Bagian 3

5 1 0
                                    

PERINGATAN! Bagian ini masuk dalam kategori DEWASA.

Cast : Lee Haechan dan Seo Hyun Ae
Genre : AU, Romance, Grapefruit
Rate : M 20+
 
 
 
“Bermain atau mati.”
 
 
Itulah motto dari permainan game Let’s Play Ball ini. Menang mendapat kesenangan dan kalah mendapat kematian.
 
 
-“””-
 
Hyeon Ae duduk manis sambil memainkan ujung kakinya di tanah. Tidak lama seseorang memeluknya dari belakang, mengecup pungguk lehernya.
 
“Kenapa lama sekali? Aku hampir saja membatalkan_”
 
Haechan mencium kilat bibir kekasihnya. Memotong kalimat yang akan di ucapkannya.
“Masih marah, hmm? Maafkan oppa, ya.” Ucapnya dengan agyeo andalannya.
 
Rasa kesal Hyeon Ae selalu saja meluluh karena tingkah menggemaskan pemuda manis itu, apalagi kalau sudah agyeo. Ingin rasanya mencubit keras pipi gemoynya.
 
“Lalu, kita mau jalan-jalan kemana?”
 
“Hmmm … kemanapun tuan putri ingin pergi, pangeran pudu akan menemani.” Ucapnya sambil tersenyum manis.
 
“Aku ingin ke pameran naik wahana permainan dan lain-lain.”
 
“Pa–pameran?!” perasaan Haechan seolah tidak ingin menemani kekasihnya untuk pergi ke sana. Dia terdiam tanpa memberi persejuan.
 
“Channie! Kenapa diam?”
 
Haechan terkesiap. “Uh, bagaimana kalau kita pergi ke taman bunga atau pantai saja?”
 
“Kenapa? Aku hanya ingin tahu seperti apa pamerannya. Kau bilang akan menemaniku kemanapun aku mau pergi, kan?”
 
“I–iya, ta–tapi …”
 
“Ck! Sudahlah, kita pulang saja! Rasanya sudah tidak_”
 
“Baiklah, ayo kita pergi ke pameran.” Haechan mengizinkannya pergi kesana sambil mengukir senyuman khasnya.
 
 
Hyeon Ae dan Haechan mencoba berbagai wahana. Kali ini, gadis itu mengajak kekasihnya naik kora-kora. Haechan awalnya menolak karena dia pasti akan mabuk jika naik wahana itu. Tapi, Hyeon Ae memberikan janji padanya.
 
“Oppa, ayo kita naik kora-kora.”
 
Mata Haechan membulat bersamaan dengan kepalanya yang pusing padahal baru melihat wahananya saja.
“Tidak mau!”
 
“Kenapa? Hei … kau takut ya, hmm?” goda Hyeon Ae.
 
“Ti–tidak, Haechan tidak takut apapun!”
 
“Bagaimana kalau kita buat perjanjian?” tutur Hyeon Ae.
 
“Ok, perjanjian apa?”
 
“Kalau kau naik kora-kora sampai akhir. Aku akan memberi apapun yang kau inginkan.”
 
“Kalau begitu, aku ingin ….” Haechan membisikan sesuatu pada Hyeon Ae, sontak mata gadis itu membulat. “Bagaimana, kau bersedia, sayang?”
 
Hyeon Ae mengerjapkan matanya berkali-kali.
 
“Kenapa? Kau bilang akan memberikan apapun yang_”
 
“Iya, aku bersedia.”
 
“Janji, kan?”
 
“I–iya. Sudahlah, ayo kita naik!”
 
Haechan benar-benar berusaha untuk kuat. Karena dia semangat dengan perjanjian yang akan diberikan oleh kekasihnya itu. Dia berhasil melewatinya sampai akhir dan turun dari wahana tersebut.
 
“Lihat, aku baik-baik saja, kan? Berarti, kau har_” ucapan Haechan terhenti saat ponselnya berbunyi. Ada notif pesan yang masuk.
 
Hyeon Ae penasaran dengan pesan yang Haechan terima.
 
“Kenapa?”
 
“Hyeon Ae-aa, Aku harus segera pergi. Ada tugas mendadak yang harus aku kerjakan. Kau hati-hati ya, hubungi Aku kalau sudah sampai di rumah. Maaf.” Ucap Haechan lalu mengecup kilat kening kekasihnya dan pergi dengan terburu-buru.
 
“Ish! Menyebalkan sekali. Baru saja punya waktu dan bersenang-senang, harus pergi lagi. Aku penasaran, apa yang Haechan kerjakan sebenarnya?” tutur Hyeon Ae yang merasa kesal. Akhirnya, dia memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.
 
