Happy Birthday

219 17 9
                                    

Written in Seola's POV

Before I could even realize it, the date had changed
I wonder why we age?
Even though we won't grow anymore

Sudah lebih dari sepuluh tahun aku mengenal Bona. Orang yang bersinar lebih terang dari siapapun saat aku melihatnya. Pertama kali aku melihatnya adalah di ujung lorong sekolah. Dia terlihat sedang menunggu seseorang. Dia menundukkan wajahnya dan menggerak-gerakkan kakinya. Tangannya memegang erat lengan tasnya. Tampaknya ia sudah lama menunggu seseorang.

Senyumnya ketika orang yang dia tunggu datang sangatlah indah. Matanya menyipit, sudut bibirnya terangkat, dan terlihat garis yang indah juga di pipinya. Sepertinya, setiap ekspresi apapun yang ia tunjukkan akan terlihat cantik di wajahnya.

Tidak disangka, aku bertemu mata dengannya. Dia tersenyum kepadaku. Aku tertegun, tidak pernah terpikirkan bahwa dia akan melihatku juga. Aku terdiam sebelum akhirnya membalas senyum Bona. Dia melambaikan tangannya perlahan dan mulai melangkah pergi dengan temannya. Aku masih terus menatap sosok itu hingga punggungnya tak nampak lagi. Hari itu adalah pertama kalinya juga aku mempunyai obsesi yang tak aku sadari dan tak mampu aku ungkapkan, yaitu Bona.

Kini, umur kami sudah sama-sama berkepala dua. Kami sudah tumbuh dewasa. Sampai saat ini aku masih menjadi pemain kedua dalam hidupnya. Aku terlalu penakut untuk mencoba melewati batas itu. Batas yang aku buat untuk memberi jarak antara aku dengan Bona. Yah, setidaknya aku sudah menjadi temannya dan masih akrab sampai sekarang. Hanya umurku saja yang bertambah tapi tidak dengan keberanianku untuk mendekati Bona.

Bona itu adalah sosok yang terlalu jauh untukku. Aku rasa aku tak mampu menggapainya. Jadi, aku putuskan untuk tetap berada di sampingnya dan melihat setiap langkah yang ia pilih. Melihatnya memiliki banyak teman dan melihatnya memulai hubungan dengan pasangannya.

Sakit? Benar, tetapi aku pikir seharusnya bahkan aku tidak berhak untuk merasakan itu. Kami hanyalah teman, tak lebih. Aku hanya memikirkan bagaimana aku dapat mengaguminya dalam diam. Tak perlu hal lebih, karena aku tau aku tak pantas untuknya.

I immediately got up at the sound of my ringtone, but it was for nothing
I thought it was from you

Aku terbangun ketika mendengar bunyi dari handphoneku. Aku pikir itu Bona. Bona yang kerap bercerita tentang kucing yang ditemuinya, Bona yang bercerita tentang kopi yang ia minum, bagaimana baiknya Ibu penjaga ruko, hembusan angin yang mulai dingin, dan bagaimana indahnya matahari tenggelam setiap ia pulang kerja.

Hanya seperti itu saja, sudah cukup bagiku.

I wonder if by some mistake
You'll come to like me

Terkadang....
Benar-benar terkadang, aku berpikir mungkin suatu saat Bona akan menyukaiku.
Mungkinkah ada waktunya ketika kesalahan itu menjadi nyata?. Memang pantas disebut kesalahan, karena aku pikir orang seperti dia harusnya menyukai orang yang lebih baik dariku. Orang sepertiku memang baiknya hanya ada di sudut ruangan. Mengaguminya dari jauh. Mengenalnya sebagai teman sudah cukup baik bagiku. Aku tak berani berharap lebih.

Because in this place where you aren't around
The air is thin and I can't breathe

Rasanya seperti ada yang hilang ketika aku tak melihat Bona. Seperti udara ditarik paksa dari sekitarku. Tempat ini tak lagi nyaman. Karena aku tak dapat memandangnya. Pandanganku selalu berputar mencarinya. Hanya ujung pakaiannya sudah cukup untuk membuatku tenang.

HAPPY BIRTHDAY [SEOLBO] Where stories live. Discover now