Saat Taeyong berbalik, ia terkejut saat Rowoon sudah berdiri menjulang didepannya.

"Kau akan pergi?" Tanyanya sendu.

Taeyong menghela nafas, ia hanya menepuk lengan Rowoon pelan, sebelum mengatakan, "Ya," Taeyong mengangguk pelan, setelah itu pergi melewati Rowoon begitu saja.

Taeyong melihat sekelilingnya, para staff karyawan menatapnya dengan sendu, mungkin mereka mendengar apa yang baru saja ia katakan pada Yeji. Taeyong membungkuk sekali, ia tersenyum pada semua karyawan yang melihatnya dan keluar dari kantor secepatnya.

Tapi, sebelum ia benar-benar masuk ke taksi, seseorang memanggilnya dengan keras, membuat Taeyong mau tidak mau menoleh pada orang yang baru saja memanggilnya.

"Sajangnim!"

Taeyong tersenyum saat melihat Yangyang — kepala divisi yang akrab dengannya, tengah berlari menghampirinya.

"Sudah berapa kali aku katakan, cukup panggil aku Hyung." Ucap Taeyong setelah Yangyang berdiri didepannya dengan nafas terengah, membuat Taeyong tertawa pelan.

"Kau sungguh akan keluar dari sini?" Tanyanya langsung.

"Ya," jawab Taeyong pasti.

"Kau tidak mempertimbangkannya dulu?"

"Aku sudah mempertimbangkannya," Taeyong tersenyum, "Sampai jumpa, Yangyang. Maaf, aku harus bergegas."


_______________



Derap langkah dengan bunyi ketukan antara sepatu pantofel pada lantai dan juga heels tinggi bersahutan dengan menggema pada lorong sepi, yang berada dilantai tujuh, yang hanya berisi ruangan penting, tidak semua karyawan bisa masuk kesini.

"Kau sudah mempersiapkan presentasinya?" Tanya Jaehyun pada sekretarisnya yang berjalan dibelakangnya, sedangkan tangannya sibuk memasang jam tangan mahal pada pergelangannya.

"Sudah, Sajangnim." Jawab Yeri dengan mantab.

"Bagus. Pastikan rapat ini bisa selesai dalam waktu dua puluh menit. Aku tidak menyukai mereka yang selalu berkelit."

"Baik."

Ketika keduanya hampir sampai, dimana letak ruangan rapatnya, Jaehyun tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Yeri hampir saja menubruk bahu bossnya. Sementara Yeri hanya bisa menggerutu dalam hati.

Jaehyun merogoh ponselnya yang bergetar pada saku jasnya, ia berniat memblokir nomer siapapun yang berani mengganggunya. Tapi, tidak jadi ketika melihat nama kekasihnya terpampang dengan cantik dilayar ponselnya. Tidak ada lagi raut kesal, yanv ada hanya raut senyum dengan wajah konyol.

"Yeri, pimpin rapatnya. Aku ada urusan yang lebih penting."

Setelah mengatakan itu Jaehyun, pergi meninggalkan Yeri yang tengah menganga tidak percaya.

"Aku bisa pipis ditempat jika menghadapi Tuan Yixing sendirian!" Ia hanya bisa mengumpat, saat Jaehyun sudah berjalan menjauh.

Dirasa sudah cukup, Jaehyun segera mengangkat telponnya.

"Hallo."

"Jaehyun."

Jaehyun menyerngit saat mendengar suara Taeyong yang sedikit serak, "Ya?"

"Aku akan pulang."

"Hm? Kau pulang? Kau tidak memiliki pekerjaan untuk hari ini? Jika iya, gunakan waktu mu untuk istirahat." Jaehyun berdehem, sebenarnya ia masih tidak bisa mencerna apa yang dimaksud pulang oleh Taeyong.

Sedangkan disebrang sana, Taeyong menunduk ia terisak kecil, sebelah tangannya menyeret koper. Tidak peduli tentang banyaknya orang-orang yang berlalu lalang dibandara, tidak peduli ketika beberapa kali ia tersenggol bahu seseorang. Rasa haru, senang, yang bercampur jadi satu membuatnya menangis. Berdegup tidak sabar ketika akhirnya ia memilih pulang lebih cepat. Bertemu dengan seseorang yang begitu berharga.

"Hei, kau menangis? Ada apa, sayang?"

Taeyong bisa rasakan, ada nada khawatir dalam ucapan Jaehyun.

Taeyong tertawa kecil disela tangisannya, "Aku pulang Jaehyun."

"Taeyong, aku tidak menger—"

"Aku pulang! Kita akan bertemu!" Taeyong berucap antusias, tapi ia tidak tahu pasti kenapa air matanya justru jatuh semakin deras. "Aku akan kembali Jaehyun. Kau masih menungguku kan?"

"Kau tidak bercanda kan?"

Taeyong menggeleng meskipun Jaehyun tidak melihatnya, "Jemput aku, saat aku datang nanti!"

Taeyong mematikan sambungan telponnya, tidak menunggu bagaimana jawaban Jaehyun. Ia semakin menyeret kopernya lebih cepat, takut saja ia ketinggalan jadwal keberangkatan.

Taeyong tidak sabar, tidak akan pernah sabar, menunggu waktu yang tepat untuk keduanya bisa saling bertemu lagi.

Meskipun ia telah meninggalkan luka itu disini sendirian.

To be continue...

TAEYONGIE - JAEYONG Where stories live. Discover now