 
Haechan hilang keseimbangan beruntung ada Mark yang sigap membantunya agar tidak tersungkur.
 
“Kau kenapa?”
 
“Kepalaku pusing, mual … untung saja, aku bisa menahannya tadi.”
 
“Kau sakit? Bukankah sebelum pergi tadi, kau baik-baik saja.”
 
Ternyata, Haechan mabuk saat naik wahana tadi. Tapi, dia menahannya agar Hyeon Ae tidak menganggapnya penakut. Padahal, dia tidak takut, hanya saja mabuk dan itu akan lebih memalukan jika sampai mengeluarkan isi perutnya.
 
 
Hyeon Ae berjalan mendekati wahana yang bertuliskan ‘Let’s Play Ball’
 
"Selamat datang di game Let's Play Ball." terdengar suara bak robot dari layar tersebut sambil mengubah tampilannya menjadi gambar lapangan.
 
"Apakah anda ingin mencobanya?"
 
Hyeon Ae terkejut mendengarnya. Layar LED tersebut seolah sedang melihat dan bicara dengannya.
 
“Iya.”
 
“Silahkan baca peraturan dan intruksi dari permainan ini. Tekan tombol yes, jika anda menyetujuinya dan pilihlah partner sesuai keinginan anda.” Ucap suara robot itu lagi.
 
Satu per satu Hyeon Ae membaca peraturan dan menekan tombol yes. Saat memilih partner permainan, gadis itu diam sejenak mengamati salah satu initial yang tidak asing lagi. Seketika muncul, rasa penasaran dengan apa yang di kerjakan kekasihnya itu. Tanpa ragu, dia menekan nomornya.
 
“Terima kasih, silahkan masuk dan nikmati permainannya.” Ucap suara robot bersamaan dengan pintu wahana yang terbuka.
 
Hyeon masuk kedalam lalu di sambut oleh seseorang berpakaian hitam bertopeng.
 
“Selamat da ---” pemuda bertopeng itu terkejut melihat gadis di depannya. Perasaannya berkecamuk dan ingin sekali menyuruh gadis itu pergi, tapi tidak bisa karena sudah masuk.
 
“Permainan macam apa yang akan aku mainkan di sini? Di sana tertulis Let’s Play Ball. Tapi_”
 
“Ah iya, Selamat datang di arena Let’s Play Ball. Namaku …”
 
“Aku tidak perlu tahu namamu. Aku ingin langsung bermain bola saja.”
 
Seketika itu ruangan berubah menjadi arena baseball. Seperti biasa ada beberapa orang yang ikut berjaga dalam permainan.
 
“Kau sudah tahu peraturannya, kan?” tanya Haechan.
 
“Iya, aku mendapat tiga kali kesempatan untuk memukul bola. Kalau semuanya gagal, aku akan mendapat hukuman. Begitu, kan?” ucap Hyeon Ae tanpa menatap pria tersebut.
 
Haechan hanya mengangguk. Dia tersenyum di balik topengnya. Lalu bersiap untuk melempar bola.
 
Hyeon Ae sudah siap dengan pemukul baseballnya.
 
One
Two
Three
 
DUK!
 
Triing!
“Berhasil!” ucap suara robot.
 
Sekali pukul dan berlari memutar bisa Hyeon Ae lakukan.
 
“Selamat! Anda berhasil memainkan permainan Let’s Play Ball dengan sangat baik. Anda menang!” suara robot itu terdengar selalu mengiringi dari mulai masuk sampai akhir permainan.
 
“Yes! Aku menang, yuhuuu!” seru Hyeon Ae dengan wajah yang begitu cerita.
 
Terdengar suara musik sebagai tanda kemenangan.
 
Haechan tersenyum di balik topengnya.
 
“Ayo ikut denganku untuk hadiahnya.” Ajak Haechan.
 
Hyeon Ae mengikutinya sampai ke sebuah ruangan khusus. Pintunya langsung tertutup. Gadis itu terkejut saat melihat tempat tidur berukuran king size dengan seprei warna putih ada taburan kelopak bunga mawar merah di atasnya. Lilin aromapun tercium begitu harum, cahaya lampu yang sedikit redup membuat suasananya begitu romantis dan cocok untuk sepasang pengantin baru atau sepasang kekasih untuk bercinta.
 
“Ke–kenapa kau membawaku ke sini?”
 
“Kau memenangkan permainannya, kan? Artinya, kau akan mendapat kesenangan.”
 
