Dua: Terbelit

6 0 0
                                    

Ravier turun dari kuda hitamnya yang gagah. Tangan kirinya telah menggenggam gagang pedang dengan erat. Menurut informasi guild, reruntuhan kosong ini menjadi tempat tinggal bagi seorang Necromancer menengah.

Hanya disebutkan detail kekuatan menurut arsip pengamat, tidak ada latar belakang atau kondisi terkini yang mana cukup merepotkan karena Ravier tidak dapat menyerang dengan buta orang yang tidak ia pahami.

"Merepotkan... Mengapa aku mengambil pekerjaan ini lagi...? Oh- aku membutuhkan kristal esensi. Sial." Gumamnya kesal pada dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sambil bergegas menuju reruntuhan yang di kelilingi esensi gelap.

Saat Ravier menginjak jarak tertentu, sihir disekitarnya bergejolak dan dengan kasar mengusirnya. Ia mengeluarkan sebuah lentera dan membiarkannya terbang rendah. Tanpa kata ia membuka salah satu kompartemennya. Sihir yang kuat melonjak keluar dan melapisi tubuh Ravier, mempertahankannya dari gejolak sihir asing yang mencoba mendorongnya.

Tidak ada apapun selain esensi gelap yang menyerangnya, tidak ada mayat hidup yang bangkit atau alarm sihir yang mematikan. Ketika Ravier menapakan kakinya pada lantai reruntuhan, udara dalam paru-parunya serasa ditarik ke luar. Pergantian suasana yang begitu tiba-tiba membuat jantungnya berdetak cepat. Gagang pedang tua yang dilapisi kain dan sol karet banjir keringat.

"Pergi. Ini bukan tempat bermain."

Suara yang bergema menyapa telinga Ravier. Ekspresinya menjadi masam, ia mengumpulkan tekadnya. "Aku datang kesini untuk membunuhmu." Serunya. Aneh di mulutnya, rasanya konyol sekali.

Tidak ada jawaban untuk sementara. Namun sebuah gelombang energi menyapunya, memaksanya mundur keluar. Langit gelap dinodai cahaya merah. Sebentar lagi terang, saat yang bagus bagi Ravier untuk membunuhnya.

Pedang tua di tarik dari sarungnya, bilah tajam mengkilap dan memantulkan cahaya fajar. Dari dalam reruntuhan, Ravier dapat melihat pria dengan surai pirang panjang berjalan santai kearahnya. Tubuhnya tinggi dengan jubah hitam. Tatapannya yang dingin memantulkan cahaya. Emas yang berkilau terbingkai dalam mata kucing yang indah.

Ravier mengambil langkah maju, namun sosok itu mengangkat tangannya, memberinya gestur untuk berhenti. "Bukan saatnya. Lebih baik kau pergi." Sosok itu mengusir dengan nada kasihan.

Menahan nafas kesal, Ravier segera maju dan menyerang sosok Necromancer itu. Tubuh ramping yang dibalut jubah hitam besar segera bergoyang dan menghindari pedang berat yang menebasnya. Tidak ada perlawanan, Ravier menjadi cemas. Ia memberi satu dua pukulan lagi dengan sihirnya, namun semuanya meleset tanpa adanya serangan balik.

Ravier mengerutkan kening. Rasa sakit yang ia nantikan tak kunjung datang. Sensasi menegangkan yang menggelitik perutnya membuatnya berkeringat dingin. Ia selalu merasa gerakan berikutnya adalah serakan fatal, namun serangan itu tidak pernah datang. Bahkan energi sihir di sekitarnya menurun perlahan.

"Belum terlambat jika kau pergi sekarang." Kuning keemasan menatapnya dengan tajam, pandangannya menyusuri seluruh tubuh Ravier dengan penuh selidik.

Ravier meneguhkan hatinya. Ia tidak akan pergi apapun yang terjadi. Bukan hanya karena ia membutuhkan kristal esensi untuk memperbaiki sihirnya, ini juga peluangnya untuk mengatasi ketakutannya. Ia tidak akan melepaskan kesempatan ini begitu saja.

"Kau mencari kematianmu." Tanpa aba-aba Necromancer itu menghilang. Ravier membuka tiga kompartemen pada Magic Bank miliknya, sihir keluar dengan liar. Lepas dan bebas terbawa angin dan memenuhi udara. Ravier dapat merasakan segalanya. Ia dikepung!

Namun yang mengepungnya bukanlah mayat hidup kaku, namun ribuan hibrida dengan nafas darah yang ganas. Hibrida adalah sebuah makhluk yang terlahir dari perkawinan silang ras iblis dan binatang buas. Ciri khusus mereka mudah dikenali, yakni menghembuskan nafas berbau darah.

"Apa-apan ini..?" Tidak mungkin ribuan hibrida berkumpul menjadi satu dan mengepungnya dalam satu waktu. Kecuali jika mereka dipancing keluar. Sebagian besar makhluk hibrida berpegang teguh pada sistem teritorial.

Mereka tidak akan keluar dari teritori mereka kecuali berburu, terganggu dan mengejar sesuatu. Alasan terakhir nampak tidak mungkin. Ah! Mau dipikir bagaimanapun rasanya tidak logis!

Bisa saja Necromancer itu telah mempersiapkan semua ini.

Ravier menggelengkan kepalanya. Mati di sini adalah hal yang mengerikan, di cabik sampai tak tersisa bukanlah akhir yang diinginkannya. Setidaknya beri dia kematian yang sedikit heroik atau tenang!

Menarik nafas dalam-dalam, ia hendak memanggil Féroce, kuda hitamnya yang gagah. Ia berencana untuk memacu Féroce sampai jembatan kayu yang menghubungkan dua tebing.

Namun sekali lagi tekanan kuat menyapunya dari belakang. Ia segera menoleh dan melihat Féroce yang ditunggangi oleh sosok Necromancer itu.

Kuda hitam itu melaju di lahan kosong, bersamaan dengan tanah yang bergetar diikuti sebuah wave horde yang terlihat di ujung mata. Féroce jelas melaju kearahnya, ia dapat melihat Necromancer itu mengulurkan tangan kearahnya.

"Naik!"

Ravier menggapai tangan yang di tutupi kain wool dengan insting. Duduk dengan berantakan dibelakang sosok Necromancer, jubah hitam besarnya bergerak sejalan dengan angin yang menerpanya. Medan jalan tidak begitu baik dan di belakang mereka terdapat gelombang hibrida buas yang mengejar.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!" Ravier tidak memahami apapun. Dalam goncangan perjalanan kuda suaranya naik turun, membuatnya terdengar konyol. Namun dua obsidian gemilang menampilkan sorot pandangnya yang marah.

"Bukankah aku memintamu pergi? Inilah yang akan terjadi. Apakah kau bahkan tau mengapa kita dikejar sekumpulan hibrida marah?"

Ravier tidak menjawab. Jelas tidak mengetahui alasannya. Ia hanya disini untuk uang dan sumber daya, ia tidak dan tidak mau terlibat dalam segala macam konflik jangka panjang. Ia mendengar beberapa rumor tentang kerajaan manusia dan iblis yang tengah bersitegang, namun itu bukan urusannya. Kini ia merasa sial.

"Mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkanku. Atau sekarang, kita. Mereka telah menandai aromamu, mereka tidak akan melepaskanmu, aku berdoa atas keselamatanmu, kau terlihat muda."

Sosok Necromancer itu menghela nafas.

"Ku katakan padamu, orang yang memintamu membunuhku berada di balik semua ini tentu saja. Namun sepertinya kau cukup sial karena dia menginginkan kematianmu juga."

Tepat setelah sang Necromancer mengatakan hal itu jembatan kayu reot terlihat di hadapan mereka. Jembatan itu tidak layak digunakan dan bahkan rumpang. Pria dihadapannya ini... Bisakah mereka memikirkan hal yang sama atau Necromancer ini hanya bergerak tanpa arah?

Tidak memikirkannya, Ravier berseru. "Jalan terus."

Necromancer itu sedikit terlonjak. "Kau serius? Kita akan mati!" Ah ternyata begini. Ravier menahan geli dan kembali berseru.

"Jalan terus Féroce!"

Kuda hitam mengikik pelan. Kecepatan bertambah, tanpa sadar Ravier mengeratkan tanggannya di pinggang sang Necromancer.

Ketika tapal besi kuda menghantam jembatan reot, kedua pria dapat merasakan bobot yang jatuh. Menahan nafas dan lonjakan adrenalin yang merayapi perut mereka. Kuda hitam perkasa terpacu dengan bunyi kayu yang patah.

Bagaikan terbang, kuda hitam melompat di saat terakhir untuk mencapai ujung tebing. Bersamaan dengan hancurnya balok kayu terakhir dan gelombang hibrida yang terjatuh kedalam jurang. Menyisahkan beberapa hibrida yang mundur dalam kemarahan.

Necromancer menyeringai dan bersiul. Ia menepuk leher kuda hitam dan mengusapnya perlahan. "Gadis manis ini luar biasa." Féroce terlihat senang dan meminta pujian lain. Sang Necromancer turun dari kuda dan kembali mengusapnya.

"Ah, terimakasih atas tumpangannya. Aku harap kau memikirkan perkataanku tadi. Melihatmu kabur bersamaku, mereka akan melapor." Necromancer itu mengingatkan.

Ravier mendengus. Memang ini adalah pekerjaan yang buruk, ia tidak akan menyalahkan siapapun. Sebagai gantinya ia kembali meneguhkan hati dan memberikan namanya.

"Ravier."

Necromancer itu terdiam sejenak. "Gen." Senyuman diwajahnya melebar, gigi putih yang runcing menghiasinya. "Sampai kita bertemu lagi, Ravi."

---
Tertanda
GodMonster999

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(raw) Lethal Bloom [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang