2. Taman Kota dan Semangkuk Bakso

65 17 12
                                    

Hallo prend, gimana kabarnya. Lama banget akunya Hiatus ya. Karena aku lagi ada kesibukan di rl. Masihkah ada yang nungguin cerita ini. Semoga aja masih ya!


Selamat membaca ya!💗

Malam ini Jino benar-benar mengajak Jiya untuk mengantarnya mengelilingi kota di malam hari

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Malam ini Jino benar-benar mengajak Jiya untuk mengantarnya mengelilingi kota di malam hari. Entah tujuannya ke mana asalkan dirinya bisa mencari udara segar malam ini.

"Yuk, jalan! Gue udah siap," ucap Jiya yang baru saja keluar dari pintu rumah, dengan tubuh yang dibalut celana pendek dan atasan dengan sweeter belang.

"Gue dari tadi nungguin Lo lama banget, dodol!" umpat Jino sambil memakai helmnya. Jiya yang mendengar omelan Jino mendecih kesal. Siapa suruh juga Jino memaksanya untuk menemani lelaki itu. Akan tetapi, walau begitu dalam hati Jiya senang Jino meminta dirinya untuk menemani lelaki itu untuk mencari udara segar di malam hari.

"Cepetan naik! Keburu pagi," tukas Jino. Refleks Jiya memukul helm bagian belakang yang dipakai Jino. Membuat empunya meringis mendelik Jiya.

"Ini baru jam 7, lo udah bilang keburu pagi. Yang dodol itu Lo, bukan gue." Jino tak merespon perkataan Jiya yang akan membuat pertengkaran mereka semakin panjang. Dengan segera Jino melajukan motornya yang hampir membuat Jiya terjungkal ke belakang.

"JINO SETAN!"

~o0o~

Sekitar 15 menit untuk Jino dan Jiya sekedar mengelilingi jalanan kota. Kini, mereka memilih berhenti di Taman kota. Yang terdapat banyak orang-orang yang sedang menikmati indahnya malam dan air mancur yang berada di tengah taman. Tak sedikit juga pasangan kekasih dan anak-anak yang bermain bersama orang tua mereka di malam ini.

"Kita mau duduk di mana?" tanya Jiya yang baru saja melepaskan helm bogo warna hitam pemberian Jino.

"Bawah pohon tuh, mau gak?" Jiya mengikuti arah petunjuk Jino. Sepertinya tempat itu bagus untuk sekedar duduk-duduk, karena cukup jauh dari keramaian.

"Let's go!" ucap Jiya. Lalu mereka berdua benar-benar duduk di bawah pohon rindang di pinggiran taman. Namun, baru saja mereka berdua mendudukkan diri, suara tukang bakso terdengar di Indra pendengaran mereka.

"No, beliin bakso. Gue nggak bawa uang, lo yang ngajak lo yang harus bayarin!" pinta Jiya. Jino yang mendengarnya sedikit kesal, namun tetap saja ia mau membelikan.

"Tunggu di sini! Gue juga mau beli." Jiya mengangguk sambil tersenyum, dan menunggu Jino selama beberapa menit untuk membawa semangkuk bakso pesanannya. Sembari menunggu, Jiya mengedarkan pandangannya menatap aktivitas orang-orang yang berlalu lalang di depannya ataupun sepasang kekasih yang tengah bermesraan di tengah taman.

Setangkai Akasia [yejeno]Onde histórias criam vida. Descubra agora