"Ngapain aku kangen denganmu?! Memangnya kau itu penting?!"

"Fufu, buktinya tadi kau menangis saat kau melihatku," Aku terkekeh.

"Ghh...," Yamato-san tidak dapat menjawab ledekkanku. Yes, aku menang.

Yamato-san menghela nafas. "Maksudku dan Nagi datang ke sini bukan itu tapi karena aku rasa kau memiliki banyak pertanyaan pada anggota lama di markas ini. Kau tidak dapat bertanya secara leluasa karena ada orang-orang yang baru pertama kali kau lihat 'kan?"

Nagi mengangguk-angguk, "Kami di sini untuk menjawab your questions!"

Aku terkejut. Tidak kusangka teman-temanku cukup peka dalam hal ini. Lalu, aku tersenyum.

"Sou da nee...," Aku menundukkan kepalaku dan memainkan jari-jari tanganku. Aku ingin mengetahui kabar mereka tapi... Aku tidak siap untuk mendengar jawabannya. Aku takut.

Aku merasa sangat... Kesal dan merasa bersalah.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan tidak membuangnya—Canda, aku membuangnya, untuk mempersiapkan mentalku.

"Begini... Mitsuki... dan Banri-san...Mereka ada dimana...?"

Sou... Aku tidak melihat mereka di sini. Padahal aku berharap bahwa ada mereka juga yang menyambutku. Terutama Mitsuki...

"Itu... Mereka tidak tahu mengenai keberadaan kami di sini, jadi mereka memutuskan untuk bergabung dengan Markas Takanashi," jelas Yamato-san. Aku tidak melihat ekspresinya saat ia mengatakan hal itu tapi berdasarkan nada bicaranya, ia terdengar sedih.

Maa... Itu sudah jelas karena kemungkinan besar mereka menganggap kami semua sudah tidak ada lagi di dunia ini. Memang orang-orang yang tinggal di sini sebagian sudah mati tapi memutuskan untuk melanjutkan hidup sebagai yokai.

"Aku tidak tahu bagaimana kabar mereka di markas tersebut karena bahkan di jalan pun aku tidak pernah melihat mereka sama sekali seakan mereka telah menghilang dari dunia ini," lanjut Yamato-san, "Tapi... Mungkin yang tahu mengenai kabar mereka..."

Aku menatap Yamato-san. Terlihat Yamato-san menyikut Nagi. "Hora, manusia satu-satunya di sini! Giliranmu yang buka mulut."

"Oh iya, Nagi. Maaf bila aku terdengar lancang. Kau 'kan manusia tapi kenapa kau malah tinggal bersama ka—"

Nada dering ponsel Yamato-san tiba-tiba saja berbunyi, memotong pertanyaanku. Ia mengeluarkan ponsel miliknya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa? Eh...? Gak bisa yang lain aja gitu...? Lagi sibuk, nih."

Mendengar ucapan Yamato-san aku jadi tergelitik untuk mengisenginya. "BOONG! BOONG!" seruku.

"SOU! YAMATO IS LYING DESU!" Nagi mendukung tindakkanku.

"Lo pada berisik, ya!" Yamato-san mengomeliku dan Nagi. Aku dan Nagi langsung melakukan tos serta tertawa.

Yamato-san menghela nafas dan mematikan panggilannya. "Lo pada, ya. Ish, 'kan jadinya gue yang disuruh bantu Natsume!"

Kedua mata Nagi berbinar-binar, "OH!!! JANGAN BILANG DIA MAU BAWA PULANG MAKANAN?!"

Yamato-san dengan wajah pasrahnya berdiri dan memasukkan ponselnya pada kantung celananya. "Yaa, biasa lah. Kalau enggak Kujo ya Natsume yang ngasih kita makan. Sori ya, Riku. Nagi, semuanya kupercayakan padamu."

Tunggu, entah kenapa keadaan kami di sini miris sekali. Mengandalkan orang-orang yang bekerja untuk memberi kami ma—Eh? Natsume itu... Siapa? E...Eh...? Sepertinya setelah markas ini kehilangan dua anggota malah mendapatkan banyak anggota baru.

暗いの光 / DARKLiGHT [IDOLiSH7 Fanfic]Where stories live. Discover now