1st : What's Happen?!

1.3K 155 27
                                    

Seseorang yang terbaring di atas ranjang berukiran indah dengan selimut selembut sutra yang membalut tubuhnya itu menyernyit saat telinganya samar samar mendengar suara beberapa orang yang makin lama makin jelas.

"Yang Mulia, alis pangeran mahkota bergerak samar. Sepertinya ini tanda jika keajaiban itu akan segera tiba!"

"Benar, Yang Mulia. Saya juga turut melihat jari telunjuk tangan pangeran bergerak meski sangat pelan!!"

Suara raungan tangis seketika pecah kembali setelah ucapan kedua tadi terlontar. Tangisan wanita berparas cantik bak dewi yang tengah berada di dekapan pria yang sejak tadi masih betah menatap lurus kearah orang yang terbaring nyaman itu membuat dua pemuda yang juga ada disana kembali menunduk.

Begitu juga dengan seorang wanita lain yang tampak menahan air mata miliknya ikut tumpah.

"Putraku hiks. Segeralah buka kedua matamu, sayang. Hiks putraku hiks, masa depan Declan'os ada dipundak mu nak, segeralah bangun untuk negeri ini. Hiks, bangunlah untuk ibu dan untuk semua orang hiks hiks--

Wanita yang mengenakan mahkota berlapis emas dan berlian di kepala nya itu terus meneteskan air matanya meski sang suami yang mendekapnya terus berusaha menenangkannya.

-- bangunlah David hiks. Jangan terus menakuti ibu dengan memejamkan mata. Hiks, ibu ingin mendengar suaramu lagi. Ibu- hiks ingin kau berteriak lantang jika ada orang yang mengusikmu. Ibu tidak akan marah jika kau bersikap arogan. Kau bisa melakukan semua yang kau anggap benar, David. Ibu mohon bangunlah sayang hiks"

Suara tangis yang makin keras itu kontan membuat seorang pemuda bernama David yang tadinya masih betah memejamkan mata, kini perlahan menampilkan kedua iris berwarna biru miliknya.

Netra sejernih dan sedalam lautan itu menatap nyalang pada langit-langit berlukiskan ukiran klasik khas kerajaan, juga pada lampu kristal yang menggantung indah namun hanya nampak samar di kedua iris yang masih terlihat sayu itu.

Beberapa detik hanya ada keheningan di ruangan luas yang dipenuhi oleh perabotan mewah itu. Semua orang yang ada disana hanya terpaku pada seseorang yang kini sudah membuka kedua matanya.

Semua orang dengan kompak membelalakkan matanya saat David mendudukkan dirinya perlahan, meski sorot mata mereka berubah menjadi sorot penuh pensyukuran beberapa detik kemudian. 

David menatap kosong pada tujuh orang yang berdiri di sekelilingnya selama beberapa detik sebelum erangan tertahan lolos dari bilah bibir tipisnya kala rasa panas samar terasa menusuk dadanya.

"A-a-air" lirihnya susah payah saat ia merasa tenggorokannya amat kering dan perih.

Suara lirih dan serak itu membuat salah seorang tabib yang sejak tadi berdiri diam di dekat ranjang seketika bergerak cepat, mengambilkan segelas air yang kemudian diulurkan nya dengan tangan gemetar.

"S-si-silahkan m-minum dahu-lu, Yang M-Mulia P-Pangeran"

David hanya menatap gelas di tangan pria tua itu dalam diam sebelum tangan kanannya terangkat, hendak meraih gelas namun urung saat ia merasa tak memiliki tenaga sedikit pun.

Mengerti dengan yang terjadi, tabib itu dengan tangan makin bergetar perlahan mendekatkan mulut gelas pada bibir David. Membantu pemuda itu minum setelah sempat menunduk dalam.

"Ha-h, te-terimakasih" ujar David lirih dengan suara serak yang mampu membuat semua orang membulatkan mata, tak menyangka kata itu akan keluar darinya.

Tabib tadi bahkan langsung mundur dengan tubuh tremor. Agaknya amat terkejut dengan respon yang diterima olehnya beberapa detik lalu.

EPOCH | HwankyuWhere stories live. Discover now