1

10.9K 767 14
                                    







Jika bukan di rumah, maka hari Renjun berakhir pada sebuah cafe tempat dimana ia dan teman-temannya selalu berkumpul. Seperti sore ini sepulang darinya bekerja, Renjun sudah terduduk di salah satu kursi yang berada di area terbuka cafe.

Kakinya ia selonjorkan, kepalanya mendongak menikmati indahnya sinar jingga yang tersaji di langit, telinganya menikmati alunan musik dari cafe yang ia kunjungi. Entahlah, Renjun masih menyukai hal seperti ini. Menenangkan.

"Masih saja ada yang menyia-nyiakan seorang Huang Renjun"

Renjun membenarkan posisi duduknya seraya sedikit tertawa dengan sindiran yang baru saja dilontarkan oleh sahabatnya. Percayalah jika ucapan seperti ini selalu Renjun dapatkan saat ia bersama teman-temannya, ada maupun tidak ada sang suami disana.

"Kemana lagi Jaehyun pergi? Bersama kekasihnya?" tanya pemuda bertubuh sedikit berisi disana.

"Kemana lagi memang? Hidupnya kan berpusat disana"

Tidak peduli sebenarnya dimana Jaehyun berada dan sedang bersama siapa. Di perjanjian yang mereka tulis sebelum menikah adalah terdapat poin untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain. Jika Jaehyun sedang tidak pulang seperti saat ini, hal ini meringankan Renjun karena tidak perlu berpikir dan hendak diberi makan apa pria itu ketika di rumah.

"Kau kurang menggoda apa? Ck, ck" Haechan menggeleng.

Tanpa ragu Renjun mendaratkan pukulan pada kepala sahabatnya yang berbicara sembarangan. "Aku tidak pernah menggodanya"

"Kau memang tidak menggodanya, tapi siapa yang tidak tergoda denganmu? Sebenarnya kau ini kurang apa? Cantik, iya. Kaya, iya. Tubuh ideal, iya. Hanya suamimu saja yang bodoh menyia-nyiakan istrinya ini"

"Kau kira kita menikah atas dasar cinta?" tanya Renjun dengan sebelah alis yang terangkat.

"Huh" desah Haechan. "Jadi orang kaya ternyata rumit"

"Tapi jika tidak kaya, hidupmu akan jauh lebih rumit"

"Sialan, tapi benar juga"

Renjun dan logikanya menjadi boomerang tersendiri bagi orang yang hendak mematahkan asumsi yang telah ia ambil. Meskipun yang keluar dari mulut rubah mungil itu terkadang terdengar pedas, namun apa yang dilontarkan memang benar adanya jika kembali dipikirkan. Dengan kata lain, logika orang ber-uang sangat mengerikan.

Hanya terjadi sekali logikanya dipatahkan oleh seseorang, tidak lain dan tidak bukan karena perihal cinta dan pernikahan. Mau Renjun menjelaskan sampai mulutnya berbusa pada kedua orang tuanya tentang pendiriannya, ia masih kalah telak dan terus dihantui dengan kalimat "Kapan kau menikah? Usiamu telah matang" kalimat yang memuakkan bagi Renjun.

Kalimat itu pula yang kini membuatnya terperangkap dengan seorang teman satu tongkrongannya bernama Jaehyun dalam ikatan pernikahan. Sudah dikatakan bukan jika nasib keduanya tidak jauh berbeda soal tekanan untuk segera berumah tangga? Dua insan yang telah frustasi harus memulai dari mana mencari sosok pendamping hidup akhirnya memutuskan menjalin kerjasama yang menguntungkan sekaligus merugikan Renjun.

Keuntungannya adalah dimana mereka tidak lagi mendapatkan tekanan untuk segera berumah tangga karena usia yang telah matang. Ruginya karena Renjun harus mengurus segala keperluan pria itu di rumah seperti memasakkan, mengurus rumah, terkecuali urusan ranjang. Karena hal itu Renjun menjadi sedikit lebih lama berada di rumah yang biasanya hal itu bisa ia gunakan untuk bekerja ataupun bermain dengan teman satu tongkrongannya.

MARRIAGE | JAERENWhere stories live. Discover now