“Lalu? Mana hadiahnya?”
 
“Untuk mengambil hadiahnya. Kau akan diberi kenikmatan sambil bersenang-senang.”
 
Otak Hyeon Ae langsung menangkap ucapan tersebut. Dia menggeleng sambil melangkah mundur ke sisi pintu.
 
“Tidak! Aku tidak mau. Aku sudah punya kekasih dan lagi, aku tidak akan memberikan diriku untuk pria manapun kec_”
 
Pria itu membuka topengnya. Hyeon Ae amat sangat terkejut melihatnya.
 
“Hae–haechan?!”
 
Tubuh Hyeon Ae tersungkur tepat di ranjang saat tangan Haechan mendorongnya paksa. Gadis itu terlihat menatap tajam sosok pria didepan nya yang justru hanya bisa menunjukkan senyuman yang menjadi ciri khas nya. Dan tentu saja selalu membuat gadis itu tidak akan bisa berkutik.
 
Ia masih ingat janji yang beberapa jam lalu di ucapkannya dan Haechan mengajukan permintaan. Dan bodohnya dia menerima itu semua.
 
"Kenapa?"
 
"Haechan-ah, apa sebaiknya kita tidak melakukan..."
 
"Oh ayolah Hyeonie, bukankah kau sudah berjanji padaku, kalau kau akan menuruti apapun jika aku inginkan, kan? Dan sekarang, apa kau ingin megingkarinya begitu saja hah?"
 
Hyeon Ae bungkam. Benar dia sudah menyetujui hal itu, tapi entah kenapa dia masih belum siap menerima jika ia harus mendapat semua itu dari Haechan, ya walaupun pria itu adalah kekasihnya sendiri.
 
"Ya aku mengingatnya, tapi kita tidak harus melakukannya se_"
 
Bungkaman dari bibir Haechan mengatup kuat di permukaan sisi bibir ranum milik Hyeon Ae. Gadis itu refleks tak merespon. Masih dengan posisi matanya yang terbuka lebar setelah merasakan apa yang dilakukan Haechan padanya.
 
Beberapa saat pria itu sudah menjauh dari bibir gadis itu. Tunggu dengan jarak sedekat ini, dia tentu saja bisa merasakan hembusan napas Haechan yang mengalun di wajah nya. Sembari dengan helaian jemari nya yang meraba seluruh permukaan gadis itu.
 
"Apa kau tau yang kurasakan sekarang?" Bak orang bodoh, seorang Hyeon Ae menggeleng.
 
"Aku beruntung bisa memilikimu Hyeon Ae-ya." Seperti sebuah dentuman keras di jantungnya yang bergejolak merasakan sensasi berbunga-bunga. Apa ini? Oh sial seperti nya dia sudah termakan rayuan seorang Lee Haechan.
 
"Jadi aku mohon, izinkan aku untuk …."
 
Dalam sekejap saja Hyeon Ae lantas membenamkan bibirnya untuk membungkam bibir pria itu dengan ciuman nya. Namun kali ini terjadi pergerakan disana. Sebuah hempasan kenikmatan yang mereka berikan.
 
Decapan kuat itu terdengar mengalun bak sebuah melodi yang ikut memberikan sensasi yang sangat tidak terelakkan.
 
"Eunggh.." lenguhan demi lenguhan dari kedua nya bisa terdengar. Termasuk saat ciuman Haechan sekarang sudah turun menyusuri lekuk leher gadis itu yang refleks langsung menengadahkan kepalanya seolah memberi ruang untuk Haechan agar lebih leluasa bermain disana.
 
Remasan kedua tangan Hyeon Ae di kepala Haechan semakin membuat gejolak kenikmatan seorang Lee Haechan semakin menggila. Dengan penuh penekanan, pria itu semakin leluasa memainkan bibir tipis nya beserta lidah nya untuk m lumuri leher jenjang gadis itu dengan Saliva yang terasa dingin merangsang permukaan kulit.
 
"Akkhh..Haechan-ah.." bisa dipastikan lenguhan kenikmatan kembali di rasakan Hyeon Ae saat pijatan kuat bersarang di kedua benda kenyal yang memang sudah menjadi alat untuk semakin memperluas rangsangan kedua nya.
 
Dapat Hyeon Ae rasakan, tangan nakal Haechan satu persatu membuka kancing kemeja yang di pakai gadis itu. Melebarkan pakaian nya sampai terlihat benda kenyal itu tertutup bra hitam yang justru membuat Haechan semakin menggila.
 
