1. Campus

14.5K 562 21
                                    


-Tria POV-

Hari ini adalah hari pertamaku menjejakkan kaki di areal kampus, setelah tiga tahun terakhir menghabiskan masa putih abu di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta.

Akhirnya masa ospek yang melelahkan dan memusingkan itu selesai juga. Kakak-kakak seniornya nano-nano, maksudnya ada yang galak ada juga yang baik. Ya begitu kali ya sikap para senior pada juniornya, aku pikir bakalan mudah bersosialisasi dengan mereka. Tapi ternyata lumayan sulit juga mengakrabkan diri dengan mereka.

Aku berjalan menyusuri taman fakultas yang rimbun dialasi rerumputan segar dengan warna khasnya. Kutengokkan kepala ke kiri dan ke kanan, mencari sosok yang kukenal namun tidak kunjung kutemukan.

Huh... aku melenguh pendek sambil mendudukkan diri di atas bangku besi yang berukuran panjang.

"Ck! Si Viona kebiasaan deh... telat mulu," decakku, tak hentinya melirik jam perak di pergelangan tangan.

Ya, aku sedang menunggu Viona. Sahabat ku yang sama-sama kuliah serta satu fakultas juga denganku. Padahal ini adalah hari pertama kami akan memulai aktifitas kuliah, tapi Viona malah terlambat dan sukses membuatku kebosanan setengah mati karena menunggu kedatangannya sejak setengah jam yang lalu.

Kukitari taman sekitarku dengan tatapan penuh kagum. Sungguh, aku sangat senang karena sesuai cita-cita ku aku bisa kuliah di kampus elite dan populer ini.

Aku membuang nafas kesal, Viona benar-benar tidak bisa diandalkan. Ya sudahlah, dari pada aku telat masuk dan dimarahi dosen di hari pertama lebih baik aku tinggalkan saja dia. Lagi pula aku kan tidak mau memberikan kesan perdana yang buruk di mata dosenku nanti, huft.

Tanpa berniat menunggu Viona lagi, kuputuskan untuk beranjak kemudian pergi menuju kelas yang letaknya berada di lantai dua di gedung B. Namun ketika aku bangkit berdiri--

JEDUK

"AW..." pekikku, spontan meraba kening.

Di samping itu seseorang memekik juga sambil meraba rahangnya, lekas kuusap keningku yang terhantam. Lalu kupicingkan sebelah mataku agar bisa melihat jelas sosok yang sudah membuat keningku sakit seketika.

"Lo, bisa lihat gak sih? Jalan kok merem," semprotnya songong, masih mengelus rahang.

Aku terperangah saat melihat sikap ketus yang disertai dengan delikkan mata si penabrak itu. Bukannya harusnya aku yang bersikap seperti itu, tapi kenapa jadi kebalik?

Aku mendengus kasar, lelaki di hadapanku ini menyebalkan sekali. Walaupun wajahnya ganteng tapi aku udah terlanjur gak suka sama sikapnya yang sok. Mulanya aku berniat untuk membuka mulutku dan membalas ucapannya yang begitu tak enak kudengar, tapi tiba-tiba saja dia malah melengos pergi sambil dengan sengaja menyenggol bahuku sampai aku terhuyung melangkah mundur.

Benar-benar gak sopan!

**

Sepanjang perjalanan aku menggerutu, tak henti-hentinya aku mengumpat dan menyumpahi lelaki sombong tadi dalam hatiku. Aku tidak percaya, ternyata di kampus sepopuler ini masih saja ada stock manusia yang menyebalkan.

Huh, seharusnya orang seperti itu wajib untuk di lempar jauh ke Samudra Antartika. Setidaknya dengan begitu, jumlah manusia menyebalkan akan sedikit berkurang di dunia ini.

Kunaiki tangga dengan pandangan menunduk dan masih mengusap keningku yang terasa ngilu karena hantaman tadi. Untung saja aku tidak pingsan di tempat, kalau sampai aku jatuh pingsan aku gak tau apa lelaki itu akan menolongku atau justru malah membiarkanku tergeletak di atas rumput seperti kerikil-kerikil tak berguna.

This Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang