Taeyong menoleh, menatap Yeji yang duduk disampingnya. Yeji menatap datar pada meja kecil didepannya seperti melamun, tangannya masih menggenggam satu gelas wine dengan isi yang masih setengah, punggung nya bersandar pasrah pasa sofa. Taeyong tidak menegurnya, merasa kasihan sebenarnya pada Yeji, entah kenapa. Yeji lebih sering meminum wine hingga beberapa botol, terkadang wanita itu akan menyelipkan batang rokok pada bibirnya, seperti sekarang yang tengah Yeji lakukan. Yeji, tidak pernah bercerita apa-apa pada Taeyong, jadi Taeyong juga tidak mau memaksa.

Taeyong menghela nafas. Punggungnya juga ikut ia sandarkan seperti Yeji, kemudian kepalanya ia miringkan pada bahu Yeji, mencari tumpuan pada wanita itu. Yeji tidak keberatan sama sekali, mulutnya masih sibuk menghisap satu batang nikotin.

Taeyong menunduk, mengibaskan ujung kemeja putih miliknya saat abu rokok Yeji yang sepertinya terkena angin dan menjatuhinya.

Taeyong mengerucutkan bibirnya kesal, "Yeji, rokokmu."

Yeji terkekeh, "Maaf." Gumamnya. "Salahmu sendiri, menjauhlah sedikit dariku."

Taeyong menggeleng, kepalanya semakin ia sandarkan dengan nyaman. "Tidak mau."

Taeyong memejamkan matanya, lalu kembali terbuka setelah beberapa saat. Ia mencoba melihat apa saja yang bisa matanya jangkau ditengah remangnya pencahayaan.

Dan tatapannya berubah jadi tajam, saat melihat Jaehyun yang juga tengah menatapnya dari jauh. Walaupun sedikit gelap, Taeyong tidak salah mengenali jika itu adalah Jaehyun.

"Bukankah itu Jaehyun?" Bisik Yeji pada Taeyong.

"Dia menatapku." Bukan merasa percaya diri, tapi Jaehyun benar-benar menatapnya.

"Dia sudah minta maaf padamu?"

"Sudah." Balas Taeyong pelan.

"Berapa kali?"

"Sering."

"Kau memaafkan nya?" Yanya Yeji lagi.

"Tidak tahu."

Yeji mendengus. Satu pertanyaan lagi terlintas dikepala nya, dan ia tidak akan ragu untuk menanyakannya lagi.

"Dia pernah menciummu?"

"Pernah." Jawab Taeyong, kalo Yeji tidak salah dengar Taeyong menjawabnya dengan semangat.

Taeyong kembali menunduk, memainkan ujung kemejanya. Kemeja putih milik Jaehyun yang masih dipakainya. "Tapi, hanya sebentar."

"Kau akan mati kehabisan nafas, jika Jaehyun menciummu terlalu lama."

Taeyong tersentak saat tiba-tiba Yeji manariknya untuk berdiri. Membawanya ditengah kerumunan, Yeji bersandar pada tiang ditengah ruangan, sementara Taeyong terdiam didepannya. Taeyong mengintip dibalik tiang dan mendapati Jaehyun yang lebih dekat dengannya. Pria itu masih menatapnya.

"Minum Taeyong." Yeji, memberikan satu gelas wine yang tadi dibawanya pada Taeyong.

"Tidak mau." Dan jawaban Taeyong tetap sama dengan gelengan kepala.

Kali ini Yeji memaksa, ia ingin melihat bagaimana reaksi Jaehyun ketika melihat Taeyong minum dengannya. Maka ia tenggak wine digelasnya, menarik tengkuk Taeyong agar mendekat, mendekatkan bibirnya untuk menumpahkan wine pada rongga mulut Taeyong.

Taeyong terkejut, mendorong Yeji agar menjauh. Membuat beberapa cairan tumpah dan sebagian lagi berhasil masuk ditenggorokan Taeyong.

"Apa yang kau lakukan?!"

Yeji tidak menjawab, mencegat seorang pelayan yang sepertinya akan mengantarkan pesanan pada pelanggan lainnya. Mengambil paksa gelas dan juga botol yang berisi alkohol— Yeji tidak tahu pasti jenis apa, lalu menggantinya dengan gelas kosong miliknya. Pelayan itu ingin mengeluarkan protes, tapi Yeji menahannya hanya dengan tatapan tajam, dan juga geraman pelan, mampu membuat pelayan itu pergi.

"Rasanya tidak enak!" Pekik Taeyong, dengan tenggorokan yang mulai terasa panas.

Yeji tidak mempedulikannya, menuangkan kembali bir pada genggaman nya, lalu mencoba mendekati Taeyong lagi, tapi Taeyong mundur menghindari.

