"Apa tidak ada yang bisa ku lakukan selain menemani Smith?"

Axel tertawa, "Memangnya kenapa? Bukankah lebih menyenangkan menemani pria tampan macam Steve Jeremy Smith."

Ray hanya berdecak tidak setuju.

"Hanya orang bodoh dan tidak tahu diri saja yang berani menolak Steve."

"Kau mengataiku bodoh?"

Axel hanya mengangkat bahu, "hanya yang merasa saja."

"Sialan."

Kurang dari satu jam kemudian mereka sudah mendarat di Las Vegas, sambil membawa mobil pinjaman Axel menurunkan Ray di Vincenzo.

"Aku akan melawan Alley dari jarak dekat saja, jadi aku tidak butuh Barrett mu."

Axel memberikan tas gitarnya pada Ray.

"Temui aku hidup-hidup Xel, urusan kita belum selesai."

"Yes sis."

Ray melihat kepergian mobil itu sebelum akhirnya berbalik memasuki Vincenzo Casino yang cukup ramai. Tanpa ia sadar kedatangannya menarik perhatian satu orang. Sam baru saja mengambil sesuatu dari kamarnya saat mendapati sosok Ray memasuki lobby. Tanpa berfikir panjang, Sam langsung menghampiri lelaki mungil itu, ia lupa pada larangan Steve untuk tidak mendekati Ray lagi.

"Mr. Raymond?"

Ray kaget hendak menghubungi Bryan pun menoleh kaget.

"Oh... Ricardo."

"Sedang apa anda disini?"

"Aku ingin melihat keadaan Bryan?"

"Ahh.. Bryan ada di Penthouse Vin di lantai atas. Mau ku antar kesana?"

Ray menimbang tawaran itu sejenak.

"Apa kau juga tahu dimana kamar Steve berada?"

"Ahh.. Tentu saja. Kamarku dan Steve terletak di lantai yang sama, satu lantai dibawah Penthoudi Vin. Vin sengaja membangun lantai itu untuk para sahabatnya dan kenalan baiknya."

"Berarti kau juga ada akses untuk masuk ke kamar Steve?"

"Hmmmm seingatku aku punya kode masuknya dulu."

"Bisa kau antarkan aku kesana." pinta Ray membuat Sam bimbang.

"Steve ada di casino."

"Biarkan saja dia disana, aku hanya perlu ke kamarnya. Kau mau mengantarku kan?"

Sam tidak mungkin menolak permintaan Ray yang dilakukan dengan wajah seimut mungkin. Dalam hati ia mengutuk Steve karena telah membuat submissive menjadi milik pria itu.

"Ayo."

Ray langsung tersenyum lebar dan hampir membuat Sam lupa pada janjinya untuk tidak merebut kekasih sahabatnya.

Mereka menuju lift khusus dan meluncur keatas sambil berbincang ringan.

"Kalau tidak salah password nya 1-3-5-7-9-1." gumam Sam begitu mereka tiba di pintu kamar Steve.

"Gotcha." seru Sam ketika pintu kamar tersebut berhasil terbuka.

Baru saja mereka tiba di ambang pintu kamar yang gelap, Ray langsung mendorong tubuh Sam hingga terjatuh.

Tak

"Tetap menunduk." perintah Ray pada Sam. Ia melihat cahaya laser merah pada tubuh Sam tadi hingga reflek mendorongnya.

Sialan. Ternyata Alley benar-benar melaksanakan aksinya malam ini dan menunggu Steve sendiri yang memasuki kamar.

Ray tidak bisa membayangkan seandainya Steve lah yang tadi ada di posisi Sam. Steve yang tidak tahu apa-apa pasti akan tewas seketika.

Love Shoot! | Sungsun ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora