Prolog

83.4K 2.6K 41
                                    

Suara langkah kaki itu terdengar begitu nyaring memekak telinga. Suasana kantin yang semula ramai tiba-tiba menjadi sepi senyap sejak kedatangan jejak langkah kaki tersebut. Seluruh murid yang ada di sana langsung mengalihkan pandangan ke arah yang kini menjadi pusat perhatian.

Empat sosok murid itu menyita perhatian. Dengan wajah cakep, kulit putih, dan tinggi menjulang yang mampu membuat semua cewek bertekuk lutut pada mereka. Derap langkah kaki mereka mendekat. Seolah mengerti, murid-murid lain menyingkir memberi meja kosong untuk segerombolan cowok tersebut.

Farhan dan ketiga temannya berjalan menuju salah satu meja yang memang menjadi tempat andalan mereka. Meja tersebut terletak di deret paling pojok. Agak bersebelahan dengan jendela kantin. Sayangnya meja tersebut kini dipakai oleh murid lain. Seharusnya meja itu tersedia untuk mereka. Tapi tiba-tiba mlah ada yang memakai.

Farhan mendengus kasar. Secepat kilat melangkah menghampiri dua murid cewek yang asyik melahap bakso itu. Sepertinya tidak menyadari kedatangan Farhan dan teman-temannya.

"Heh! Minggir!" Farhan menggedor meja yang ditempati kedua cewek itu dengan menggunakan ujung kunci mobilnya.

Salah satu dari kedua cewek itu bangkit tidak terima. "Emangnya kenapa?!"

Farhan menyedekapkan tangan malas. "Ya elah, pake nanya lagi! Ya kita mau makan di sini dong! Emang lo doang yang mau makan?"

"Loh? Emangnya bangku yang lain nggak kosong?! Kenapa mesti bangku ini?!" sanggah cewek itu lagi.

"Ya terserah kita dong! Lagian ini bangku favorit kita!! Minggir sana!"

"Nggak mau!" cewek itu tetap bersikukuh dan malah kembali melanjutkan makannya dengan santai.

Farhan menatapnya dengan kesal. Di sampingnya Kiky mencoba mengalihkan perhatian. Dengan cepat menyeretnya ke bangku yang lain. Tapi temannya itu memang keras kepala. Susah kalau keinginannya itu tidak terpenuhi. Akhirnya Kiky menyerah. Sementara Bima dan Deny malah sudah mengalah—duduk di sana dan memesan makanan.

"Kurang ajar!" desis Farhan kesal sambil beranjak posisi menghampiri temannya yang lain di geng Fourty D. "Kayaknya cewek itu ngajak kita perang, deh!"

"Iya nih, berani banget ya mereka melawan cowok keren kayak kita!" sahut Kiky sambil mencomot bakpau dengan rakus.

Bima menatapnya sambil melongo. "Lo laper atau doyan sih, Ky? Lagian, kita bertiga doang yang keren, lo mah enggak!"

Kiky memandang Bima acuh tak acuh. Lalu peperangan kecil pun terjadi. "Dih, gue juga keren kali."

Berbeda dengan Kiky dan Bima yang sibuk berperang, Deny malah terkesan tak peduli dengan keberisikan mereka. Cowok itu malah diam di kursi pojok memainkan handphone-nya. Sejak beberapa hari lalu yang dilakukannya seperti itu terus. Entah apa yang sedang dia sembunyikan sampai-sampai membuat teman yang lain kebingungan.

"Lo dari kemaren main hape terus kerjaannya," celoteh Bima yang kini sadar Deny mulai dengan aktivitas menyebalkannya lagi.

Deny memaksakan seulas senyum. "Oh, enggak, ini cuma main game."

"Game?" Kiky menatap Deny melongo. Remah-remah bakpao yang dimakannya nyaris berjatuhan. "Masak sih, Den? Lo suka main game sejak kapan? Main sama gue aja kalah terus. Sini, lawan gue lagi."

Deny menghembuskan nafas panjang. Menatap Kiky dengan wajah sebal. "Ah, nggak juga. Gue sering menang, kok. Kalau gue lagi kalah, ya mungkin gue baru nggak beruntung aja."

Kiky membulatkan mulut tak percaya. Matanya melirik Farhan dan Bima secara bergantian. Ketiganya kini saling melempar pandang. Benar saja. Sisi aneh Deny muncul lagi. Beberapa hari ini temannya itu selalu dipenuhi kemisteriusan yang tidak mereka ketahu.

Contohnya seperti hari ini. Deny akan diam memainkan handphone seharian tanpa peduli dengan ketiga temannya. Beberapa kali dia tertangkap basah sering tersenyum miring sendiri. Bima dan Kiky yang menyadarinya hanya bisa geleng kepala. Mungkin saja dia ini mulai tidak waras. Bahkan Kiky sering mengerjai untuk memeriksakan kondisi kesehatannya— yang tentu dijawab jutek oleh Deny.

Farhan mengedikkan bahu tak peduli. Matanya kini menatap Deny yang kembali beradu mulut dengan Kiky. Makin aneh saja temannya yang satu ini. Ah, tapi ya sudahlah biarkan saja.

Farhan masih diam memandangi Kiky dan Deny yang sejak tadi terus mengeluarkan ocehan yang baginya sangat tidak penting. Diam-diam Farhan menoleh ke belakang. Tepatnya ke arah bangku cewek itu. Sekilas cewek itu melihatnya, tapi langsung mengalihkan pandangan. Farhan melakukan hal yang sama. Menatapnya penuh kebencian.

***


ABG's Proposal END (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang