The Amorfati

306 51 0
                                    

Lan Wangji duduk berputar-putar di kursi putar di balik mejanya. Menatap lekat pada hologram yang ter-pause di depannya. Salinan rekaman yang dia minta dari si pemilik toko. Wangji tentu tahu jika si pemilik toko pasti bertanya-tanya kenapa dia meminta salinan rekaman ini, tetapi dia tidak perlu memberikan alasan –jika dia ingin memiliki rekaman itu secara pribadi yang bukan barang bukti— kepada si pemiliki toko.

Suara jarinya yang mengetuk-ngetuk meja menjadi teman baginya untuk mengisi kesunyian di ruangan itu. Refleksi dari kebingungannya.

Sudah berulang kali dia melihat hologram itu –sampai dia hapal isinya— tetapi tidak juga didapatnya petunjuk. Apa yang dia lihat justru hanya kondisi Wei Wuxian yang entah bagaimana semakin dilihat semakin terlihat menyedihkan.

Ke mana dan kenapa?

Menjadi pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini. Dulu, dia memang tidak peduli, tetapi sekarang, ketika kasus hilangnya pria itu diserahkan padanya, dia tidak bisa berpura-pura untuk tidak peduli lagi.

"Bagaimana? Ada kabar terbaru?" Song Lan bertanya setelah masuk.

Wangji mengabaikan sikap tidak sopannya yang masuk tanpa mengetuk pintu sama sekali, menjawab dengan gelengan kepala.

"Mungkin kau bisa mulai dengan kakak angkatnya, Jiang Yanli," kata Song Lan mengusulkan.

Tentu saja! batin Wangji. Dia sudah berencana pergi menemui Jiang Yanli, tetapi nanti. Karena, dia akan menemui teman Wei Wuxian dulu.

"Beritahu aku, seperti apa Wei Wuxian itu? Apa rumor yang beredar tentang dia itu benar, atau hanya sekedar rumor?" Song Lan memajukan tubuhnya dengan wajah ingin bergosip, membuat Wangji memundurkan kursinya dengan wajah dingin.

"Kau menganggur?" tanya Wangji.

Song Lan mengangguk lalu menggeleng. "Aku tidak akan pergi sebelum kau memberitahuku tentang dia."

Wangji menghela napas lambat kemudian mendongakkan kepalanya. "Entahlah," ujarnya akhirnya, "dia ... tidak ada yang benar-benar tahu apa yang dia pikirkan dan seperti apa dia sesungguhnya. Rumor seringkali melebih-lebihkan, kau tahu."

Wangji melirik Song Lan yang menatapnya terkejut.

Kenapa? Dia mengerlingkan mata.

"Huh, tidak," jawab Song Lan, "lalu, seperti apa dia? Lewat sudut pandangmu."

Wangji mengangkat matanya, mencoba mengingat sosok Wei Wuxian kurang lebih tujuh yang tahun lalu. Sebelum peristiwa itu terjadi, sebelum dia masuk penjara. Sosok percaya dirinya yang menawan. Namun, semakin Wangji mencoba mengingat sosok muda dari pria itu, yang muncul di pikirannya justru sosok menyedihkan Wei Wuxian tiga tahun lalu sebelum menghilang.

Wei Wuxian tinggi, tinggi yang ideal untuk seorang pria, tetapi terlalu kurus. Mantel gelapnya bahkan tidak bisa menyembunyikan sosok ringkihnya. Rambut hitam kemerahannya yang panjang, serta pipinya yang tirus dan pucat. Berdiri di dalam toko barang bekas membuat sosoknya terlihat semakin menyedihkan.

Wangji menjilat bibirnya yang mendadak kering. Dia menolehkan kepalanya dan melihat ternyata Song Lan masih menatapnya dengan mata lebar, menuntut agar Wangji melanjutkan perkataannya.

"Wei Wuxian, ya," gumam Wangji memulai, kesulitan mencari kata-kata.

Setahu Wangji, Wei Wuxian tinggal bersama saudara angkatnya, Jiang Cheng –bertiga sebelum kakak angkatnya, Jiang Yanli, menikah dan pindah ke rumah suaminya— di kota Blok 16th L jalan utara. Dia tinggal bersama duo Jiang itu setelah orang tuanya meninggal karena misi dari senat.

Dulu, sebelum menghilang, Wei Wuxian dapat dengan mudah ditemukan di bar kumuh bernama Corneva, bar ilegal di pinggiran kota Blok G 5th –bar tidak mudah ditemukan sekarang karena izin untuk membukanya yang sangat sulit— bersama saudara angkat dan teman-temannya dengan satu gadis di pangkuannya, diiringi oleh disk stereo yang berdentum. Mereka datang ke sana setelah pulang dari akademi.

The AmorfatiWhere stories live. Discover now