."

"Tapi masalahnya, Tuan. Anda tahu sendiri bahwa perusahaan kita memiliki standar tersendiri dalam merekrut karyawan. Sedangkan, Kazuto-soma memilihnya karena dasar suka," jelas Jirou penuh penekanan pada kata suka.

Ryota berpikir sejenak dan berkata, "Kapan wanita itu mulai bekerja?"

Jirou menatap jam tangan silvernya dan beralih ke arah Ryota. "Jam 11 siang ini dia akan datang ke sini, Tuan."

Ryota memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Ia tersenyum sembari memperhatikan suasana pusat pembelanjaan Orison yang mulai ramai oleh pengunjung. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya mengenai sepupunya. Ia berpikir, setidaknya ada harapan agar Kazuto bisa fokus menjadi pimpinan di Departemen Store Orison.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Dec 22, 2022 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Serpihan Cinta di Langit ShibuyaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon