01.

593 38 1
                                    

BROKEN

****

HAPPY READING♡



"APA? DIJODOHKAN" Draco berteriak keras sambil melempar berkas yang ada di tangannya.

"Ini saatnya kau berumah tangga! Mau sampe kapan kau akan seperti ini?! Sendirian dan terus fokus kerja. Ingat, Draco! Kau ini sudah berusia 28 tahun. Sudah sepantasnya kau menikah dan mempunyai anak!" Tegas Lucius, Papa Draco.

"Iya aku mau menikah! Tapi gak sama dia! Bahkan aku aja gak tau dia kayak gimana. What the hell, ini gak akan jadi rumah, tapi neraka!!" Draco berteriak frustasi. Wajahnya memerah menahan segala emosi.

"Hermione orang baik! Kau mengenalnya dengan baik juga kan?! Dia seorang dokter terkenal dan sukses di negara ini. Dia juga cantik dan ramah. Kurang apa lagi? Kau masih mengharapkan wanita mu itu yang sudah meninggalkanmu selama 4 tahun?!"

Perkataan Lucius berhasil membuat Draco naik pitam. Draco kini berdiri dan menatap Lucius dengan tatapan tajam dan ingin membunuh.

"Jangan pernah berbicara seperti itu." Bisik Draco dengan nada suaranya yang rendah namun menusuk.

"Lalu bagaimana Draco? Helena dan Mama mu adalah sahabat dekat! Dan kau juga mengenal bagaimana Hermione. Pokoknya tidak ada perlawanan lagi. Kau akan menikah dengannya minggu depan!"

Persetan apa yang dikatakan oleh orang tua itu. Minggu depan katanya? What the hell. It's so f*cking life.

***

"Dijodohin? Ma, gak salah?" Tanya Hermione. Wanita itu sedang berada di kamarnya, baru pulang praktik di salah satu rumah sakit.

"Enggak sayang, kamu mencintai Draco kan?" Helena tersenyum dan membelai rambut sang anak. Hermione adalah anak satu satunya, jadi dia sangat disayang oleh kedua orang tuanya.

Hermione tersenyum dan mengangguk. Dia memang mencintai Draco, bahkan sejak dia pertama kali melihatnya.

"Tapi, bukannya Draco punya pacar Ma?" tanya Hermione kembali dengan ekspresi yang datar.

"Kamu sendiri kan tau, pacar Draco sudah lama meninggalkannya, sudah 4 tahun.. Ini saatnya Draco move on dan melupakannya." Helena berbicara sangat lembut.

Hermione menyeringai senang. Bagaimana tidak, dia akhirnya akan menikah dengan seseorang yang dia cinta, meskipun bukan seseorang yang mencintainya. Tapi tidak masalah, cinta akan datang karna sudah terbiasa kan?

***

Hari ini, Draco dan Hermione akan bertemu. Mereka akan segera mempersiapkan pernikahan mereka berdua, mulai dari gedung, dekorasi, makanan, souvenir, dan baju pengantin. Draco dan Hermione akan segera mempersiapkan baju pengantin, dan mereka sedang berada di butik yang sudah dipilihkan oleh Narcissa.

"Draco, kau mau pilih baju warna hitam atau biru dongker?" tanya Hermione memilih jas untuk Draco.

Lelaki itu tidak menjawab pertanyaan Hermione, bahkan meliriknya saja tidak. Dia terus memainkan ponselnya dengan wajah yang dingin dan ketus. Draco memang seperti itu.

"Draco, aku bertanya kepadamu, kau mau pilih yang mana?" Hermione duduk disamping Draco.

Draco mendengus kesal dan berdiri hendak pergi keluar dari butik.

"Draco, mau kemana? Draco? Kita belum beres!" teriak Hermione menyusul Draco keluar, namun sayang lelaki itu sudah pergi meninggalkannya sendiri di butik ini.

"Bagaimana Hermione? Pilih yang mana?"

Hermione hanya menghela nafasnya sambil terus menatap Draco yang perlahan menghilang dari pandangannya.

***

Hari pernikahan pun akhirnya tiba. Cukup mewah dan banyak yang datang. Hermione sangat cantik dengan gaun pernikahannya yang berwarna putih. Lelaki yang melihatnya sekarang, pasti akan sangat suka dan akan jatuh cinta kepadanya. Dia benar benar cantik bahkan seperti seorang bidadari.

Hermione sedang duduk didepan cermin melihat pantulan dirinya sendiri. Dia sangat puas dengan make up yang menghiasi wajahnya, benar benar sempurna.

"Hermione?"

Hermione menoleh ke arah suara. Itu Ron dan Harry. Mereka berdua adalah sahabat terdekat Hermione. Mata Hermione tidak bisa berbohong kepada mereka berdua. Tersirat kebahagiaan sekaligus ketakutan didalam matanya.

"Ron, Harry." Hermione memeluk kedua sahabatnya itu dengan erat.

"Are you okay?" bisik Harry yang berada dipelukannya.

Hermione meneteskan air matanya. Pertemuan Draco dengannya selama satu minggu terakhir itu adalah pertemuan yang sangat buruk. Draco bahkan tidak memperlakukannya sebagai calon istri. Draco memperlakukannya sebagai orang asing. Benar benar asing.

"Ya, I'm okay. Kau tau sendiri aku sangat mencintainya, Harry." Hermione tersenyum senang.

Harry mengambil tissu dan mengusapkannya secara perlahan ke pipi Hermione. "Kalau butuh apapun, jangan lupa ceritakan semua itu kepada kami."

Ron mengangguk menyetujui perkataan Harry. "Ya, Harry benar Hermione. Aku akan selalu menyayangimu, walau kau tidak memilihku."

Hermione sedikit tertawa. Ron mencintai Hermione, tapi Hermione selalu berkata bahwa dia tidak mencintainya, untung Ron bersikap dewasa, dia tidak memaksakan perasaan Hermione kepadanya. Bahkan lelaki itu mampu dan bisa menjadi sahabat terbaik untuk Hermione tanpa membebankan perasaannya sendiri.

"Oh, aku juga sangat menyayangimu, Ron."

****

Ini mimpi buruk. Hari yang sangat ia benci kini hadir. Bahkan ia akan melewatinya dalam hitungan jam. Segala emosi sudah membelenggu dihati dan fikirannya. Tapi, ia harus mengikuti semua permainan ini demi harta dan perusahaan yang sedang ia pegang.

Draco Malfoy sudah terlihat sangat tampan dengan tuxedo putih yang membalut di badannya. Hari ini ia akan menikah dengan seorang perempuan yang sama sekali tidak ia cintai, Hermione Granger. Bagaimana bisa ia hidup dengan perempuan yang tidak ia cintai?

Draco tau, suatu kewajiban bagi anak untuk menuruti keinginan orang tua. Dan Draco juga mengerti mengapa Lucius dan Narcissa menjodohkannya dengan Hermione, hanya saja Draco tidak dapat membohongi dirinya sendiri, bahwa ia tidak bisa dan tidak akan pernah melupakan seseorang yang melekat didalam hidup dan hatinya, Astoria Greengrass.

Draco dan Astoria berpacaran dari kelas 1 SMA bahkan hingga lulus kuliah. Namun, suatu kejadian besar menimpa mereka berdua. Orang tua Astoria bangkrut dan mereka semua harus pergi ke Pranciss untuk menempuh kehidupan mereka yang baru. Draco sangat mencintai Astoria, dia sudah menawarkan banyak hartanya untuk Astoria, namun Astoria tidak mau menerimanya, dan dia meninggalkan Draco 4 tahun lalu tanpa pamit.

Kepergian Astoria membuat Draco sangat terpukul, bahkan lelaki itu sempat sakit dan mogok makan saking kehilangannya. Sejak saat itu, Draco tidak pernah membuka hatinya untuk wanita lain. Dia akan tetap dan akan selalu mencintai Astoria. Begitulah kata hati dan fikirannya.

"Tori.. Dia tidak akan pernah menggantikanmu di dalam hatiku. Aku mohon Tori, aku sangat berharap kau datang dan menggagalkan semua rencana busuk ini. Aku tidak mencintainya, aku mencintaimu, Tori."

Draco menggenggam erat foto Astoria yang selalu ia bawa kemanapun, dan menciumnya.


****

Tbc...

BROKEN (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang