"Aku penasaran," gumam paman Rishan.

"Apakah benang merah itu berbohong untuk kali ini," lanjutnya sambil meneguk sisa lemon squash.

Beberapa waktu berlalu dan selama itu paman Rishan memperhatikan Wu Xie. Di dekatnya, Liu Sang masih ingin bergosip tetapi sesekali terganggu oleh pesanan tamu.

"Mau minum denganku?" Seorang gadis cantik bertubuh tinggi langsing tiba-tiba muncul mendekati Wu Xie.

"A--apa??" Wu Xie terperangah, bukannya terkejut atau kaget dengan permintaannya yang tiba-tiba, ia merasa lebih khawatir. Dia sudah menghabiskan tiga gelas dan tidak segera sadar bahwa gadis asing itu ingin menyentuh tangannya dan sangat ingin merasakan panas sentuhannya juga di tubuhnya.

"Ah tampan, apakah kau baik-baik saja?" Gadis yang melihatnya panik terlihat pura-pura terkejut.

"Apa, ada apa?" Entah bagaimana, Wu Xie tidak bisa menahan perasaan cemasnya. Dia menatap padanya dengan serius sebelum meminta maaf kepadanya karena telah memberikan sedikit tekanan kebencian pada suaranya. Mungkin dia membenci kenyataan bahwa dia sedang merindukan kekasihnya sambil mabuk sendirian.

"Boleh aku menemanimu? Kau terlihat sangat kesepian. Mabuk sendirian sama sekali tidak asyik." Gadis itu tidak menunggu persetujuan Wu Xie untuk duduk merapat di sampingnya.

Meskipun untuk mengatakan bahwa dia tidak nyaman dengan kehadiran gadis cantik tidak sepenuhnya benar. Wu Xie tidak bisa membiarkan kewaspadaannya turun. Dia tidak akan pernah merasa nyaman di hadapan orang asing, walaupun itu gadis cantik dan lemah lembut, tidak terlalu terkesan. Tidak seperti kehadiran Zhang Qiling yang membuat suasana di sekitarnya lebih dari indah.

Itu lebih karena dia sudah terbiasa bersama Zhang Qiling dan tidak ingin berada di dekat orang lain. Merasa tidak nyaman saja membuat Wu Xie bertanya-tanya apa perbedaan perasaan di antara mencintai seorang gadis dan sesama pria?

"Jangan terlalu banyak berpikir," gadis itu mendekatinya lagi tanpa meninggalkan ruang di antara mereka, berharap tubuh mereka akan bergesekan satu sama lain sehingga dia mungkin bisa memprovokasi Wu Xie, tetapi Wu Xie dengan cepat bergeser ke samping untuk menghindari terlalu dekat dengannya, dia merasa sangat tidak nyaman.

"Kau bisa minum di sini, tapi jangan merapat padaku," ia memperingatkan dengan suara sumbang.

"Aiishh, membosankan. Sejak kapan pria peminum mulai berpura-pura suci," gadis itu mendesah, kemudian mengisi gelasnya dengan anggur.

Di meja bar, paman Rishan melihat pertunjukan itu dan menyeringai.

"Liu Sang, kau kenal gadis itu?" Ia menoleh pada Liu Sang yang mendekat ke arahnya.

"Tidak," pemuda itu mencibir. Sekilas pandang saja ia bisa menilai gadis itu tertarik dan menyukai Wu Xie. Pemuda kurus, nakal dan urakan itu, apa yang dia miliki hingga orang begitu mudah terpikat padanya. Termasuk manager Zhang dengan pesonanya yang dingin itu.

"Dia terlihat sangat berupaya mendekati Wu Xie," komentar paman Rishan.

"Biarkan dia mencari hiburan atas patah hatinya ditinggalkan Xiao ge," timpal Liu Sang dengki.

Di kursinya, Wu Xie bergerak-gerak gelisah. Cukup yakin bahwa gadis ini sengaja mendekatinya. Khawatir memikirkan niat dari sikap beraninya. Mungkin saja gadis itu akan mengoceh dan menciumnya. Tiba-tiba Wu Xie sangat gugup membayangkan duduk dan berbicara dengannya.

"Dia tidak menyukai gadis cantik itu," paman Rishan berkata lagi, kali ini menyipitkan mata.

"Pura-pura suci dan setia," Liu Sang ikut-ikutan menyipitkan mata.
"Dia bahkan tidak tahu malu untuk terus mendatangi Xiao ge setelah pertunangan tololnya."

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu