2nd: the nightmare

133 15 3
                                    

"You cannot control everything, Seongwu. You cannot keep me under your control. I'm your husband, not your puppet."



Ucapan Minhyun kembali menghantam Seongwu, membuat kepalanya kembali berdenyut kencang. Seongwu menatap sekelilingnya. Semua gelap. Sepertinya Minhyun tidak pulang ke apartemen mereka lagi hari ini.

Tiga hari berlalu sejak pertengkaran terakhir mereka, pertengkaran yang membuat Minhyun keluar dari rumah dan tidak kembali tiga hari belakangan.

Seongwu mengerang saat merasakan sakit kepala yang luar biasa, sakit yang memaksanya kembali tidur di atas ranjang. Mimpi buruk itu selalu datang menghampirinya, dan setiap kali meninggalkan sakit kepala yang lebih parah dari sebelumnya.

Entah harus bersumpah demi apa, tapi Seongwu sama sekali tidak pernah bermaksud membuat Minhyun merasakan entah apa yang dia rasa. Seongwu hanya ingin yang terbaik untuk orang yang dia cinta. Sesederhana itu. Dia hanya ingin masa depan yang lebih baik untuk suaminya.

Mereka sering bertengkar saat berbicara tentang masa depan. Seongwu sering memberikan masukan ke Minhyun untuk mengganti jurusan yang dia tempuh ke jurusan lain yang tidak banyak project kampus dan membuat Minhyun tidak ada waktu untuknya.

Semua makin diperburuk saat Minhyun bekerja sampingan di sebuah perusahaan startup milik seniornya.

Seongwu bisa tidak melihat wajah suaminya berhari-hari karena suaminya pulang saat dia sudah tidur dan berangkat sebelum dia bangun. Dia tidak pernah menuntut banyak dari suaminya, dia hanya ingin waktu bersama.

Dia tidak peduli uang gaji tak seberapa yang dihasilkan suaminya, uang yang dikirimkan orang tuanya lebih dari cukup untuk membiayai mereka sampai lulus kuliah. Apartemen yang mereka tempati saat ini pun sudah dibayar hingga satu tahun ke depan. Seongwu tidak paham sama sekali kenapa suaminya itu memilih kerja lebih keras dari kuda dibandingkan dengan menghabiskan waktu dengannya.

Semakin hari, Seongwu semakin tenggelam dalam kesendirian dan kegelapan apartemennya. Berbagai pikiran buruk menghampiri, membuat keadaan Seongwu yang memang sudah tidak baik menjadi semakin buruk.

Bagaimana kalau Minhyun menyesal menikahi laki-laki?

Bagaimana kalau Minhyun menemui wanita lain --Seongwu tau Minhyun straight sebelum bersama dengannya-- dan ingin mengakhiri pernikahan mereka?

Bagaimana kalau setelah semuanya, setelah melawan keluarganya demi Minhyun, dia ditinggalkan begitu saja?

Oleh karena itu Seongwu meminta waktu Minhyun lebih. Dia butuh kepastian, untuk meyakinkan dirinya bahwa suaminya masih miliknya. Bahwa semua yang dia perjuangkan selama ini tidaklah sia-sia.

Dia harus memastikan bahwa Minhyun tetaplah miliknya.

Hari itu, tiga hari lalu, Seongwu mengatakan semua yang mengganggu pikirannya. Orang bilang, komunikasi adalah kunci dalam hubungan, kan?

Tapi kenapa?

Kenapa itu justru menjadi awal kehancuran hubungan mereka?

Kenapa Minhyun menjadi semakin jauh darinya?



----



"Kenapa kamu harus kerja sekeras itu cuma buat uang sekecil ini, Hyun?"





Minhyun mendengus, menahan tawa yang muncul bukan karena dia sedang bahagia, tapi karena dia masih tidak mempercayai apa yang dia dengar.

Minhyun bukan terlahir dari keluarga yang miskin. Dia lahir dari keluarga yang cukup berada, bahkan bisa dibilang cenderung berlebih. Memang tidak sekaya keluarga Seongwu, tapi keluarga Minhyun sama sekali tidak kesulitan membiayai seluruh kebutuhannya saat menempuh pendidikan di Inggris.

RailwayWhere stories live. Discover now