05. Bergeming di Keramaian

617 74 15
                                    

Sudah lama sekali Todoroki tidak melihat sosok menggemaskan itu. Mungkin terakhir kali dirinya menatap durja elok sang perempuan adalah dua tahun lalu pada bulan Agustus. Bulan di mana mereka memutuskan untuk tidak lagi saling menggenggam. Bulan di mana Todoroki merasakan pedihnya kehilangan seseorang yang begitu disayangi. Tidak memungkiri fakta juga bahwa taruna dengan netra terbingkai kacamata ini benar-benar merasa dunianya seakan direnggut paksa oleh keadaan.

Dengan sorot mata yang tajam, Todoroki memerhatikan sebuah buku harian usang yang sempat akan diberikannya kepada Nakano Hana pada hari kemarin. Hanya saja perempuan yang selalu menggembungkan pipi tatkala merajuk itu malah bergegas pergi dan meninggalkannya dalam kelesah tanpa akhir. Salahnya juga karena ingin cepat-cepat berinteraksi lagi bersama sang puan. Terkadang asa untuk bertemu memang membuat Todoroki gila dan konyol. Bahkan pemuda itu rela memesan bunga setelah tahu bahwa Hana bekerja di sana.

Namun, satu hal yang Todoroki pertanyakan kepada insan menawan di Sannoh Rengokai itu adalah mengapa Hana berpura-pura tidak mengenalinya? Pada awalnya, ia berasumsi bahwa gadis mungil tersebut akan tersenyum lebar karena pertemuan yang sudah lama tak dilakukan, tetapi rupanya alasan Hana mengulas lengkung bibir hanya untuk memberi kesan ramah kepada pembeli. Hal itu cukup membuat Todoroki kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya sekarang.

"Jika memang ingin bertemu dengannya, kenapa kau tidak pergi ke Sannoh Rengokai saja?" Lontaran pertanyaan itu berasal dari Tsuji yang merasa jenuh melihat pemimpin mereka terus-terusan merenung selama berada di ruang siaran. Todoroki memang cenderung pendiam, tetapi pendiam yang sekarang entah mengapa terkesan berbeda.

Todoroki menoleh. "Jangan bercanda. Aku bisa melihat sorot mata sendunya ketika dia menatapku. Dia tidak baik-baik saja, dia masih terluka," balasnya pelan.

Tsuji dan Shibaman hanya menghela napas, kemudian membiarkan pemuda dengan seragam Oya Kou itu sibuk bersama pikirannya sendiri. Memang sulit memberi saran kepada Todoroki yang lumayan keras kepala. Namun, mereka harap pemimpin murid penuh waktu itu segera menemukan solusi untuk hubungan tak jelasnya bersama gadis yang kini tinggal di Sannoh Rengokai.

***

"Hana-chan, apa kau sedang menyukai seseorang? Kulihat, beberapa hari lalu kau bertemu seorang pemuda tampan. Tubuhnya tinggi semampai dan rambutnya berantakan! Jangan-jangan dia pacarmu, ya?"

Hana yang awalnya sedang memakan roti lantas tersedak setelah mendengar ucapan Junko. Semua orang di Itokan Diner pun serentak mengalihkan pandang kepada insan yang masih terbatuk. Cobra dengan sigap memberikan segelas air dan kemudian Hana meneguknya sampai tandas. Sial, ucapan ketua Ichigo Milk itu benar-benar mengejutkannya. Siapa orang yang dimaksud? Ueda Sachio, 'kah? Hana memang berpikir bahwa satu-satunya pemuda yang pernah datang ke rumahnya hanya Sachio. Itu juga dengan alasan menjemput Yui.

Setelah dirasa cukup, Hana kemudian bersiap menjawab untuk meluruskan asumsi-asumsi yang sudah berkeliaran di kepala mereka.

"Aku tidak punya pacar. Orang yang Junko-san maksud mungkin Sachio-san. Dia temanku di Housen. Kami hanya berteman, tidak memiliki hubungan lebih dari itu," balas Hana seraya tersenyum lebar.

Raut wajah Cobra yang semula kesal berubah menjadi tenang. Mendengar jawaban Hana, entah mengapa hal tersebut membuatnya lega sebab gadis itu belum memiliki seseorang yang disukai, atau lebih tepatnya pacar. Hei, ada apa dengan perasaannya ini? Mengapa ia merasa kesal setelah mendengar ucapan Junko? Mengapa ia ingin tersenyum ketika mendengar gadis itu belum dimiliki siapapun? Cobra tidak paham dengan dirinya sendiri. Sama sekali tak mengerti.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔. TodorokiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang