"Taeyong?"

Taeyong tersenyum, "Hai Yeji." Sapanya balik.

Yeji terkekeh, "Apa yang kau lakukan disini?"

Taeyong mengendikan bahunya, "Bekerja."

Yeji menaikkan sebelah alisnya tak percaya. Taeyong mendengus melihatnya.

"Apa kau akan mengatakan, jika aku berbeda dengan malam itu? Ekspektasi mu terlalu jauh."

Yeji mengangguk, "Kau benar, aku hampir saja mengatakan itu."

"Tapi, kau masih terlihat menggemaskan." Yeji terkekeh dan menepuk pelan pucuk kepala Taeyong. Membuat si pemilik kepala mendengus untuk yang kedua kalinya.

"Bisa kita bicara sebentar? Aku hanya ingin mengobrol dengan mu." Pinta Yeji.

"Tidak bisa, aku harus bekerja."

Yeji berdecak, "Tinggalkan saja pekerjaan mu. Aku yang akan bertanggung jawab jika kau kena marah."

Yeji merebut paksa ember yang Taeyong bawa dan meletakkannya begitu saja pada lantai.

"Yeji, aku—" ucapan Taeyong terputus saat Yeji menarik paksa pergelangan tangannya.

Ketika sampai di lobby depan, keduanya terhenti saat melihat Jaehyun bersama perempuan tadi.

Jaehyun yang sedang sibuk dengn ponselnya mendongak menatap Taeyong. Pandangan keduanya bertemu, Jaehyun melihat jelas bagaimana Taeyong menatapnya dengan tajam.

Jaehyun melangkah dengan cepat hendak menghampiri Taeyong tapi tidak sempat karena perempuan itu menahannya.

"Taeyong!"

Taeyong tidak memperdulikan teriakan Jaehyun, kini giliran Taeyong yang menarik tangan Yeji agar keluar dengan cepat dari kantor dan mengajak Yeji duduk di bangku taman.

Yeji menoleh pada Taeyong, tangannya terlipat didepan dada sedangkan kaki kanannya menumpu pada kaki kiri, punggungnya juga bersandar pada kursi.

Mereka sudah duduk beberapa menit yang lalu, dan Taeyong hanya diam saja. Memang sih, Yeji yang menarik Taeyong untuk berbincang tapi melihat raut Taeyong yang sepertinya sedang tidak bersahabat membuat Yeji diam dulu.

"Ada apa dengan kalian? Ada masalah?" Tanya Yeji akhirnya.

Taeyong menoleh dan menggeleng, "Tidak."

"Aku pikir kalian sepasang kekasih."

Taeyong hanya terkekeh mendengarnya.

"Kalian seperti pasangan yang sedang bertengkar." Ucap Yeji.

"He's a jerk." Gumam Taeyong pelan.

Yeji menyerngit ia tidak mengerti jika Taeyong tidak mau bercerita, namun kemudian ia tersenyum tipis.

"Aku tidak bermaksud ikut campur, tapi jika kau ingin bercerita aku bisa menjadi pendengar mu. Siapa tahu bebanmu akan berkurang."

Taeyong menghela nafas, "Beberapa hari yang lalu, dia marah padaku. Dia mengataiku dengan perkataan yang tidak seharusnya aku dengar. Aku cukup sadar diri, jika aku anak yang bodoh, miskin dan memalukan, tidak perlu diperjelas."

"Dia benar-benar mengatakan itu?" Tanya Yeji tak percaya dan mendapat anggukan dari Taeyong. "Bajingan." Desisnya.

"Lalu, bagaimana dengan hubungan kalian?" Lanjutnya.

"Hubungan? Aku dengannya tidak memiliki hubungan apapun."

Yeji menggigit bibir bawahnya, ia sebenarnya masih tidak paham apa yang terjadi. "Apa kau tahu, kenapa Daehwa bisa disini?"

"Daehwa? Siapa?" Tanya Taeyong bingung.

"Tunangan Jaehyun, wanita yang barusan kita lihat dengan Jaehyun."

"Kau mengenalnya? Aku baru tahu, jika Jaehyun memiliki tunangan."

Yeji menghela nafas. "Saat kau pulang dengan Jaehyun waktu itu dipesta, aku mendengar beberapa orang menggosip tentang Jaehyun. Mereka mengatakan jika Jaehyun membatalkan pertunangannya. Karena Jaehyun datang bersama mu, jadi mereka beranggapan jika kaulah kekasih baru nya Jaehyun. Tapi, yang membuatku bingung, kenapa Daehwa ada disini lagi?"

Taeyong hanya menggeleng lemah, "aku tidak tahu." Jauh dihatinya, sebenarnya ada rasa sakit saat mengetahui jika Jaehyun sudah memiliki pasangan.

Lagipula, ia merasa tidak pantas untuk bersama dengan pria tampan itu.

"Aku benar-benar minta maaf tentang ucapan ku waktu itu." Ucap Taeyong tiba-tiba, setelah beberapa saat mereka hanya diam.

"Yang mana?"

"Tentang orang tuamu."

Yeji terkekeh santai, "Jangan dipikirkan, Tae. Aku baik-baik saja."

"Aku pasti membuatmu tersinggung."

Yeji mengendikan bahunya, "Sedikitnya iya, tapi tidak masalah."

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa berada disini?" Tanya Taeyong.

"Aku ikut dengan ayahku. Sepertinya ia punya sedikit urusan disini." Yeji mendengus, "ibuku yang menyuruh, aku harus mengikuti kemana pun ayahku pergi, katanya supaya ayahku tidak selingkuh. Padahal kau juga tahu kan, jika ayahku sudah tua? Tidak ada yang mau dengannya."

"Ibumu menyayangi ayahmu."

"Ya, begitulah." Yeji tersenyum.

Taeyong menunduk, terlihat jelas jika ia sedang bersedih.

"Hei, ada apa?"

"Aku hanya merindukan orangtuaku."


Yeji tersenyum prihatin, entah mendapat keberanian dari mana, Yeji menarik tubuh Taeyong, membawa pria cantik itu kedalam pelukannya.

Taeyong sempat terkejut awalnya, tapi kemudian ia membalas pelukan itu setelah mendapat usapan yang menenangkan pada punggungnya.

"Jangan bersedih, Taeyong. Malam ini, ikutlah denganku. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana caranya bersenang-senang." Yeji tersenyum puas, saat mendapat anggukan dari Taeyong.

🌷

To be continue





Sedikit ga percaya diri, tapi tetep memaksakan diri buat update. Maaf yaaa, klo jadinya aneh. 🤧

Terimakasih, semuanya 🤍


TAEYONGIE - JAEYONG Where stories live. Discover now