"Nona Choi—"

"Kangjoon! Dimana Kangjoon?" tanyaku pada Sekretarias Mama yang memang berada di depan pintu.

"Nona Choi, anda bisa duduk dulu sebentar. Saya akan—"

"Dimana Kangjoon?"

"Nona—"

"Apa kamu bisa membukakan pintunya untukku?"

Wanita ini menatapku lesu. "Saya tidak bisa, Nona,"

"Apa ada Mama di dalam?"

Sekretaris itu mengangguk.

Aku terdiam sejenak. Beberapa kali berusaha mengatur napas untuk menyusun kesadaranku kembali. Aku menatap pintu besar ruangan Mama yang sedang tertutup, berpikir apa yang harus kulakukan setelah ini? Apakah aku harus menyusun segala alasan yang tidak masuk akal? Atau mengakui saja kesalahanku? Lalu sebenarnya, apa yang sedang mereka bahas di dalam sana? Kangjoon akan tetap memihakku, kan?

"Nona, saya akan mengantar anda ke ruang tunggu,"

"Aku baik-baik saja," kataku pelan. "Aku akan menunggu di sini,"

"Saya akan menyiapkan kursi untuk anda,"

"Terimakasih," jawabku pelan. Aku menatap lantai di bawah kakiku, melihatnya dengan tatapan kosong. Sekali lagi, aku merasa tidak berguna. Ibarat bunga yang hidup di dinding untuk perhiasan. Bahkan untuk memperjuangkan keinginan dan menyuarakan isi hatiku, aku benar-benar tidak berdaya.

Apa Kangjoon baik-baik saja?

Saat ku lihat sekretaris Mama yang akhirnya pergi menemui seseorang untuk mengambil kursi dan melayaniku, di saat itulah aku menemukan celah untuk segera masuk ke dalam ruangan.

Teriakan sekretaris itu langsung redup kala aku menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Untuk sementara ini, tempat ini adalah jalan yang harus ku lalui dengan pilihan yang aku buat sendiri.

Aku membisikkan kata maaf untuk wanita itu, dalam hati aku akan membantunya jika nanti Mama memarahinya. Tentu tugasnya untuk melarangku masuk bukanlah tugas yang sulit, hanya saja, aku terlalu keras kepala.

Di ruangan Mama ada 3 ruangan lagi, ruangan kerja, ruang istirahat dan ruang untuk menyambut tamu. Aku melangkah ke ruangan kerja dan akhirnya mendengar suara ..

Kangjoon-Oppa.

" .. saya juga berdiri untuk Nona Choi, sama seperti anda, Nyonya,"

"Ku harap kamu tidak bertanya lagi," ini suara Mama. "Kita tidak sama, Kangjoon. Ku pikir kamu lebih profesional daripada ini,"

"Nona Choi sangat tersiksa dengan hal-hal yang Nyonya sembunyikan. Saya mohon agar anda bisa mempertimbangkannya sekali lagi,"

Suara tawa Mama terdengar. Bukan tawa yang renyah atau tawa yang asing, tapi suara tawa yang terdengar seperti orang putus asa ——rasanya kering dan menyedihkan.

"Apakah itu sama seperti perasaan cintamu kepadanya, Kangjoon?"

Aku menutup mulut.

Mama bilang .. apa?

"Bukankah kita sudah sepakat untuk ini dan itu?"

Sepakat .. apa?

"Ku harap kamu mengerti,"

Ada jeda yang panjang sebelum suara Kangjoon terdengar lagi. Dia mengatakan kalau dia mengerti dan berterimakasih dengan suara yang hampa.

Tunggu dulu .. ini maksudnya apa?

Apa sih?

Apa yang sebentar terjadi?

Kangjoon ..

Apa maksud semua ini?

Finding James | Na Jaemin [✓]Where stories live. Discover now