Rahasia Adhia - 9 Agustus 2020

Start from the beginning
                                    

Kalau Adhia, dia berperan sebagai objek yang seringkali kami tertawakan. Bukan mengejek, ya. Tapi memang semua yang keluar dari mulutnya selalu lucu. Cara bicaranya, ekspresi polosnya, kata-kata celetukannya, komponen semua itu selalu berhasil membuat kami tertawa.

Aku mungkin bisa menganalisis orang lain, tapi aku tak bisa menganalisis diriku sendiri.

Ku rasa di pertemanan ini hanya aku yang tak punya karakter kuat. Maaf bila aku tak seperti karakter utama di cerita lainnya. Tapi inilah aku.

Tak banyak yang bisa dideskripsikan soal kepribadian ku, tapi banyak yang ingin ku ceritakan soal kisah remaja ku. Tentang teman-teman, tentang pencapaian, dan yang utama, tentang Radipta.

Ku rasa laki-laki di dunia ini banyak yang seperti Radipta. Kepribadian atau rupanya bisa ku temui dimana saja. Tapi apakah mereka bisa memberikan rasa yang sama seperti rasa ku pada Radipta?

Ku rasa tidak.

Ada kala dimana aku ingin menyerah mengejarnya. Ku perhatikan semua laki-laki yang menarik, yang disukai semua orang. Memang banyak yang sempurna, tapi tidak bisa memberi rasa apa-apa.

Pada akhirnya, aku akan kembali lagi pada Radipta.

Kekhawatiran Nayya, Puspa, dan Adhia ternyata cukup besar juga dampaknya untukku.

Akhir-akhir ini seringkali ku berpikir bagaimana akhir dari kisahku dengan Radipta. Sisi Renjana si ambisius berkata bahwa pasti kami akan bersama nantinya, tapi sisi yang lainnya ragu.

Bagaimana kalau tidak?

Bagaimana kalau usaha ku selama ini berujung sia-sia?

Bagaimana kalau aku akan sakit hati nantinya?

Dan bagaimana kalau pada akhirnya aku membenci Radipta?

Mungkin semakin hari kami bisa semakin dekat. Tapi semakin hari, semakin juga keraguan ku bertambah.

Alin memberi tahu beberapa hal yang Radipta suka, termasuk soal tipe ideal. Tapi Alin berpesan kalau aku tak perlu mengubah diri hanya untuk ia sukai.

"Kalau dia emang tulus, semua hal yang ada di diri kamu harusnya bisa dia terima."

Aku tak ingin mengubah diri, aku hanya ingin merasa pantas untuk Radipta. Sayangnya, aku tidak akan merasa pantas sampai aku bisa menjadi orang yang Radipta suka.

"Jan..."

Adhia tiba-tiba menghampiriku yang tengah duduk di balkon kamar.

Sekarang sudah hampir tengah malam dan aku tak bisa tidur sehabis belajar dengan Kayla setengah jam lalu. Jadi aku pergi ke balkon dengan membawa secangkir cokelat panas dan termenung dengan banyak pikiran di kepala.

"Kebangun?"

Sehabis deeptalk, kami semua berniat tidur duluan kecuali aku dan Kayla. Dan Adhia adalah orang pertama yang terlelap, tapi entah ada apa dia tiba-tiba terbangun.

"Aku tadi kebelet pipis." Adhia duduk di sampingku dan menunjuk cangkir cokelat panas ku. "Mau ini, boleh?"

Aku terkekeh melihat ekspresinya. Wajah polos dengan khas orang baru bangun tidur, makin lucu saja.

"Boleh."

Kami berdua sama-sama diam selama beberapa detik ke depan. Adhia asik meminum cokelat panas dan mengelus-elus kucing ku yang terlelap.

"Mikirin apa, sih? Olimpiade besok?"

Suara Adhia mengudara.

"Banyak, itu salah satunya."

Satu Cerita Untuk Kamu (Terbit)Where stories live. Discover now