"Aku bisa sendiri, tidak perlu menciumku!"

Taeyong merebut gelas pada Yeji, meneguk minuman itu tanpa pikir panjang. Menyerngit merasakan sensasi aneh dalam dirinya, membuatnya candu dan ingin merasakannya lagi. Saat ia memberikan gelasnya pada Yeji meminta untuk diisi lagi, ia melihat kembali pada Jaehyun, pria itu menatapnya dengan tajam, alis yang mengerut tak suka.

Tanpa sadar, Taeyong sudah menghabiskan tiga gelas, kepalanya sedikit pening, begitu juga Yeji yang ikut menghabiskan, ditambah ia sudah minum wine sebelumnya. Tersisa sedikit, Yeji meminumnya, lalu menjatuhkan gelas dan juga botol kosong itu pada lantai, membuat gelas kaca itu pecah tapi tidak dengan botolnya karena cukup tebal. Tidak ada yang memperhatikan mereka, mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Taeyong tidak memberontak, saat Yeji kembali menariknya, membuka belah bibirnya untuk meminum alkohol yang tersisa. Yeji tidak melepaskan bibirnya pada Taeyong walaupun cairan di mulut keduanya sudah habis. Yeji, melihat Taeyong yang memejamkan matanya, membuat Yeji tersenyum dan mulai menggerakkan bibirnya, melumat bibir Taeyong bergantian atas dan bawah.

Hanya beberapa detik, karena seseorang menarik bahu Taeyong cukup kuat, hingga membuat ciuman mereka terlepas.

Taeyong mengepalkan tangannya kuat, saat melihat Jaehyun lah yang datang mengganggu.

"Berhenti mengganggu ku, sialan!" Teriak Taeyong.

Jaehyun ingin meraih pergelangan tangannya, tapi Taeyong menghindar. "Jangan berdekatan denganku!" Matanya terpejam, tidak mampu mengendalikan dirinya yang sudah setengah sadar.

"Kau mau kupermalukan lagi?!" Setelah mengatakan itu, Taeyong pergi menjauh.

Jaehyun ingin mengejar, tapi Yeji menghadang jalannya.

"Tetap pada batasan mu Tuan."

"Jangan menghalangi ku." Desis Jaehyun.

Yeji terkekeh, "Sepertinya kau kalah dariku."

"Aku tidak merasa jika kita pernah memainkan sebuah permainan, Nona Hwang." Jawab Jaehyun.

"Tidak mau mengakui kekalahan, huh?"

"Aku tidak kalah."

Yeji melangkah mendekati Jaehyun, tapi Jaehyun tidak bergerak sedikitpun untuk menghindar.

"Tapi kau sudah gagal."

Baru saja Jaehyun ingin membalas, teriakan dari depan membuatnya berhenti. Yeji sudah berlari lebih dulu, dengan langkah yang tergesa. Yeji sangat tahu, suara siapa yang baru saja ia dengar. Jantungnya berdegup dengan rasa panik.

"Taeyong!" Ia mempercepat langkahnya, menghampiri Taeyong yang sudah berdiri dengan takut, kedua tangannya menutup bagian depan tubuhnya dengan kancing kemeja yang terlepas sepenuhnya.

"Ada apa?" Tanyanya panik, pikirannya tidak bisa tenang saat ini, melihat keadaan Taeyong.

"Dia menyentuh ku!" Jawab Taeyong, dengan bibir yang bergetar takut.

Baru saja Yeji berbalik, ingin menghajar siapapun yang berani menyentuh Taeyong, ia sudah dikejutkan dengan Jaehyun yang tiba-tiba datang dan menendang pria yang Taeyong maksud hingga jatuh tersungkur.

Jaehyun menarik kerah baju pria itu, dan menghajar wajahnya berulang kali hingga mengeluarkan darah. Yeji ingin mendekat, tapi Jaehyun sudah berteriak padanya.

"Bawa Taeyong pergi dari sini!"

Nafas Yeji tercekat rasanya, saat mendengar teriakkan Jaehyun penuh dengan amarah. Aura yang dikeluarkan pria Jung itu benar-benar menakutkan. Maka tidak ada lagi yang Yeji lakukan selain menuntun Taeyong pergi keluar.

Bugh!

Satu pukulan mengenai wajah Jaehyun, ketika ia lengah saat menatap punggung Taeyong yang sudah pergi, membuat cengkraman nya pada kerah pria itu terlepas.

Tidak berselang lama, Jaehyun kembali mendaratkan pukulannya, sekaligus melampiaskan rasa marah dan juga kesalnya pada pria yang bernasib malang ditangannya.

To be continue



Terimakasih dan sampai jumpa 🤍

TAEYONGIE - JAEYONG Where stories live. Discover now