Haechan menarik tangan gadis itu, mrndudukkan nya tepat dipangkuan nya. Membuka perlahan pakaian yang di kenakan Hyeon Ae hingga membuat gadis itu sudah terbuka didepan matanya.
 
Tak menunggu waktu, Haechan kembali melesakkan bibir nya untuk bermain didada gadis itu sehingga lahmgi-lagi membuat kekasihnya menggelinjang nikmat.
 
Permainan yang membuat benda tumpul yang masih terbungkus celana sudah terasa membesar ingin merasakan sensasi nikmat yang mungkin sebentar lagi akan ia mainkan.
 
Dengan bibir nya yang masih bergelayut manja mencumbui dada Hyeon Ae, tangan Haechan leluasa memberi celah untuk membuka resleting celana nya agar segera mengeluarkan benda yang ia punya.
 
Begitu juga dengan Hyeon Ae yang sudah mengetahui apa yang diinginkan Haechan saat ini, sampai tangan nya juga sudah leluasa membuka sendiri rok mini yang ia kenakan.
 
"Akhh.." bisa ia rasakan geli menggerayangi lubang kenikmatan nya seolah bermain yang membuatnya semakin tidak kuat untuk segera melakukan hal itu.
 
Haechan merasakan pergerakan benda tumpulnya yang meraba permukaan lubang kenikmatan gadis itu sudah semakin merapat. Sampai beberapa saat...
 
"Akkhh.. eunggh..sakit.."
 
Teriakan terdengar keluar dari mulut Hyeon Ae saat pergerakan tubuh Haechan sudah bermain disana. Menggerakkan benda itu untuk masuk semakin dalam.
 
Pergerakan yang semula terasa lembut berangsur semakin cepat seiring dengan kenikmatan yang masih belum memasuki kedua nya. Pergerakan dada Hyeon Ae tak luput dari bibir Haechan untuk mendapat pergulatan dari bibir tipis nya.
 
Setelah berkali-kali klimaks dan puas. Hyeon Ae hanya bisa terkulai lelah dengan napas yang masih diaturnya. Tubunya peluh penuh ketingat.
 
Haechan menutupi tubuh gadis itu dengan selimut.
 
“Finish! God job, Haechan-Ssi. Selamat, kau mendapatkan poin 100.” Suara robot itu terdengar.
 
Haechan tersenyum di balik topengnya.  
 
Hyeon Ae terkejut mendengar suara itu. Dia bingung dengan apa yang dikatakan robot tadi.
 
“Permainan sudah selesai, kau bisa ambil hadiahnya saat akan keluar, nanti.” Ucap Haechan lalu memakai kembali pakaiannya dan topengnya.
 
“Jadi ini pekerjaanmu, Chan? Kau meniduri seorang wanita lalu meninggalkannya begitu saja, iya?”
 
Langkah Haechan terhenti saat tangannya hendak meraih knop pintu.
 
“Akan aku jelaskan nanti.” Ucapnya terdengar begitu dingin lalu keluar.
 
Hyeon Ae menangis saat itu juga. Hatinya hancur bahkan masa depannya juga. Tapi, dia tidak bisa menyalahkan Haechan seutuhnya, karena itu adalah janji yang dia buat sendiri. Rasa penyesalanpun tidak bisa menuntutnya.
 
Haechan berjalan menuju ruangan tempatnya berkumpul dengan teman-temannya.
 
“Daebak! Lee Haechan! Selamat atas hilangnya keperjakaanmu. Bagaimana rasanya?” tanya Yangyang.
 
“Kau beruntung sekali. Bisa bersenang-senang dengan gadis cantik itu. Oia, siapa namanya?” tanya Jungwoo.
 
“Aku tidak tahu. Yang terpenting bagiku adalah mendapatkan poin sempurna.” Ucap Haechan berbohong.
 
“Kau dapat 100 poin?! Waaah … itu artinya, kau begitu menikmati permainannya.” Seru Jeno.
 
Haechan beranjak pergi bergabung dengan Doyoung dan Xiaojun sebagai pemantau. Dia memikirkan kekasihnya yang telah salah paham dengan perkerjaannya itu.
 
Hyeon Ae, menerima hadiahnya dan berhasil keluar dari wahana itu. Tapi, tidak ada rasa senang sedikitpun.
 
Tiba-tiba ponselnya berdering notif pesan masuk.
 
 
📩 From : My Fullsun
 
[“Hyeon Ae, aku minta maaf. Aku akan menjelaskan semuanya tentang pekerjaanku, nanti, saat kita bertemu lagi.”]
 
 
 
 
-To Be Continued-
 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Let's Play Ball (Game)Where stories live. Discover now