"Aku usahain ya sayang. Soalnya ku juga harus ngembaliin uang investor gara-gara saham anjlok." Ayah Johnathan menghela napasnya.

"Aku kayanya mau keluar dari perusahaan aku deh soalnya gaji aku juga anjlok. Aku cari kerja di tempat lain aja yang gajinya gede biar bisa bayarin Johnathan." Mamanya Johnathan mengelus pundak suaminya ketika suaminya mengangguk.

Namun mamanya Johnathan bekerja di sebuah bar elit yang gajinya bisa dibilang lumayan besar. Disana ia menjadi bartender yang melayani pesanan makanan dan minuman oleh pelanggan. Hanya itu, tidak sampai melakukan hal tidak senonoh yang dipikiran Johnathan. Sampai ketika Johnathan tidak sengaja melihat mamanya sedang membopong kedua pria yang mabuk untuk masuk ke dalam taksi. Yang sebenarnya mamanya Johnathan hanya menolongnya bukan bermain dengan kedua pria itu. Disitulah Johnathan marah lalu mengadukan kepada ayahnya.

Orang tua Johnathan bertengkar karena ayahnya terus menuduh mamanya menjual diri dan mamanya yang terus tidak ingin berhenti dari pekerjaannya. Tiap hari selalu bertengkar yang memutuskan mamanya Johnathan untuk pergi dan bercerai. Terpaksa meninggalkan Johnathan karena Johnathan juga sudah benar-benar membencinya dan mamanya tidak tahan sakit hati karena kebencian anaknya terhadap dirinya.

Flashback off

Dorriel mulai berkaca-kaca mendengar cerita dari mamanya Johnathan. Seperti yang ia duga bahwa mamanya Johnathan masih menyayanginya dan hanya salah paham yang sampai sekarang belum terjelaskan.

"Maaf ya tante, Do kesannya kaya ikut campur urusan tante." Dorriel menunduk.

"Gak papa Do sayang. Tante sengaja ceritain ke kamu karena tante tau Johnathan sayang sama kamu. Kamu juga sayang kan sama Johnathan?" Tanya mamanya Johnathan.

"Tante tau dari mana Johnathan suka sama aku?" Bukannya menjawab, Dorriel malah bertanya.

"Yang waktu itu tante bilang nemu foto kamu pas SMA di kamar Johnathan. Kamu satu SMA ya sama dia?" Mamanya Johnathan tersenyum.

"Iya, aku juga baru ngeh kalo aku satu SMA sama Jo." Dorriel ikut tersenyum.

"Tante mau minta satu permintaan boleh gak?" Mamanya Johnathan menatao Dorriel dengan sendu.

"Boleh kok tan." Dorriel tersenyum.

"Tolong bantu kasih penjelasan ke Johnathan kalo selama ini dia salah paham. Tante sayang banget sama Jo. Cuma kamu yang bisa tante harepin. Sebentar lagi tante mau ke Swiss soalnya suami tante ditugasin disono. Kemungkinan menetap disono. Tolong ya Do." Sebutir air mata keluar dari mata lentik mamanya Johnathan.

"Iya tante tenang aja. Do bakal bantu kok." Dorriel masih tersenyum.

Setelah ini, Dorriel akan membujuk Johnathan agar kesalahpahaman selama bertahun-tahun itu terluluskan.

.

━━━━━━

.

Dorriel berdecak kesal ketika membaca pesan terakhir Johnathan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dorriel berdecak kesal ketika membaca pesan terakhir Johnathan. Pagi-pagi moodnya sudah dibuat jelek. Namun ia semangat karena Johnathan ingin menjemputnya. Ia segera bersiap-siap sarapan sambil menunggu Johnathan menjemputnya.

Suara klakson mobil terdengar, tidak lama kemudian Johnathan masuk ke dalam rumah Dorriel tanpa permisi.

"Dih berasa rumah lo aja." Sindir Dorriel.

"Kan emang ini juga termasuk rumah gue. Bunda lo kan calon mertua gue." Johnathan tersenyum menggoda.

"Idih." Dorriel memalingkan wajahnya sambil melanjutkan sarapannya.

"Wih dah baikan ceritanya." Bundanya Dorriel datang mengantar kopi hangat kepada Johnathan.

"Iya bun. Ijin ya nanti pulang dari kampus Jo mau nganterin Do fitting baju." Johnathan menyesap kopi itu.

"Hah?! Kalian dah mau nikah?! Kok bunda gak di kasih tau?" Bundanya Dorriel pura-pura kaget.

"Fitting baju buat acara ulang tahun kampus bun." Dorriel merengut yang membuat Jo dan bundanya tertawa.

Setelahnya mereka berangkat ke kampus dengan mobilnya Johnathan.

.

━━━━━━

.

Di kelasnya, Johnathan tersenyum penuh arti sambil menjahili Dorriel dengan mengirim video-video agar mengganggu kegiatan Dorriel. Sahabatnya yang menyadari itu menepuk pelan bahu Johnathan.

"Woy kasmaran mulu." Ledek Jefri.

"Eh iya Jep, masalah baju basket dah lo urus?" Tanya Johnathan.

"Desainnya sih udah tapi belom dipesen." Jawab Jefri.

"Yaudah gue aja deh yang pesenin. Barengan sama Dorriel yang mau fitting baju ntar." Johnathan mengulum senyumnya.

"Nah gitu dong. Kan gue bisa nyantai hahah." Jefri tertawa mengejek.

"Nih desainnya. Lo pilih ada dua yang didesain Jefri." Juan menunjukkan fotonya.

"Kita belom ngukur ukuran bajunya jir." Juno menepuk pelan jidatnya.

"Yaudah bentar gue tanyain di grub." Luki mengeluarkan ponselnya.

TO BE CONTINUED

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TO BE CONTINUED

𝐌𝐲 𝐄𝐧𝐞𝐦𝐲, 𝐌𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 || Johndo || END ✔Where stories live. Discover now